Elzar POV
Aku baru saja kembali dari luar kota saat Tita menghadangku sambil bersedekap.
“Kenapa?” aku yakin dia ada maunya, jika tidak untuk apa dia sampai menungguiku pulang.
“Aku butuh bantuan Abang?” Menatapnya malas, aku berlalu begitu saja
“Ish Abang, adiknya loh minta bantuan tapi gitu banget”
“Gitu banget apa ? perasaan Abang biasa aja”
“Muka Abang gak biasa yah”
“ohh..”
“Ishh Abaaaang…bantuin”
“Bantuin apa sih? Aku capek”
“Pacar aku gak mau putus” Aku memutar bola mata, sudah biasa.
“Jangan putus kalo gitu”
“Aku udah gak suka, Abang harus bantuin aku putus”
“Caranya gimana?”
Mendengar responku dia lantas tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
“Aku bilang ke dia kalau dia bisa menang balapan dari Abang kita gak bakalan putus, tapi kalau Abang yang menang dia harus terima kita putus”“Abang udah gak balapan lagi sayangnya..kamu minta tolong orang lain aja atau kamu bayar siapa kek gitu yang paling gampang kamu gak usah peduliin lagi paling juga nanti dia capek sendiri”
Sungguh panjang ocehan ini, haus kan jadinya
Aku berjalan menuju dapur dan mengambil air dingin yang langsung ku minum dari botolnya.“Jorok banget sih..ambil gelas kek” Aku hanya menatapnya datar
“Akutuh udah coba gak peduliin dia Bang, tapi dia keras kepala banget dan lagi gak ada yang sehebat Abang kalo soal balapan”
“Mau bayar berapa kamu ?”
“Sama adik sendiri perhitungan cih”
“Mau dibantuin gak”
“Ya udah Abang minta apa?”
“Nanti deh Abang pikirin, jam berapa?”
“Jam 10 malam di tempat biasa” Katanya semangat
Selain menjadi manager keuangan di perusahaan Papa sebagai pekerjaan ku, aku sangat menikmati memacu kecepatan di arena balap. Ada sih tempat selain arena balap, memacu kecepatan di atas ranjang yang menghasilkan peluh nikmat juga aku suka hahaha
Jika di kantor orang mengenalku dengan nama Elzar maka saat di arena aku menggunakan nama depanku, Adam. Yeah namaku Adam Elzar Darmawangsa tapi yang orang tau A. Elzar Darmawangsa. Hanya keluarga dan teman dekat yang tau kepanjangan dari “A” yang tersemat dinamaku.
Harusnya malam ini aku memanjakan diri dalam mimpi bukannya malah dijalan seperti ini, seperti sinetron saja.Aku mengamati lawanku malam ini..dia tampan meskipun tidak setampan aku tentunya, tidak setinggi aku, dan pastinya tidak sekaya aku. Untuk yang terakhir aku bercanda, tapi aku memang kaya sih.
Sama seperti malam-malam sebelumnya disaat aku sangat menggilai kegiatan ini, malam inipun sama. Aku tetap menjadi pemenangnya ahh..sialan, aku lelah. Dan lebih sialan lagi saat tahu banyak yang bertaruh atas kemenanganku. Adikku Tita terlihat sangat senang, segitunya yang mau putus ckckck…harusnya kalau tidak cinta tidak usah menjalin hubungan beginikan jadinya. Abangnya yang dijual.
Aku sedang berbicara dengan Tita saat merasa ada yang memperhatikanku. Aku menoleh ke melihat seorang Wanita yang memperhatikanku lekat. Cantik, kata itu terlintas begitu saja. Mesipun cukup jauh tapi radarku masih bisa mendeteksi wanita cantik dan jangan ragukan itu. Aku masih melihat sosoknya saat adikku yang tidak tau diri ini menyeretku untuk kembali pulang. Untung aku sayang kalau tidak sudah habisi dia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Future Perfect
RomanceHanya kisah sederhana tentang "Aku" yang takut menikah Tentang keluargaku yang hancur Tentang "Dia" yang terus meyakinkanku