Setelah melakukan perjalanan yang lumayan jauh akhirnya Amora sampai di bandara Soekarno-hatta Jakarta. Amora menempuh pendidikan tingkat SMA di luar negeri. Dan sekarang dia pulang ke Indonesia untuk kuliah.
Sebenarnya ayahnya menyuruh untuk kuliah di sana saja. Namun Amora menolak dengan alasan ingin menghabiskan waktu dengan keluarganya yang tinggal di Indonesia.
"Amora! "Ucap seorang laki-laki bertubuh tinggi dan kekar dari kejauhan sembari melambaikan tangan kepada Amora.
Amora yang melihat laki-laki itu suntak tersenyum kemudian menghampirinya.
" Abang, apa kabar? "Tanya Amora kepada laki-laki itu sembari memeluk.
" Baik, lo sendiri gimana? "Tanya Arga Atjana yang merupakan Abang Amora.
" Baik,"jawab singkat Amora dengan masih tersenyum sumringah.
Arga Atjana memiliki tubuh tinggi, kekar, berambut coklat, serta wajah yang sangat tampan. Jadi tidak heran kalau cewek cewek mengejarnya. Selain memiliki wajah yang tampan Arga juga merupakan ahli waris perusahaan sang ayah. Sifat Arga sangat tegas, disiplin, namun sedikit cuek terhadap orang sekitarnya kecuali keluarganya. Berbeda dengan sifat Amora yang sekarang dia sangat angkuh, cuek, dan membangkang.
Selama perjalanan Amora menikmati suasana Jakarta malam hari.
"Padahal baru 3 tahun gue ninggalin Indonesia, tapi perubahannya sudah sedrastis ini, " Ucap Amora sembari menempelkan wajahnya di jendela mobil yang terbuka.
"Ya beginilah Indonesia sekarang, btw waktu lo di Jepang gimana sekolahnya ? "
"Lancar lancar aja, " jawab Amora yang kini sudah menatap Arga yang tengah fokus menyetir.
"Indonesia memang sudah banyak berubah, tapi lukanya tetap sama ternyata, " Amora tersenyum kecut dan menampakkan wajah sedihnya.
Arga yang mendengar ucapan Amora seketika terperanjat kaget. Arga tidak menyangka bahwa adeknya masih mengingat luka yang terjadi 3 tahun silam.
"Lo masih ingat? " Tanya Arga sembari memberhentikan mobilnya.
"Kenapa? Lo kaget, karena gue masih ingat luka itu? Bukan gue gamau buat lupain itu, tapi ini memang sulit bagi gue untuk ngelupain! "Jawab Amora dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.
Amora dulu mempunyai sahabat bernama Sintia. Sintia merupakan sahabat dekat Amora sejak kecil namun saat mereka berdua memasuki kelas SMP Sintia mengalami pembullyan dan mengakibatkan dia bunuh diri. Amora yang tidak tau apa apa pun suntak kaget saat mendengar kabar Sintia bunuh diri, karena waktu kejadian itu, posisi Amora juga sedang tengah di rawat di rumah sakit.
Amora mengalami sakit yang lumayan parah saat itu. Sehingga membuat dia di rawat beberapa bulan di rumah sakit. Dan ternyata selama Amora di rawat, Sintia mengalami pembullyan dari teman temannya. Dan hal inilah yang membuat Amora sangat menyesal dan menyalahkan dirinya karena tidak dapat menyelamatkan Sintia. Dan sejak kejadian itulah sifat Amora menjadi berubah seperti sekarang.
Arga yang melihat Amora sudah menangis langsung memeluk agar Amora bisa merasa tenang.
Setelah Amora merasa tenang. Arga kembali menghidupkan mobilnya kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di rumah kediaman mereka. Amora langsung menghapus air matanya, karena tidak mau orang tuanya melihat bahwa dia habis menangis. Kemudian langsung turun dari mobil saat Arga membukakan pintu mobil.
"Mah, pah, " Panggil Amora sembari tersenyum lebar saat dia sudah masuk ke dalam rumah.
Bara dan Nada yang sedari tadi menunggu kedatangan putri bungsunya suntak langsung menghampiri Amora kemudian memeluk.
"Akhirnya kamu sampai sayang, " ucap Nada yang merupakan bunda Amora dan Arga.
"Selamat datang di rumah, tuan putri, " sambut Bara dengan senang hati.
"Mentang mentang Amora datang, aku jadi di cuekin huu, " Rengek Arga karena merasa dirinya di cuekin.
Bara, Nada, dan Amora hanya tersenyum saat melihat tingkah Arga, kemudian Bara langsung menarik tangan Arga supaya ikut berpelukan.
"Yaudah sayang, kamu bersih bersih dulu gih! Habis itu makan! " Suruh Nada setelah mereka tidak berpelukan lagi.
"Iya, mah," Jawab Amora singkat kemudian tersenyum hangat kepada sang bunda.
"Bang Arga yang ganteng, tolong bawain kopernya ke kamar ya! " suruh Amora dengan nada manja sembari memuji muji Arga.
"Dih, muji pas ada maunya doang, "
Amora yang mendengar ucapan Arga hanya tersenyum sembari berjalan menaiki anak tangga.
Jam tepat pukul 22.00.Amora keluar dari kamarnya menggunakan baju kaos hitam dan celana pendek. Amora menuruni anak tangga untuk menuju meja makan.
"Wow, udah lama ga makan masakan mamah, pasti makin enak nih, " puji Amora sembari mengambil nasi dan lauk kesukaannya.
"Iyalah, masakan mamah emang selalu enak! " Sahut Arga sembari menyendok makanannya.
"Udah udah,kalau makan jangan sambil ngomong! " perintah Nada kepada Arga dan Amora yang langsung di jawab anggukan oleh keduanya.
Kini mereka sudah selesai makan. Mereka berkumpul di ruang tamu dan mendengarkan cerita Amora selama di Jepang.
Saking asyiknya mereka berbincang bincang. Mereka tidak menyadari bahwa jam sudah larut malam.Saat Nada menyadari bahwa hari sudah larut malam dia pun langsung menyuruh Amora dan Arga untuk tidur.
"Woy, gue mau tidur sama lo, bolehkan? " Tanya Amora yang langsung membuka kamar Arga dan membuat Arga kaget bukan kepalang.
"Heh, ngangetin aja lo! " jawab Arga dengan nada masih syok.
"Ya, maaf," Amora tekekeh kecil saat melihat wajah kagetnya Arga.
"Bang, keluarga Sintia masih tinggal di tempat mereka dulu kan? " Tanya Amora sembari menatap wajah Arga yang tengah fokus memainkan HP.
"Udah pindah, " Jawab Arga singkat tanpa melihat wajah Amora.
"Hah? Pin-" Belum sempat Amora menyelesaikan ucapannya, bibirnya malah lebih dulu ditutup oleh Arga.
"Tidur, lanjut besok aja! " suruh Arga sembari merebahkan tubuh Amora.
"Ga asyik lo! " ucap Amora dengan nada kesal kemudian langsung memejamkan matanya.
Arga yang melihat itu hanya tersenyum kemudian mematikan lampu.
Yuhu gimana nih? Lanjut ga?wkwk><
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora(revisi)
Teen FictionSebelum membaca follow dulu yok guys>>NO PLAGIAT PLAGIAT CLUB😎