part 25

33.7K 1.8K 19
                                    

Hayo yang udah nungguin mana suaranya?
Jangan lupa vote ya.

Happy reading.

Dira bangun dengan keadaan pusing di kepalanya. Mungkin efek kelamaan menangis terlalu lama semalam, perlahan-lahan Dira mendudukkan dirinya melirik ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Mata Dira lantas membola karenanya, lagi-lagi dia kesiangan. Entah ada apa dengannya akhir-akhir ini.

Bergegas Dira mencuci muka dan turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan juga dirinya. Sebelum itu, Dira sempatkan untuk mengecek Nara terlebih dahulu.

Dira mendekat ke arah box tempat Nara tidur, dia merasa ada yang janggal seperti tidak ada pergerakan di sana. Dan benar saja dugaan Dira, Nara memang sudah tidak ada disana.

Berusaha tidak panik, lantas Dira mengecek tempat yang tadi malam dihuni suaminya untuk tidur dan nihil disana juga tidak ada suaminya. Dira simpulkan bahwa anak dan suaminya itu kini sedang bersama. Saat menuruni tangga, Dira melirik ke arah taman belakang dan benar saja Nara dan Agam sedang berada disana mungkin sedang berjemur.

Dira sedikit bingung dengan keadaan ini, bukankah Agam harus bekerja? Lalu mengapa laki-laki itu masih terlihat santai dengan pakaian yang masih persis seperti semalam. Biarkan saja lah, Dira tidak ingin ambil pusing. Lebih baik sekarang dia menyiapkan sarapan dulu.

"Masak apa?" Suara dibelakang terdengar saat Dira tengah mengaduk nasi dan beberapa bahan lainnya di atas wajan, yang Dira yakin itu adalah suara Agam apalagi mendengar celotehan-celotehan Nara jelas tidak salah lagi dugaan Dira.

"Nasi goreng aja, biar cepet." Jawab Dira tanpa melihat ke arah suaminya. Memang sih Dira sudah tidak marah seperti semalam, dia sudah merasa lebih tenang.

"Kamu gak kerja Mas?" Dira penasaran, biasanya suaminya itu akan mencak-mencak jika sampai di bangunkan terlalu siang. Tapi lihat sekarang tidak ada ke khawatiran yang terlihat dari suaminya.

"Libur dulu. Tunggu Mbok datang dulu ya baru kita bicara, tidak baik di dengar Nara." Dira mengerti arah pembicaraan Agam yang sebenarnya.

"Jangan libur seenaknya Mas. Pekerjaan Mas itu berhubungan dengan kesehatan seseorang."

"Iya, saya tau. Disana juga sudah ada yang menggantikan saya untuk hari ini. Jadi kamu tidak perlu khawatir." Setelahnya Dira hanya diam, tidak menanggapi lagi ucapan suaminya.

Dira memindahkan nasi goreng yang sudah matang ke atas piring dan menyajikan untuk suaminya.

"Sini Nara sama aku."

"Kamu tidak makan?" Tanya Agam saat melihat hanya satu piring saja yang Dira taruh di atas meja.

"Nanti, aku lagi gak selera." Jawab Dira seadanya, Dira bukan mencari alasan untuk mengindari suaminya ya. Memang sekarang dia sedang tidak nafsu makan saja.

"Makan dulu, ayo saya suapin." Agam memegang bahu Dira dan mendudukkannya di kursi.

"Mas aku lagi gak selera, mau makan nanti aja." Bantah Dira lagi masih tidak terima diperintah oleh suaminya.

"Buka mulut." Agam sudah menyodorkan se sendok tepat didepan Dira.

"Mas kok maksa..." Belum juga Dira menyesuaikan kalimatnya, Agam yang melihat kesempatan untuk memasukkan makanan, segera menyuapkan nya pada Dira. Untungnya saja istrinya itu tidak tersedak.

Baru saja Agam berpikir demikian, lihatlah sekarang dengan buru-buru Dira menyerahkan kembali Nara padanya dan wanita itu berlari menuju wastafel sambil menutupi mulutnya.

Agam mengabaikan sarapannya dan menyusul sang istri, disana Dira tengah memuntahkan makanan yang bahkan masih belum tertelan sedikitpun. Agam menghampiri istrinya dan mengurut tengkuk Dira, Dira memuntahkan cairan disana.

Setelah merasa tidak akan ada lagi yang keluar, Dira segera berkumur dan membasuh mulutnya takut masih ada sisa-sisa disana.

