Part 6

24 10 4
                                        

Hari ini ada rapat yang dipimpin oleh Pak Elzar yang mewakili direktur perusahaan mengenai acara ulang tahun perusahaan yang akan dilaksanakan secara besar-besaran akhir tahun nanti, sekitar empat bulan dari sekarang.
Semua tim kami hadir karena tentu saja kami memiliki peranan penting dalam hal anggaran.

Sepanjang rapat aku mendengarkan semua yang dijabarkan, mencatat poin-poin penting dan menggaris bawahi tugas yang harus aku kerjakan. Rapat berlangsung hingga pukul 10 pagi, kami kembali ke ruangan dan bersiap mengerjakan tugas kami tapi berbeda dengan pak Elzar dia hanya kembali untuk mengambil dokumen untuk memulai rapat yang lainnya.
Saat akan berlalu dia membuatku tercengang dengan apa yang dilakukannya, dia menghampiri kubikel ku dan meletakkan ponselnya di meja dan berkata dengan santainya

“Pesankan makan siang, saya rapat dulu” dan berlalu begitu saja meninggalkanku dengan hujaman tatapan penuh tanya oleh tiga serangkai yang kini melangkah menghampiri ku.

“Alingdarma, sebaiknya lo ngaku sekarang” ancam si Saripah

“Ngaku apaan sih ? Aku aja bingung dia jadi aneh begitu, dibanding kalian aku yang paling ngeri disini”

“Kayaknya bos ada rasa deh” kata mas Raihan sambil memegang dagunya sok berpikir keras

“Rasa nanonano. Engga ah, jangan ngawur”

“Tapi beneran deh, bos agak lain sama elo” timpal mbak Arumi

“Udah, daripada kalian makin ngawur kita pesen makanan aja, habisin saldonya biar dia kapok” Kata ku mulai membuka ponsel pak Elzar

“Kok lo tau sih passwordnya si Bos?” Saripah sangat menjengkelkan hari ini, sungguh

“Jadi pesen gak nih?” Balasku sebal

“Jadi dong, ini keharusan. Pesen yang paling mahal Lin hahaha”

Aku memesankan makanan untuk kami semua, meskipun tadi bos tidak bilang akan mentraktir kami biar saja agar dia kapok. Sudah jam makan siang tapi pak Elzar belum juga kembali padahal makanan pesanan kami sudah sampai.

Ketiga rekanku yang lain mengajakku makan siang di pantry tapi aku menolak dengan alasan menunggu bos, sangat tidak tahu diri rasanya jika sudah menguras saldonya tapi yang meneraktir bahkan belum muncul. Mungkin rapat berjalan alot.
Jam makan siang hampir selesai saat dia tiba di ruangan dan menghampiri ku.

“Kamu udah makan?” tanyanya.

Aku hanya menggeleng lantas berdiri mengambil makanan kami dan berjalan menuju pantry.
Dia mengekoriku seperti anak itik mengikuti induknya. Saat tiba di pantry, dia langsung duduk dan aku membenci diriku seketika.

Apakah jiwa babu sudah melekat padaku? Kenapa aku langsung mengambilkan piring dan sendok saat melihatnya duduk ? bahkan mengambilkannya air minum.
Aku sudah tidak waras, apalagi saat dengan santainya aku menyiapkan makanan itu untuknya.

Benar-benar gila. Tapi dia hanya bersikap biasa saja, jadi harusnya aku tidak usah khawatir.
Sama seperti saat di kafe, dia makan dengan lahap. Sepertinya dia bukan tipe orang yang suka pilih-pilih makanan.

Saat mengamatinya makan aku lihat dia tidak nyaman karena keringat yang ada di dahinya, harusnya aku tidak memesan makanan pedas jika tahu reaksinya akan seperti ini.
 Karena hanya tidak enak saja, makanya aku berdiri dan mengambil tissu dan meletakannya di hadapan sang bos. Dia hanya melirik, mengambil beberapa lembar untuk membersihkan keringatnya lalu lanjut makan dengan bibir yang terus mendesis kepedasan.

“Pedes banget yah Pak?” Tanyaku pura-pura tak enak, hanya pura-pura ya..aku tidak khawatir.

“Hm”

Future PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang