part 29

30.3K 1.9K 37
                                    

Info guys, kalau cerita ini sudah end di KaryaKarsa.
Yang udah gak sabaran mau baca, langsung gas aja kesana. Link ada di bio.

Yang di Wattpad, harap sabar nungguin next update.

Happy reading.

Mama datang membawa Nara yang sepertinya sudah terlelap di gendongannya. Mungkin karena kelelahan bermain seharian dengan omanya membuat anak itu menjadi ngantuk.

"Tidur Ma?" Tanya Dira yang mendapat anggukan dari mertuanya.

"Tolong pindahin ke kamar ya." Mama menyerahkan Nara pada Dira, untuk segera menaruh anak itu di kamar. Agar tidurnya lebih nyenyak, kasihan juga jika seandainya Mama harus menggendong Nara terlalu lama. Ingat bayi itu gembul, jika menggendongnya terlalu lama bisa membuat pegal apalagi di usia Mama yang sekarang ini.

"Kue dari mana Gam?" Tanya Mama saat melihat kue yang berada di atas piring, siap makan.

"Dira yang bawa, hasil kelasnya hari ini." Mama mengangguk lantas langsung mencomot satu potong kue dan memakannya.

"Enak Gam, istri kamu itu sepertinya berbakat." Komentar Mama sambil terus menghabiskannya kue di tangannya.

"Eh gam." Mama menepuk pelan lengan Agam agar anaknya itu menatap ke arah dirinya.

"Kenapa Ma?" Tanya Agam memfokuskan pandangannya ke arah Mama. Biarkan saja dulu televisi didepannya diabaikan sebentar.

"Dira lagi hamil? Kok Mama merasa agak beda gitu kalau lihat Dira." Mama akhirnya menanyakan sesuatu yang sejak tadi mengganjal di pikirannya. Semenjak melihat Dira tadi, saat mengantar Nara Mama sudah merasakan hal itu. Aura Dira terasa berbeda dari terakhir Mama melihatnya.

"Nggak Ma, perasaan Mama aja itu kali." Agam menyangkal, kenyataanya Dira memang tidak hamil. Lagipula Agam juga tidak merasakan perbedaan dari istrinya itu, dari fisik maupun sikapnya. Dan juga dirinya tidak melihat tanda-tanda kehamilan yang biasanya dialami pada trimester awal.

"Nggak deh Gam. Mama yakin banget, Dira tuh sekarang auranya beda banget." Mama masih kekeh dengan pendapatnya. Dia tampak tidak setuju dengan yang Agam katakan. Sebagai orang yang sudah memasuki kepala lima, tentu dia dapat melihat dengan jelas perubahan-perubahan yang ada pada menantunya.

"Kalau Mama gak percaya, tanya aja langsung ke Dira." Jawab Agam akhirnya memilih mengalah. Percuma juga membantah mamanya yang memang keras kepala itu. Daripada nanti berakhir dengan perdebatan, lebih baik Agam menonton televisi di depannya saja.

Mama mendengus melihat sikap Agam yang masih saja jutek, ternyata meskipun memiliki istri sikap dingin anaknya ini tidak  berubah. Mama hanya bisa berdoa semoga saja Dira betah dengan Agam.

Tidak lama Dira kembali sendiri, karena tentunya Nara sudah terlelap dengan tenang.

"Dira, sini duduk sama Mama." Mama menepuk sofa di sampingnya. Dira menuruti, dia pun mendekat ke arah Mama dan mendudukkan dirinya di tempat yang dimaksud.

"Kenapa Ma?" Dira merasa heran karena bukannya bicara, Mama malah sibuk mengamati Dira, dari ujung kepala turun ke kaki dan kembali lagi ke atas. Begitu seterusnya, hingga tatapan Mama berhenti sesaat di daerah perut Dira. Dira menjadi bingung karena. Sebenarnya Mama sedang apa?

"Kamu hamil?" Kata itu berhasil lolos dari mulut Mama. Membuat Dira yang mendengarnya terkejut dan membulatkan matanya.

Sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan Mama, Dira terlebih dulu berpikir. Hamil ya? Seketika Dira teringat dengan tamu bulanannya yang sudah telat entah berapa Minggu. Dira menjadi panik sendiri karenanya.

"Tuh kan." Suara Mama kembali menginterupsi. Membuat Agam yang semula fokus dengan televisi kini beralih menatap istrinya juga. Dia sekarang juga menjadi penasaran akan jawaban Dira.

"Coba sana Gam ke apotik. Beliin Dira testpack." Dari ekspresi yang Dira tunjukkan saja Mama sudah dapat menyimpulkan bahwa menantunya itu juga belum mengetahui pasti tentang keadaan dirinya.

Agam setuju dengan perkataan mamanya. Daripada mereka hanya diam dengan ketidakpastian lebih baik Agam segera bergerak agar mereka semua mendapat jawaban dari kecurigaan yang timbul akibat Mama.

"Pakai motor aja Gam, biar gak lama." Teriak Mamanya saat Agam hendak keluar dari rumah.

"Dira kapan terakhir datang bulan?" Kali ini Mama mengintrogasi Dira, dia seakan berperan seperti dokter kandungan yang sedang menangani pasien nya.

"Gak tau Ma. Tapi kayaknya udah lebih sebulan, sebelum nikah sama Mas Agam." Mama mengangguk mendengar penjelasan dari mantunya. Dugaannya semakin kuat mendengar hal tersebut. Semoga saja nanti hasilnya sesuai dengan ekspetasi.

"Ya udah, nanti coba tes dulu ya." Dira mengangguk meskipun sebenarnya hatinya ragu.

Dira takut jika nanti hasilnya tidak sesuai dengan yang di inginkan. Dia takut membuat orang-orang kecewa.

"Jika pun nanti hasilnya negatif, tidak apa. Jangan sedih seperti itu." Mama berusaha menghibur Dira yang terlihat khawatir dengan yang akan terjadi. Menurutnya reaksi Dira itu masih sangat wajar, apalagi mereka kan masih pengantin baru.

Sekitar lima belas menit berlalu, Agam kembali dengan membawa barang yang dibelinya. Dia menyerahkan pada Dira.

Mau tidak mau Dira harus mencobanya sekarang juga. Berjalan dengan ragu Dira ke arah kamar mandi. Agam mengikutinya dari arah belakang, dia tau akan kekhwatiran yang dirasakan oleh istrinya itu.

"Jangan takut. Sekarang coba dulu ya." Ucap Agam dengan lembut, berusaha menenangkan istrinya. Dia membukakan pintu kamar mandi untuk Dira lalu Dira masuk ke dalamnya.

Agam menunggu dengan gugup di luar, dia mondar-mandir di depan pintu. Terlihat sekali bahwa dia sudah tidak sabar dengan hasil yang akan diberikan istrinya.

Hanya membutuhkan waktu lima menit, pintu pun terbuka dan menampakkan sosok Dira.

"Bagaimana?" Tanya Agam. Bukannya menjawab Dira malah memberikan alat tes yang telah dibersihkan olehnya.

Agam mematung setelah melihat hasil disana, dua garis itu tandanya istrinya itu sedang hamil bukan. Agam menatap ke arah Dira dan alat itu bergantian. Dira sendiri merasa was-was akan reaksi yang akan diberikan suaminya.

Tanpa menunggu waktu lagi, Agam meraih Dira dalam pelukannya. Dikecupnya puncak kepala istrinya itu berkali-kali. Hasilnya sangat memuaskan. Hari ini Dira sukses membuat Agam merasa berbunga-bunga hatinya.

"Terimakasih." Gumam Agam, tidak hentinya dia menyelesaikan kecupan-kecupan pada wajah sang istri.

"Mas." Dira mendorong tubuh Agam agar sedikit menjauh darinya. Lama-lama dia merasa risih dengan kecupan Agam yang tak kunjung selesai.

"Maaf." Gumam Agam sembari memberikan cengiran pada istrinya. Dira tidak menanggapi, hatinya merasa lega karena Agam turut berbahagia akan hadirnya benih dalam rahim Dira. Alhamdulillah karena Tuhan mempercayakan mereka secepat ini. Dira juga tidak menyangka bahwa hasilnya lebih cepat dari yang dia bayangkan.

"Gimana? Benar kan dugaan Mama?" Tanya Mama saat melihat anak dan menantunya itu berjalan ke arah tempatnya semula.

Tanpa perlu bertanya pun Mama sudah tau jawabannya, hal itu tergambar jelas di wajah Agam yang tidak hentinya menyunggingkan senyum kebahagiaan. Bahkan lihatlah, pinggang Dira yang diapit nya seakan ingin melindungi Dira dari serangan apapun yang dapat membahayakan wanita itu.

TBC

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang