Sweet Caramel [ JAEYONG ]

19

"Minhyungku sudah tumbuh besar, apa kabar nak? Bubu merindukanmu, kenapa sekarang sudah ada yang menggantikan posisiku? Jeff .. bolehkah aku membunuh Lee Taeyong? Dia sudah merebut posisiku dihati Minhyung"

Batin seseorang yang memperhatikan istana dari sebuah ranting pohon besar dihutan.

~

Taeyong tersentak, ia tadi sedang berniat menutup jendela kamarnya. Berjalan mendekat ke tepi ruangan itu sambil mengusap perut, tapi ketika ia mencoba memejamkan mata sejenak.

Taeyong kaget, ada energi yang lebih kuat dari energi para monster. Dan rasanya energi itu tidak jauh darinya.

"Apa ini? Siapa dia? Apa dia yang mengendalikan para monster? Mereka memiliki energi yang sama"

Omega manis itu mendongak, melihat ke langit sore yang mendung dengan angin kencang disertai dedaunan kering yang beterbangan.

"Apa sudah musim gugur? Tapi kenapa tiba-tiba mendung? Sejak tadi langit terlihat cerah"

Tok tok

"Bubu..."

Taeyong berbalik dan tersenyum melihat anaknya datang ke kamarnya dengan rambut berantakan. Tadi Mark habis tidur siang.

"Kenapa sayang? Lapar hm? Mau bubu buatkan makan?"

Mark menggeleng, ia memilih mendekat dan memeluk kaki Taeyong. Tinggi Mark hanya sepaha omega itu.

"Mark mimpi buruk bu"

"Mimpi buruk?" Taeyong menundukkan tubuhnya, berjongkok dihadapan Mark menyejajarkan tinggi mereka.

Mark mengangguk, raut wajahnya terlihat takut dan matanya habis menangis.

Taeyong mengusap lembut pipi anak itu.

"Tak apa sayang, itu hanya bunga tidur, jangan dipikirkan ya?"

Mark mengangguk lagi, ia lalu memeluk sang bubu dengan erat. Membiarkan tubuhnya tenang dalam pelukan hangat Taeyong yang tulus.

"Nanti malam Mark tidur dengan ayah dan bubu boleh? Ryota tidak ada jadi Mark takut tidur sendiri"

Taeyong mengangguk sambil menepuk pelan punggung Mark.

"Tentu jagoan, nah sekarang bagaimana kalau Mark mandi dulu? Bubu mandikan ya?"

Pelukan dilepas, Mark mengangguk patuh.

Sebelum keluar ruangan, Taeyong lebih dulu menutup jendelanya tadi. Mungkin perasaan buruk ini hanya firasatnya semata.

"Ah sudahlah, kuharap semuanya baik-baik saja nanti. Tapi kenapa aku seolah tidak asing dengan sedikit energi yang tersisa dari sosok yang tadi?"

"Bubu ayo? Kenapa melamun?"

"Oh? Haha tidak, ayo Mark"