Suara alarm di pagi hari benar-benar sangat mengganggu, meskipun mendengarnya setiap hari aku tetap tidak terbiasa kecuali dinyatakan lain suara yang menggema adalah suara member NCT atau ajusshi berkedok oppa, sungguh aku sangat rela. Tapi jika suara yang terdengar hanyalah teriakan demi teriakan yang memuakkan.
Demi Tuhan! Ini masih sangat pagi kenapa harus dimulai dengan pertengkaran seperti ini aku. Bergegas bangun lantas bersiapa untuk bekerja, aku tidak betah dirumah.
Ibu dan bapak sudah menikah selama 30 tahun dari yang kudengar mereka adalah hasil jebolan perjodohan orang tua, biasalah jaman dulu mana ada orang aka da paling juga ketemu-suka-menikah.Sangat sederhana untuk dijabarkan haha. Aku sangat suka mendegar nenek bercerita tentang kisah percintaan bapak dan ibu, tentang bagaimana perjuangan bapak agar Ibu mau menerima perjodohan mereka, aku suka mendengar para tante bercerita tentang kelucuan romansa bapak dan ibu. Selalu ada cerita lucu dan menyenangkan tentang bapak, aku adalah penderngar yang baik. Tentu saja.
Aku selalu mengaguminya, dan menunggui bapak pulang kantor adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan. Tapi itu dulu, bahkan jika aku mengingat Kembali kenangan menyenangkan itu rasanya sangat hambar, sangat biasa saja dan kini aku akan selalu menghindari apapun yang bersangkutan dengan bapak.
Kilas balik dimulai. Ini terjadi saat kakak ku Anggita Khaerani Arwin masuk pesantren, yeah untung saja dinamaku tidak tersemat nama bapak. Kakak hanya pulang sebulan sekali dan alat komunikasi yang dibatasi oleh pihak sekolah tentu saja kakak tidak akan pernah tahu masalah apa saja yang ada di rumah.
Bapak selingkuh saat aku kelas 2 SMP, adikku Radjata masih 5 tahun. Hanya aku yang tahu, hanya aku yang mengerti situasi itu. Ibu berteriak, bapak pun seperti itu. Yang kulakukan hanya bersiap ke sekolah dan menyalakan Tv untuk adikku, aku tidak memberitahu kakak hal ini. Orang tuaku saling berdiam diri, seminggu kemudian semuanya seperti tidak terjadi apa-apa, Kembali saling menatap dan tertawa, aku juga melakukannya. Kemudian tahun-tahun berlalu, kakak melanjutkan Pendidikan di Universitas Negeri di luar kota dan aku lanjut ke SMA Negeri tak jauh dari rumah, mengira semua baik-baik saja tapi hal yang sama terulang Kembali Bapak selingkuh dan ibu berteriak lagi, sungguh kuat pita suaranya.
Lagi-lagi hanya aku yang tahu dan aku muak, hari itu ibu ke puskesmas dan memutuskan untuk bicara pada bapak, aku yang kesabarannya hanya setebal kertas tissue lantas melawan kata-kata bapak untuk pertama kalinya, aka da sangat takut dipukul saat itu jadi aku lantas ke kamar dan menutup pintu untuk menghindarinya.Aku menangis sampai rasa-rasanya mataku jadi sipit, berhari-hari aku dan Bapak tak saling menegur lantas ibu menasehatiku dan tentu saja kuabaikan, sekolah ku berantakan ku akui itu, aku tidak bisa fokus belajar. Saat bapak ke kantor ibu mengajak ku untuk bicara, menatap matanya sambal mendengarkan apa yang ingin ia sampaikan
“Kenapa gak mau biacara sama Bapak ? itu Bapak kamu Nak..”
Aku diam.
“apapun yang terjadi antara Ibu sama Bapak, kamu gak usah khawatir kita baik-baik saja. Ibu sudah dengar dari Bapak. Kenapa membentak Bapak ? Ibu gak pernah ajarin kamu kayak gitu, disekolah pun guru tidak mungkin mengajari seperti itu”
Eh ? aku memang melawannya tapi tidak membentaknya. Aku diam, mendengarkan.
“jangan kayak gitu Nak, apalagi sampai bantting pintu di depan bapak”
Hah, inikah yang dinamakan playing victim ? aku memang kurang ajar, tapi demi Tuhan aku tidak pernah membanting pintu seperti yang bapak ceritakan.
Aku diam“ jangan begini Nak..”
“ iya bu, gak lagi” gak akan lagi, aku sudah malas
Selama berada di rumah aku lebih banyak diam, lebih sering dikamar, tidak lagi menonton TV karena itu tempat berkumpul semua penghuni rumah, tentu saja kecuali aku. Tidak lagi makan bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Future Perfect
RomanceHanya kisah sederhana tentang "Aku" yang takut menikah Tentang keluargaku yang hancur Tentang "Dia" yang terus meyakinkanku