hari yang melelahkan

278 20 9
                                    

"Huh, akhirnya sampai, " ucap Amora setelah sampai di rumah.

Hari ini Nada dan Bara sedang berkunjung ke rumah kerabat. Jadi kemungkinan mereka akan datang malam hari.

"Mora, gue mau ke kantor lagi, lu gapapa kan di tinggal sendiri?" titah Arga sembari memegang rambut Amora.

"Iya" jawab Amora singkat kemudian melangkahkan kakinya ke kamar.

Sesampai di kamar Amora tersenyum saat melihat figura yang berisi foto dirinya dan Sintia.

Amora melempar tasnya ke sembarang tempat kemudian mengambil figura itu.

"Sin, hari ini hari pertama gue di kampus, ternyata melelehkan juga ya, " celetuk Amora sembari tersenyum hampa.

"Akhh, andai aja lu di sini, pasti gue ga akan secape ini, " sambung Amora sembari memeluk figura itu.

Amora merebahkan dirinya di kasur dengan tetap memeluk figura itu, setelah itu dia memejamkan matanya.

"Non, ayo makan dulu! " suruh bi Jumi sembari mengetuk pintu.

Bi Jumi yang tidak mendengar jawaban dari Amora, suntak langsung membuka pintu kamar Amora karena dia sangat khawatir Amora akan melakukan sesuatu yang aneh seperti sebelum sebelumnya, namun sangkaan bi Jumi salah, Amora hanya tertidur.

Amora pernah meminum obat tidur 10 butir saat dia benar-benar terpuruk akan kepergian Sintia, dan membuatnya tak sadarkan diri. Itu sebabnya orang rumah selalu khawatir jika Amora tidak bersuara saat dia di dalam kamar.

Amora membuka matanya perlahan-lahan lalu melihat ke arah jam.

"Buset, lama banget gue tidur, " titah Amora saat melihat jam.

Setelah nyawanya terkumpul sepenuhnya dia pun langsung beranjak ke kamar mandi.

Seusai mandi Amora pun langsung turun untuk menuju meja makan.

"Bi, masak apa?" tanya Amora saat dia sampai di dapur.

"Masak ayam geprek non," jawab bi Jumi sembari menyiapkan lauknya.

"Wih, bi Jumi tau aja, kalau aku lagi pengen makan yang pedes pedes, " ucap Amora sembari mengambil nasi dan lauk.

"DORR"

Arga mengkagetkan Amora dan berhasil membuat Amora terkejut sampai tersedak.

"Kampret, lu mau gue mati apa? " ucap Amora dengan kesal.

"Ahahaha, maaf, " titah Arga sembari duduk di samping Amora.

Seusai makan Amora beranjak ke ruang tamu untuk menonton tv, sedangkan Arga beranjak ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

"Baru bangun tidur? " tanya Arga saat sudah ada di hadapan Amora.

"Iya," jawab Amora singkat dengan pandangan tetap fokus ke arah tv.

"Bosen, gue mau keluar ah, " ucap Amora sembari bangkit dari duduknya.

"Heh, gue ga ngizinin! Ini sudah mau malam Mora! " tegas Arga sembari memegang tangan Amora.

"Yang butuh izin lu siapa, gue tetap mau pergi, " jawab Amora sembari menjulurkan lidahnya dan melepaskan tangan Arga.

"Woy! " teriak Arga namun tidak di hiraukan Amora.

Di jalan Amora sangat mengebut. Saking ngebutnya dia hampir menabrak orang, untungnya dia masih sempat mengerem.

"Wo-" ucapan laki-laki yang hampir di tabrak Amora terhenti saat dia mengetahui bahwa yang hampir menabrak dia adalah Amora.

"Loh, Amora,"ucap laki-laki yang ternyata adalah Alvaro.

"Sorry, " titah Amora singkat kemudian langsung pergi begitu saja tanpa memerdulikan Varo.

"Ada apa dengan gadis itu? " tanya Varo kebingungan saat melihat kelakuan Amora yang begitu cuek.

Setelah perjalanan yang tidak begitu jauh. Amora pun sampai di sebuah jembatan. Amora begitu menikmati pemandangan senja di sana.

"Jangan bunuh diri, lu masih muda, pliss," celetuk seorang laki-laki sembari memegang tangan Amora.

"Kamprett, yang mau bunuh diri siapa? " cetus Amora sembari menarik tangannya yang di tarik.

"Terus ngapain lu di sini? " tanya laki-laki itu keheranan.

"Gue cuman menikmati pemandangan ege, " jawab Amora dengan sedikit kesal, karena suasana nikmatnya di rusak laki-laki yang entah darimana datangnya.

"Oh gitu, sorry deh, " ucap laki-laki itu sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Makanya jadi orang tuh, gausah sok tau, " celetuk Amora kemudian meninggalkan laki-laki itu.

"Galak amat, " titah laki-laki itu kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.

Kini malam sudah tiba, Amora bergegas untuk kembali pulang ke rumah.

"Kan, gue bilang juga apa? Kalau lu pergi pasti pulangnya kemalaman," cetus Arga saat Amora sudah sampai di rumah.

"Sengaja, " jawab Amora dengan santai kemudian meninggalkan Arga.

Kalau dulu Amora sangat takut akan kemarahan Arga, kini berbalik jadi tidak perduli. Mau semarah apa pun Arga sekarang dia benar-benar tidak perduli dan tidak takut sama sekali.

Setelah mengganti pakaian. Amora keluar dari kamarnya untuk menuju meja makan. Saat Amora sudah menuruni anak tangga, dia langsung mendapat tatapan sinis dari Arga.

"Apa lu? Natap gue begitu, " cetus Amora saat dia sudah berada di meja makan.

"Kenapa kalian? Berantem? " tanya Bara saat melihat kedua anaknya.

"Tau tuh, anak kesayangan papah sekarang udah berani pulang malam, " celetuk Arga sembari masih menatap sinis ke arah Amora.

Bara yang mendengar itu seketika langsung menatap ke arah Amora.

"Habis maghrib pah, itukan belum begitu malam, " jelas Amora saat dia menyadari Bara sedang melihat ke arahnya.

"Sayang, tetap saja itu malam, lain kali jangan di ulangin lagi ya, " titah Bara dengan nada lembut.

"Iya, " jawab Amora singkat sembari memakan makanannya.

Sesusai mereka makan. Seperti biasa keluarga Atjana akan berkumpul di ruang tamu untuk sekedar berbincang bincang sebelum tidur.

Sampai jumpa lagi 👋

Amora(revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang