Part 14

14 4 2
                                    

Elzar POV

Aku terkejut mendapati Alindra di apartemen mengingat dia masih marah dengan mempertahankan sikap diamnya. Aku tidak bermaksud untuk mendiamkannya tapi aku takut dia kembali marah jika aku kembali membahas Robby.
Ingatkan aku untuk memotong gaji Robby, padahal dia gak seganteng aku tapi sok mau godain pacarku. Alindra itu hak milik Elzar gak boleh diganggu gugat. Hari ini aku sangat lelah, banyak sekali yang harus kupikirkan terlebih karena belum makan sehingga tenagaku terkuras habis setelah mengantar Papa dan Mama ke bandara.

Aku hanya ingin merebahkan diri setelah sampai di apartemen tapi niat itu musnah saat melihat Alindraku sedang duduk bersama adikku. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa disaat rasa lelah kian kuat menggerogoti tiap sendiku.

Mataku seperti tidak puas mengamati Alindra, terus saja terpaku padanya.
“Maaf” Cicitnya, bahkan dia tidak salah sedikitpun.

Aku masih mencerna situasi saat dia berbalik meninggalkanku. Aku tersentak dan segera menariknya saat tangan cantik itu akan meraih gagang pintu.

“Ehmm…aku lapar”
Aduh bego, gak ada kata yang bagusan dikit apa rutukku dalam hati.

Tapi rutukan itu kutarik kembali saat Alindra malah memelukku yang tentu saja kubalas dengan erat, aku tidak ingin kehilangan Alindraku.
Aku sebenarnya tidak ingin makan mengingat sekarang sudah sangat larut, tetapi pemandangan Alindra yang sedang memasak untukku membuat perasaanku membuncah tak sadar mendamba dirinya untuk benar-benar menjadi bagian dari setiap hari dan malamku.

Aku mencintainya

Perasaan sialan! Padahal bukan pertama kali jatuh cinta tapi tetep aja bikin salah tingkah. Alindra meletakkan sepiring nasi goreng dan omelette yang agak gosong di hadapanku

“Telurnya gosong gak apa-apa?”

“Asal kamu yang masak gak apa-apa” Harusnya dia juga malu-malu sepertiku kan ? Tapi wanita kaku ku itu malah berdecih, terserahlah yang penting gak diam-diaman lagi.

Aku masih menikmati nasi goreng kekasihku yang rasanya lumayan asin saat dia mengamatiku lamat-lamat
Si Alin antara minta dikawinin atau pengen buat  hipertensi, buset dah makan nasi kayak makan garam

“Tadi Anna kesini”

Aku tersedak nasi asin yang belum sepenuhnya ku kunyah, segera meraih air lalu aku menepuk-nepuk dada ku

“Terus aku jambak sampai rambutnya rontok” Aku makin tersedak.

Karena melihat mataku yang sudah berair, Alindra pindah ke sisiku dan menepuk-nepuk punggungku

“Karena gak puas aku lanjut cekik dia”
Penjelesannya membuatku melotot seketika, aku sampai takut bola mataku keluar mendengar betapa santainya dia memaparkan bagaimana dia menyiksa Anna, yeah Anna capek banget kalau pacar sudah cemburu perihal kata Nana.

“Ke-kenapa d-dicekik ?” Kataku terbata

“Soalnya dia bilang kamu suka dengar dia mendesah sambil bilang Adam, ya udah aku cekik biar gak bisa mendesah lagi”

Aku tidak tahu bagaimana ekspresiku kini, menelan ludah kasar aku kembali meraih gelas untuk menandaskan isinya, lalu aku tercekat saat tangannya bermain disekitar leherku

"Awas aja kalo kamu berani bilang Nana lagi, bukan hanya suara yang hilang tapi aku pastikan nyawa kamu ikut melayang”

“Kamu mau bunuh aku?” Jeritku ngeri

“Kamu mau aku jadi pembunuh ?” Aku menggeleng cepat

“Ya udah nurut. Satu lagi, tadi aku tampar dia terus bilang ‘jangan suka gatel nempelin toket sumpelan kamu ke Elzar’ jadi kalo dia masih berani nempel-nempel di kamu…bukan dia tapi kamu yang aku banting”

Future PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang