" Hujan kali ini bukan soal rindu, melainkan tentang jiwa yang tak lagi berkabar. "
***
" Tra, kalau lo kangen sama gw, cari gw di antara Bintang-bintang yang paling terang di langit. " Tunjuknya pada ratusan miliyaran bintang di langit malam." Nggak. Lo bukan bintang, tapi bulannya. "
***
" Ayah... Aku juga mau di peluk, kayak kakak. " Raut wajah sendu dengan ukiran senyum yang perlahan menghilang. Ia memandang sedih pada dua punggung yang saling menguatkan itu.
" Ayah.. Aku juga roboh, ragaku hampir jatuh. Aku butuh rangkulan semangat dari Ayah. " Tak ada senyuman indah yang terukir di wajahnya, hanya raut suram, dan sendu yang nampak di wajah kecilnya.
***
" APA-APAAN INI CANDRA! DASAR ANAK SIALAN!! MATI SAJA KAMU BADEBAH!!! "
" ANAK SEPERTI KAMU ITU PANTAS UNTUK MATI! DASAR PEMBAWA SIAL! KAMU YANG MENYEBABKAN KEMATIAN IBUMU! TAK ADA YANG NAMANYA TAKDIR! KAMU ITU TERLAHIR UNTUK MENJADI PEMBUNUH, CANDRA! " Lelehan air mata muncul membasahi pipinya. Raganya saling memeluk dengan lukanya, punggung itu bergetar menahan tangis dan rasa sakit yang sangat susah untuk di keluarkan.
Semenjak itu, angannya pupus, tak ingin lagi terlihat di netra sang Ayah. Biarlah sang Pencipta luka yang menjawab sampai kapan ia akan di berikan luka ini.
***
" Pulanglah...
Kembalikan ia pada pemiliknya semula, karena perang takkan usai,
Dan kemenangan takkan melerai
Segala yang telah dimulai. "Hay... Kembali lagi, anggap saja aku merevisi ulang cerita ini ya, hehe..
Yang udah baca, silahkan baca ulang kembali karena dari segi tulisan aku udah perbaiki.Next chapter!

KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA// (TERBIT!)
Teen Fiction𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩 𝙙𝙞 𝙏𝙚𝙤𝙧𝙞 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙥𝙪𝙗𝙡𝙞𝙨𝙝𝙞𝙣𝙜!! 𝙈𝙚𝙣𝙜𝙖𝙥𝙖 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙮𝙖𝙝 𝙗𝙚𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙩𝙚𝙜𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙖𝙠𝙣𝙮𝙖? " Aku selalu menyayangimu ayah. " Cerita ini mengisahkan tentan...