Jam pulang sudah tiba. Amora dan Rey pun langsung menuju parkiran.
"Rey, lu duluan aja! Gue mau ke makam Sintia dulu! " suruh Amora saat mereka sudah sampai di parkiran.
"Lu kan ikut gue, terus kalau gue duluan, lu nya gimana?" tanya Rey sembari memasang helm ke kepalanya.
"Naik taksi," jawab Amora singkat.
"Engga, gue aja yang anterin! " titah Rey sembari memasangkan helm ke kepala Amora.
"Emang lu ga cape? " tanya Amora saat mereka sudah berada di jalan.
"Engga, " jawab Rey datar sembari mencepatkan gas motornya.
Amora dan Rey sudah sampai di makam Sintia. Seperti biasa Amora membeli bunga tabur dan mawar putih untuk di taruh di makam Sintia.
"Hay, Sin! Gue datang nih, kalau gue datang lu pasti tau dong, kalau gue lagi kangen sama lu! " ucap Amora tersenyum hampa saat sudah berada di hadapan makam Sintia.
"Lu ga kangen gue gitu? gamau datang ke mimpi gue? Wah jahat lu! " ujar Amora lagi dengan mata berkaca-kaca.
"Sabar, gue yakin dia juga kangen sama lu, " titah Rey tersenyum ringan sembari menepuk punggung Amora.
Sebenarnya Amora ingin bercerita di makam Sintia, tapi karena ada Rey, Amora mengurungkan niatnya itu.
Setelah mereka berdoa untuk Almarhumah Sintia, mereka berpamitan untuk pulang.
"Jangan nangis! Nanti Sintia juga ikut nangis di atas sana! " titah Rey saat melihat Amora sedang menangis dari kaca spion.
"Iya," jawab Amora singkat sembari menghapus air matanya.
"Lu mau makan? Kita makan dulu yuk! " ajak Rey kepada Amora dengan nada sedikit lebih tinggi agar Amora bisa mendengar ucapannya.
"Ayok! " jawab Amora dengan nada lebih tinggi juga.
Amora dan Rey pun kini sudah sampai di tempat makan. Mereka memesan makanan yang mereka inginkan di sana.
"Udah lama gue ga ke resto ini, ternyata masih sama ya? bahkan sekarang makin gede ini resto, " ucap Amora tersenyum ringan sembari melihat keselilingnya.
"Masih ingat lu ternyata, kirain dah lupa, "sahut Rey terkekeh kecil.
"Ingat lah! Orang ini resto favorit keluarga kita, "titah Amora tersenyum ringan.
"Ini pesanan kalian, " ucap pelayan di sana dengan ramah sembari menaruh makanan dan minuman ke atas meja.
Beberapa menit kemudian mereka selesai makan dan minum di sana. Rey langsung pergi ke kasir untuk membayar pesanannya dan pesanan Amora. Setelah itu mereka beranjak untuk pulang.
"Dah, gue pulang ya! Gausah aneh-aneh lu, kalau lu lagi sendirian gini! " seru Rey yang khawatir Amora akan melakukan hal di luar ekspektasi saat dia dan Amora sampai di rumah.
"Iya, gue ga ngelakuin hal bodoh itu lagi kok, " ujar Amora tersenyum lebar sembari menepuk bahu Rey. Setelah itu dia langsung masuk ke dalam rumah.
Yaiyalah Amora ga akan ngelakuin hal bodoh itu lagi. Kalau dia ngelakuin itu, bagaimana dengan bales dendamnya?
Amora sudah benar-benar bertekad untuk membalas dendam kematian sahabatnya. Dia tidak perduli dengan persetujuan Arga dan keluarga yang nanti pasti tidak mengijinkan.
"Huuh, akhirnya bisa rebahan," Amora menarik nafas sembari merebahkan dirinya ke kasur.
Ga perlu waktu banyak untuk Amora bisa tertidur lelap di siang hari. Buktinya sekarang Amora langsung tertidur sesaat setelah dia merebahkan dirinya.
Di sela-sela Amora tertidur, ternyata dia bermimpi bertemu dengan Sintia.
*********
Di mimpi
*********
"Hay, Amora! Apa kabar? ""Sintia? Ini serius lu? "
"Siapa lagi? "
"Kabar gue ga pernah baik setelah kepergian lu Sin!lu sih tega ninggalin gue! "
"Maaf ya! Oh iya, kemarin lu bilang mau ketemu abang gue yang kuliah di luar negeri itu kan? "
"Iya, emang kenapa? "
"Lu udah ketemu sama dia,"
"Hah? Siapa? "
"Nanti juga lu bakal tau! Yaudah ya, gue pamit dulu, dahh, "
"Tunggu Sin! gue masih kangen sama lu! "
********
"SINTIA!! "teriak Amora kemudian langsung terbangun dari tidurnya.Amora menagis sejadi-jadinya saat dia melihat Sintia hanya sebentar. Jujur saja Amora ingin lebih lama ngobrol dengan Sintia walaupun hanya di alam mimpi, tapi apalah daya, dia tidak bisa menahan Sintia lebih lama ngobrol dengannya.
Perasaan Amora semakin campur aduk. Rasa sedih dan emosi bercampur jadi satu di kala itu.
Tidak ada yang bisa Amora lakukan selain menangis dan berteriak histeris sembari memeluk foto dirinya dan Sintia.
"Non! non gapapa? " tanya bi Inah khawatir saat mendengar teriakan Amora sembari mengetuk pintu kamar Amora.
"Aku gapapa bi! " jawab Amora yang berada dalam kamar dengan nada sendu.
"Non, buka pintunya! " suruh bi Inah yang semakin khawatir.
"Buka aja pintunya bi! Pintunya ga aku kunci, " sahut Amora di dalam kamar.
"Ya ampun non, ada apa? " tanya bi Inah dengan nada terkejut saat melihat kondisi Amora yang terduduk di tepi kasur sembari memegang sebuah album foto dengan rambut yang sudah acak-acakan.
"Gapapa bi, " jawab Amora dengan tetap menangis.
"Apa bibi perlu telfon tuan Arga atau orang tua non? " tanya bi Inah sembari meminumkan air putih kepada Amora.
"Tidak perlu bi! Sekarang aku udah gapapa! " titah Amora sembari menghapus air matanya.
"Non serius? " tanya bi Inah ragu.
"Dua rius bi," Amora tersenyum sembari menunjukkan 2 jarinya.
Setelah mendengar ucapan Amora, baru lah bi Inah menjadi sedikit lebih lega. Kemudian keluar dari kamar Amora dengan tenang.
Kejadian seperti ini sering kali terjadi saat Amora tidak bisa menahan emosinya, tapi itu hanya sebentar saja. Jika Amora merasa sudah tenang dan emosinya sudah stabil, dia kembali normal lagi.
HAPPY READING GUYS
Salut sih sama
persahabatan mereka 😣Oh ya, kalian kalau mau info update cerita ini bisa langsung cek ig @Amora_zxl1 ya! Karena jika nanti aku ga update kalian bisa pada tau wkwk><
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora(revisi)
Teen FictionSebelum membaca follow dulu yok guys>>NO PLAGIAT PLAGIAT CLUB😎