part 32

27.4K 1.7K 20
                                    

Malam semuanya, seperti biasa hari Selasa selalu ada update cerita.

Semoga suka, jangan lupa vote.
Silahkan komentar apa aja, aku suka bacain komen kalian soalnya. Hehehe, seru.

Happy reading.

Alhamdulillah kabar kehamilannya Dira dapat diterima dengan baik juga oleh keluarga Dira sendiri, terutama ayah. Terlihat jelas kebagian yang terpancar di wajahnya, tidak sabar rasanya dia menjadi seorang kakek.

Kali ini Dira sedang di perjalanan menuju rumah mertuanya, tadi dia sudah ditelepon berkali-kali oleh Vini katanya Nara mencari dirinya, bahkan mendengar suara rengekan anak bayi nya itu membuat Dira cepat-cepat pamit untuk pulang pada ayahnya. Padahal Dira masih ingin menghabiskan waktu dengan ayahnya itu, memastikan keadaan ayah dalam kondisi baik. Sepertinya lain kali jika Dira akan mengunjungi ayah lebih baik membawa serta Nara saja agar bayi itu tidak rewel.

Di tengah perjalanan, Dira melihat buah mangga ya dijual oleh pedagang di pinggir jalan. Buah itu terlihat masih segar-segar dan menggugah selera ibu hamil itu.

"Pak berhenti sebentar ya, saya mau beli buah soalnya." Ucap Dira pada bapak gojek di depan. Bapak gojek itu meng-iyakan dan menghentikan motornya tidak jauh dari penjual mangga tersebut.

Sudah terbayang di benak Dira akan seenak apa mangga itu jika dijadikan rujak. Dengan bumbu kacang yang dicampur dengan gula Jawa. Pastilah akan sangat enak, rasa kecut, manis, pedas hingga asin akan melebur menjadi satu. Liur Dira seperti akan menetes jika membayangkan terlalu lama.

"Pak, mangganya tiga kilo ya. Yang satu kilo dipisah aja."

"Siap neng. Dipilih aja." Dira memilih mangga yang sekiranya bagus lalu di timbang.

Tidak lama kemudian dua kresek berisi mangga sudah berada ditangan. Dira segera menghampiri bapak gojek dan menaiki motor kembali.

Tidak hanya mangga, Dira tadi juga tergiur dengan buah-buahan lain yang di jual. Jadilah Dira membeli beberapa macam buah juga untuk menemani mangga yang secepatnya akan berubah menjadi rujak manis.

Motor sudah memasuki kompleks perumahan tempat di mana rumah mertuanya berada. Disana suasana sangat lah tenang malah terkesan sepi. Berbeda dengan kompleks nya yang masih sering terlihat orang bercakap ria, berbeda dengan disini. Orang-orang yang menempati kompleks ini cenderung sibuk, bahkan jarang bersosialisasi. Jikapun ada ya itu mungkin hanya orang-orang seperti Mama, yang hanya tinggal menikmati masa tua dengan tenang.

Bapak ojek itu menghentikan motornya di depan rumah yang dimaksudkan Dira tadi. Dira turun dari motor dan menyerahkan helm yang dipakainya.

Sebelum bapak gojek itu melakukan motornya kembali, Dira segera menyerahkan satu kresek buah yang dibelinya.

"Untuk bapak. Siapa tau keluarga dirumah mau rujakan." Ucap Dira diselingi candaan untuk bapak gojek itu.

"Terimakasih Mbak. Saya doakan semoga rejekinya lancar terus." Bapak gojek itu menerima dengan bahagia pemberian Dira.

"Amin. Terimakasih ya pak. Saya masuk dulu." Setelah bapak gojek itu mengangguk, barulah Dira memasuki gerbang yang telah dibuka.

Kadang kala Dira merasa iba, dengan orang tua yang harus banting tulang menghidupi keluarga dirumah seperti bapak gojek tadi. Karena Dira punya rejeki lebih maka tidak ada salahnya berbagi sedikit dengan bapak itu.

Sampainya di teras rumah, disana Dira telah di sambut dengan tangisan Nara yang berada dalam gendongan Oma nya. Tidak ketinggalan juga Vini yang kini sedang membujuk Nara dengan berbagai mainan favorit anak itu. Tapi apa daya, anak itu sedang tidak mood jadilah mainan apapun yang disodorkan langsung dilempar olehnya.

Dira melangkah dengan cepat namun hati-hati menghampiri anak gembulnya itu. Nara yang melihat kedatangan Mama nya langsung meronta-ronta meminta untuk berpindah.

"MAAA." Nara menjerit. Langsung saja Dira menyerahkan kresek berisi buah yang dibelinya pada Vini. Setelahnya dia langsung mengambil alih Nara dalam gendongannya.

"Anak Mama kenapa nangis sayang. Sedih ya ditinggal Mama? Maafin Mama ya." Nara memeluk leher Dira dengan erat. Dielusnya punggung kecil itu agar tangisnya Mereda.

Nara mengoceh seakan sedang meluapkan kekesalannya pada Dira dengan bahasa bayi miliknya yang jujur saja tidak ada yang mengerti apa yang dikatakan Nara. Tapi tidak apalah, Dira akan tetap mendengarkan curhatan anaknya itu.

"Ini apa kak?" Tanya Vini menunjuk pada buah-buahan yang ditentengnya. Vini jelas tau itu adalah buah tapi maksudnya buat apa gitu loh.

"Tadi waktu pulang aku lihat yang jualan buah segar-segar gitu. Jadi kepengen."

"Mau rujakan?" Celetuk Mama yang sudah bisa menebak akan menjadi apa buah-buah itu. Bukan perkara sulit untuk menebaknya, apalagi mengingat Dira yang sedang hamil muda saat ini, pastilah sesuatu yang seperti rujak ini dapat menggugah selera makannya.

"Iya Ma. Gak tau kenapa tiba-tiba aja kepengen tadi."

"Ya udah tunggu sini. Mama buatin dulu." Mama meraih buah-buahan yang berada di tangan Vini lalu membawanya masuk ke dalam rumah.

Jangan ditanya betapa bahagianya Dira, meskipun sederhana tapi perlakuan itu terasa spesial. Siapa sih yang tidak bahagia sih diperlakukan istimewa oleh mertuanya. Apalagi ini atas inisiatif Mama sendiri. Ingatkan Dira untuk menceritakan hal ini pada suaminya nanti.

"Tuh kak, Mama seneng banget itu pasti mau punya cucu lagi. Tapi gengsi aja mau nunjukin." Vini menunjuk Mama dengan gedikan dagunya. Memang benar sih yang Vini ucapkan. Dira tersenyum melihatnya.

"Nara sekarang jangan sering-sering gendong ke Mama lagi ya. Kasihan nanti adik bayi kegencet." Vini menggoda keponakannya yang gemas itu. Seakan teringat sesuatu langsung saja Nara meminta untuk turun dari gendongan Dira dan mensejajarkan wajahnya di perut Dira.

Karena tinggi Nara yang masih belum cukup, maka Dira mendudukkan dirinya di kursi yang berada disana. Nara langsung menghadap pada perut Dira dan mengecupnya berulang-ulang. Kedua tangan mungilnya dia lingkarkan di pinggang Dira, seakan takut jika adik bayinya akan kabur. Lucu sekali anak Mama satu ini.

"Dik, ayang." Ucapnya sambil terus melakukan hal tersebut. Dira diam menikmati apa yang Nara lakukan pada perutnya. Meskipun dia merasa geli sebenarnya tapi perlakuan itu membuat bahagia.

"Ih sombong ya. Mentang-mentang udah mau punya adik aunty dilupain gitu aja." Vini mencubit pelan kedua pipi gembul Nara membuat anak itu menjerit protes.

"Udah udah jangan digodain terus. Sini kumpul kita rujakan." Mama keluar dari rumah dengan cobek besar di tangannya. Mama juga mengajak serta para pekerja yang selama ini membantunya.

Dira dan Vini langsung merapat, mereka kini lesehan di teras rumah yang luas itu. Dari sini saja sudah terlihat kan betapa baiknya keluarga ini. Bahkan pekerja yang disanapun tidak Mama perlakuan berbeda sama sekali. Mama dan yang lainnya bahkan tidak segan untuk lesehan dan rujakan bersama para pekerjanya.

Jadi Dira tidak merasa heran jika Mama dapat dengan cepat menerima keberadaannya. Meskipun awal-awal Mama terkesan sinis, tapi itu murni hanya berdasarkan ketakutan akan kegagalan rumah tangga Agam sebelumnya.

TBC

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang