Aku keluar dari ruangan pak Elzar
“Kaget yah Lin ?”
Tanya mbak Arumi menyambutku diselingi senyum jail, aku menatap mas Raihan yang terkikik pelan dan berlalu menuju kubikel ku
“Gimana?”“Gimana apanya Sari? kamu udah denger dari sini kan?”
Dasar Saripah, sengaja tuh pasti dia nanya kayak gitu.
Mereka tertawa geli melihatku, aku tau bos galak dari cerita rekan kerjaku tapi galaknya gak kira-kira, takarannya melebihi manusia normal lainnya. Sekarang aku paham kenapa posisi ku saat ini tidak ada yang mengisi, mereka semua resign setelah beberapa bulan bekerja. Hanya mereka bertiga yang tahan katanya susah kalau harus cari kerja lagi, walaupun bos galak tapi gaji gak pelit.
Aku memperbaiki laporan yang telah dicoret hampir disetiap lembarnya, jika tadi aku mengeluh lelah berdiri sekarang aku mengeluh lelah duduk. Aku baru sehari ketemu dengan bos tapi rasanya-rasanya aku sudah mengeluhkan banyak hal. Aku kelaparan, sungguh ini sangat menguras energi. Mengambil coklat yang selalu kusediakan di meja kerjaku, aku tidak ingin maag ku kambuh.
“Bagi dong Lin, gue laper”
Kata Sari, sejujurnya aku lebih suka memanggilnya Saripah, itu adalah salah satu tanda sayangku untuknya haha“Nih, sama aku juga lapar”
Pintu bos terbuka,“Mana laporan yang saya minta ? Kenapa belum ada yang ngumpulin, kalian kenapa kerjanya lama sih ? Kumpulin laporannya sekarang. Dan kamu” katanya menunjukku
“Berikan revisi laporannya hari ini jam 4”
Kami semua serentak mendesah antara putus asa atau frustasi
“Mas, kumpulin aja yang ada. Kelar gak kelar juga tetap dimarah” Kata mbak Arumi, aku tetap mengerjakan revisiku hingga terdengar suara bentakan dari dalam ruangan bos.
Aku memejamkan mata kenapa harus membentak ?Revisiku selesai tepat waktu, jelas harus tepat waktu rugi ramanya aku melewatkan jam makan siang jika tidak selesai. Aku berdiri dihadapannya mendengarkan segala kata-kata yang keluar dari mulut kejamnya.
Memangnya dia gak capek ngoceh terus, aku yang mendengarkan saja sudah angkat tangan. Aku tidak suka dia. Aku diam. Jika bertemu dengan spesies seperti bos ku, lebih baik diam. Setelah dia puas memberikan revisi kedua aku menyodorkannya air mineral dia menatapku sambil menaikkan alisnya sebelah
“Bapak gak capek marah-marah terus? Ini saya kasih air, diminum yah pak”
“Kamu ngeledek saya?”
“Engga Pak, permisi”
“Siapa yang suruh kamu keluar?” Tanyanya
“Bapak sudah selesai revisi dan saya harus kembali kerja”
“Kamu…”
Dia menipiskan bibirnya lantas mengibaskan tangan tanda aku boeh keluar.
Aku tidak ada niat melawannya, hanya saja aku benar-benar lapar dan dia keterlaluan.Memangnya dia tidak lapar ? Tak lama dia keluar dari ruangannya “Kalian boleh istirahat” katanya berlalu, kenapa tak sekalian saja suruh kami pulang ? Tidak ingin membuang waktu kami gunakan waktu untuk mengisi perut
“Alindra Daksayini, elo hebat banget bisa ngomong gitu ke bos. Nyali lo gede banget” Kata mas Raihan sambil mengunyah
“Gue yang denger udah deg-degan bakalan ada amukan part kesekian”
“Saripah..kamu diam aja yah, ngunyah yang bener kayak mbak Arumi”
“Nama gue Sari ya bukan Saripah”
“Bodo”
Kami makan dengan nikmat lantas kembali ke meja kerja masing-masing, melanjutkan pekerjaan yang menyebalkan hingga waktu menunjukkan pukul 20.00, aku sangat lelah, sampai di kos aku segera mandi dan memesan makanan. Aku mengecek hp ku dan melihat panggilan tak terjawab dari ibu

KAMU SEDANG MEMBACA
Future Perfect
RomanceHanya kisah sederhana tentang "Aku" yang takut menikah Tentang keluargaku yang hancur Tentang "Dia" yang terus meyakinkanku