"Kamu sakit?" Agam tampak khawatir dengan keadaan istrinya. Wajah pucat Dira menandakan wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

"Nggak, lagi susah makan aja. Makanya jangan di paksa Mas." Jawab Dira masih lemas. Dia lalu berjalan dengan lemah ke kursi dan duduk di sana.

"Atau kamu mau makan yang lain? Biar saya Carikan." Dira tetap menggeleng, sudah dibilang kan bahwa dia sedang tidak berselera. Agam masih saja tetap memaksa.

"Tapi kamu harus sarapan. Nanti malah sakit."

"Mas jangan maksa deh." Ujar Dira lelah, dia mengurut keningnya pelan. Membayangkan untuk menelan makanan saja Dira rasanya sudah bagaimana gitu. Yang saat ini Dira inginkan hanyalah minum saja.

"Mau minum Mas." Ujar Dira kemudian. Saat Agam akan mengambilkannya untuk dia, Dira segera meraih tangan Agam.

"Minta tolong buatin coklat hangat ya. Aku pengen itu." Agam mengangguk lalu dia menyerahkan Nara pada pangkuan Dira. Setelahnya Agam berlalu ke dapur dan membuatkan minuman yang Dira inginkan.

"Maa." Ujar Nara sembari menepuk-nepuk tubuh Dira. Dira menunduk guna melihat anaknya dan langsung saja dia mengecup kedua pipi yang membuatnya gemas itu.

"Kenapa? Adek kangen ya sama Mama? Maaf ya kemarin Mama jarang main sama Adek." Sekali lagi Dira mengecup berkali-kali wajah Nara. Membuat anak itu terkikik karenanya.

"Minum." Agam membawakan segelas coklat hangat yang dibuatnya. Dira langsung mengambilnya dan meneguk sedikit.

Rasanya sangat enak saat minuman itu berhasil melewati tenggorokannya, rasa hangatnya membuat perut Dira juga ikut menghangat. Rasa pahit yang terasa di lidah Dira juga kini perlahan-lahan mulai berubah.

"Auu." Rupanya Nara juga menginginkan minuman itu saat melihat Dira yang dengan nikmat meneguknya. Dira membiarkan anak itu merasakan walaupun sedikit. Tapi sebelum itu Dira meniupnya sebentar, agar minuman itu tidak terlalu panas di lidah Nara yang masih anak-anak.

"Ennak." Ujar Nara saat minuman itu berhasil di tegaknya. Membuat Dira dan Agam yang melihatnya terkekeh gemas.

"Makan Mas. Nanti keburu dingin nasinya jadi gak enak." Suruh Dira saat melihat suaminya yang masih diam memperhatikan dirinya juga Nara. Agam tersadar bahwa nasi di piringnya masih utuh, lalu segera Agam mengisi perutnya dengan masakan buatan istrinya itu. Selama ini masakan yang Dira berikan padanya tidak ada yang pernah mengecewakan. Selalu bisa membuat Agam merasa puas.

"Mas aku mau tanya boleh?" Dira mengeluarkan suara akhirnya setelah beberapa saat terdiam hanya memperhatikan suaminya yang makan dengan lahap masakannya.

"Tanya aja."

"Mbak Maya sering datang kesini?" Agam menghentikan makannya sejenak guna melihat sang istri.

"Jarang, kalau hanya ada urusan penting saja. Biasanya kalau di rumah tidak ada orang selain saya dan Nara, saya tidak mengizinkan dia masuk." Agam menjawab apa adanya. Dia tidak bermaksud menutupi apapun dari Dira.

Dari awal Agam pun sudah ada rencana untuk menceritakan masalalu nya kepada Dira. Tapi karena sibuk dengan pekerjaan dan terbuai dengan kenyamanan yang Dira berikan padanya, membuat Agam menjadi lupa akan hal itu. Hingga berakhir seperti ini. Tapi untungnya Dira tidak marah lama padanya, Agam bisa uring-uringan nanti. Agam akui bahwa sekarang dia sudah mulai ketergantungan dengan cara Dira melayaninya.

"Nanti kita bicara lengkapnya lagi di kamar, tapi tunggu Mbok datang dulu buat jaga Nara." Lanjut Agam yang langsung di setujui oleh Dira. Bagaimanapun percakapan itu tidak lah baik jika didengar anak seusia Nara.

To be continued

Married with Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang