part 14

33.9K 1.7K 4
                                    

Hari ini Dira sangat excited sekali, penyebabnya adalah karena nanti siang dia akan mengikuti kelas baking yang sudah diidamkannya. Alasan Dira sendiri tertarik untuk mengikuti kelas itu karena Dira ingin mengembangkan bakat yang dimiliki dirinya.

Jika nanti Dira sudah menguasai bidang tersebut, Dira berkeinginan untuk memiliki sebuah toko bakery. Meskipun tidak mudah, tapi jika berusaha insyaallah akan diberi jalan.

"Mas nanti siang aku izin ya, mau ikut kelas yang waktu itu aku kasih tau." Meskipun Agam sudah mengizinkan Dira berpartisipasi, tapi itu tidak menjadikan alasan agar Dira tidak perlu izin jika ingin pergi keluar rumah. Bagaimana pun ridho suami adalah yang terpenting. Meskipun Dira bukan wanita yang paham sekali tentang Agam, tapi hal basic seperti ini sudah Dira ketahui sejak dulu dan Dira ingin menerapkannya pada kehidupan nyata.

"Perlu saya antar?"

"Gak perlu, nanti katanya Vini mau jemput aku. Sekalian dia minta ditemani buat beli sesuatu katanya." Agam mengangguk menyetujui.

"Nara ikut?"

"Iya ikut. Kasian kalau dititip sama Mbok. Nanti waktu aku lagi kelas Vini bakal bantu jaga."

"Ya sudah. Nanti kabari saya kalau berangkat."

Dira menyalami tangan Agam, dan setelah itu suaminya itu pun pergi untuk mencari nafkah. Pagi ini tidak ada drama dari Nara dulu karena bayi itu masih tidur rupanya. Tadi pagi juga Dira heran kerena biasa anaknya itu akan bangun pagi tapi kali ini berbeda. Tapi biar saja lah asal Nara nyaman.

Karena suami sudah berangkat bekerja, kini saatnya untuk Dira menyelesaikan cucian yang ada. Meskipun sudah ada Mbok, tapi untuk urusan baju Dira memilih untuk mengerjakan sendiri. Karena baginya itu adalah hal pribadi. Lagipula juga disana ada mesin cuci jadi tidak terlalu capek.

"Assalamualaikum Mbak." Ucap Mbok yang baru saja datang dari pintu belakang rumah. Mbok memang selalu lewat sana jika baru datang. Karena letaknya yang ada di sebelah ruang laundry otomatis Mbok bisa langsung melihat keberadaan Dira.

"Waalaikumsalam, Mbok sudah makan?"

"Belum Mbak. Tadi pagi saya buru-buru soalnya."

"Makan dulu gih Mbok, saya tadi masak nasi uduk." Suruh Dira. Meskipun disini Mbok hanya bekerja sebagai pembantu tapi Dira sama sekali tidak menganggap seperti itu. Dira sudah menganggap Mbok seperti neneknya sendiri.

"Saya mau kerjain pekerjaan dulu deh Mbak baru makan." Kadang Mbok masih sungkan dengan kebaikan yang Dira berikan padanya.

"Eh jangan Mbok. Nanti lemes loh, udah makan dulu aja." Dira dengan cepat membantah ucapan Mbok. Dia tidak ingin nanti wanita yang sudah dianggap neneknya itu jatuh sakit.

"Kalau Mbok gak nurut saya marah loh." Sambung Dira sebelum wanita itu membantah perkataannya.

Mbok menghela nafas lalu menyetujui ucapan Dira. Mbok sangat bersyukur karena memiliki majikan seperti Dira. Dira sangat berbeda sekali dengan istri pertama Agam yang selalu memerintahkan dalam segala hal. Mbok sangat senang karena akhirnya keluarga ini kembali utuh dengan hadirnya seorang Dira.

* * *

"Mbok aku pamit ya, nanti kalau Mas Agam pulang lebih dulu kabarin aku ya."

"Siap Mbak. Hati-hati dijalan."

Setelah berpamitan dengan Mbok, Dira berjalan menuju depan, disana telah siap Vini dan juga Nara.

"Udah siap Kak?"

"Udah, ayo jalan." Vini menyerahkan Nara pada Dira. Kebetulan tadi saat Vini mau otw menjemput Dira, mobil Akmal sedang nganggur jadi untuk menghemat ongkos Vini berinisiatif untuk meminjam deh. Dan untungnya saja kakaknya itu sedang berbaik hati padanya.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berjalan meninggalkan kawasan rumah. Tidak membutuhkan waktu yang lama,  sekitar lima belas menit kemudian, mobil itu kini telah berhenti di sebuah caffe yang terdapat tiga lantai.

Vini dan Dira keluar dari sana, mereka berjalan ke arah dalam cafe. Sesampainya di dalam, Dira langsung saja menghampiri salah seorang karyawan dan menanyakan dimana kelas nya akan berlangsung.

"Permisi. Mau tanya kelas baking nya ada dimana ya?"

"Untuk kelas nya ada di lantai tiga kak. Kakaknya bisa langsung naik saja karena sebentar lagi kelasnya akan dimulai." Jawab karyawan itu dengan ramah disertai senyum yang tersemat diwajahnya.

"Terimakasih kak." Setelahnya Dira menghampiri Vini yang kini telah duduk di salah satu meja.

"Katanya kelasnya ada di lantai tiga."

"Oh ya udah. Sini Nara sama aunty dulu ya, Mama mau belajar dulu." Vini mengambil alih Nara. Tampak anak itu tidak rela jika berpisah dengan ibunya, tapi Vini segera membujuk Nara agar lupa akan keberadaan Dira.

"Aunty punya ice cream loh. Nara mau?"

"Au." Jawab bayi itu semangat. Vini dan Dira yang mendengar itu tertawa. Sungguh lucu sekali anak satu ini. Karena Vini tidak tahan dengan kegemasan ini, dia langsung saja menyambar pipi Nara dengan kecupan-kecupan yang membuat Nara terganggu.

"Kalau nangis gak aunty bagi ya ice cream nya." Ancam Vini, yang langsung membuat mata Nara berkaca-kaca.

"Ma." Nara seakan mengadu pada Dira.

Mendengar kata itu, kedua perempuan dewasa itu terkejut. Telinga Dira berdegung mendengar Nara memanggilnya dengan sebutan Mama. Ini adalah pertama kalinya Nara memanggil seperti itu.

Tidak lama terdengar suara tangis yang berasal dari Nara. Seakan tersadar dari keterkejutannya, dua orang itu terlihat panik dan melihat sekitar. Takut jika sampai mengganggu orang lain.

"Udah kak Dira pergi aja. Aku bakal jaga Nara, tenang aja."

Setelah mengatakan itu, Vini segera membawa Nara menuju tempat memesan ice cream. Setelah melihat beberapa jenis ice cream tangisan anak itu mereda. Tangannya menunjuk-nunjuk pada eskrim rasa strawberry yang menarik perhatiannya.

"Nara mau yang itu?" Dengan polosnya Nara mengangguk.

"Pinter banget ya keponakan aunty, udah ngerti aja apa yang orang bilang." Nara tidak menghiraukan apa yang aunty nya katanya, anak itu masih terus saja memperhatikan es krim yang diinginkannya.

Sedang di lantai tiga, tampak orang-orang yang mengikuti kelas sudah datang semua. Ternyata cukup banyak juga yang ikut serta, sepertinya dua puluh orang atau mungkin saja lebih. Dari yang Dira dengar, kelas ini membatasi jumlah peserta yang ingin ikut. Dira sendiri tidak tau apa alasannya, tapi yang jelas yang daftar tidaklah sedikit. Dan Dira bersyukur dia bisa masuk dalam pilihan.

Kelas telah di mulai beberapa saat lalu, awalnya chef yang mengajar menjelaskan terlebih dahulu tentang kue yang akan dibuat kali ini dan memberikan beberapa tips dasar supaya kue mendapat hasil yang sempurna.

Lanjut ke sesi berikutnya chef menyuruh para peserta untuk mengambil tempat, mulai mempraktekkan. Lalu chef menjelaskan tata cara membuat kue tersebut.

Beberapa menit berlalu, adonan kue pun sudah jadi dan tinggal memasukkannya kedalam oven. Setelah kue berhasil masuk ke dalam oven, inilah saat istirahat untuk para peserta. Tidak bisa disebut istirahat juga sih karena peserta tetap harus sesekali mengamati kue yang di buatnya dari luar oven.

Saat tengah mengecek kue miliknya, Dira dikejutkan dengan kedatangan chef.

"Bagaimana, apa ada kesulitan?" Tanya chef tersebut pada Dira.

"Tidak chef. Alhamdulillah semuanya lancar."

Chef tampak mengangguk, beberapa menit dia habiskan untuk berbicara dengan Dira. Menanyakan alasan Dira memilih mengikuti kelasnya, dan pertanyaan lain juga. Dira sama sekali tidak menaruh curiga karena dari yang dia lihat chef juga menghampiri peserta yang lain dan mengajaknya mengobrol.

TBC

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang