Jika ada terdapat typo dan tanda baca salah, silahkan komen ya guys.
Cuaca pagi ini sangat cerah. Cahaya matahari langsung menembus jendela saat Arga membuka tirai dan membuat Amora yang masih tidur kesilauan.
"Abang!! silau," Rengek Amora yang masih menutup matanya.
"Bangun! Ini sudah pagi, "Sahut Arga sembari menepuk-nepuk pipi Amora.
" Gamau, "Tolak Amora sembari menyingkirkan tangan Arga dari pipinya.
" Bangun atau gue hukum? "Tanya Arga yang sudah mulai lelah untuk membangunkan Amora.
" iya, "Mau tidak mau Amora harus bangun kalau Arga sudah berucap seperti itu.
Amora langsung bangun dari kasur Arga dan berjalan menuju kamarnya dengan nyawa yang belum terkumpul seluruhnya.
Amora masih sangat mengantuk itu sebabnya bukannya langsung masuk ke kamar mandi malah kembali merebahkan tubuhnya di kasur.
Amora sangat tahu bahwa Arga tidak senang kalau orang terdekatnya tidak disiplin, namun karena rasa kantuk Amora tidak memperdulikan itu.
Arga sudah curiga bahwa adeknya itu tidur kembali. Saat dia ingin membangunkan Amora kembali. Tiba-tiba Nada mencegahnya dan melarang Arga untuk membangunkan Amora.
" Mamah tau, kamu tidak suka kalau ada yang tidak disiplin, tapi untuk sekarang biarin aja dulu Amora tidur, dia kan habis perjalanan jauh, "Tutur Nada dengan suara lembutnya.
" iya, mah, "Jawab Arga singkat.
Halo, selamat pagi, " Sapa Bara yang baru saja datang.
"Pagi pah, " Sahut serentak Arga dan Nada.
"KRINGGG"
Alarm kamar Amora berbunyi dan menyebabkan dia terbangun. Amora terlonjak kaget saat dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 09.00.
"Haduh, bakal kena amuk bang Arga nih gue, " Batin Amora sembari menepuk jidatnya.
Mengetahui sudah jam segitu. Amora pun langsung bergegas untuk mandi.
Amora keluar dari kamar mandi dengan mengunakan baju oversize dan celana pendek.
Amora berjalan sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk. Saat Amora membuka pintu Amora langsung di kejutkan oleh keberadaan Arga di hadapan pintu.
"Maaf bang! Tapi gue beneran ngantuk banget tadi, " Cengir Amora kemudian langsung berjalan meniruni tangga.
"Kali ini gue maafin, tapi jangan jadiin kebiasaan! " Tegas Arga dengan wajah datarnya.
"Iya, " Jawab singkat Amora sembari memakan roti.
Amora memang mengiyakan untuk sekarang. Tapi bukan Amora namanya kalau tidak mengulangnya lagi.
"Lo, ga kerja? " Tanya Amora kepada Arga.
"Engga, soalnya suruh jaga bocil, " Jawab Arga terkekeh kecil.
"Pala lo, gue bukan bocil, " sewot Amora tidak terima.
"Kata lo tadi malam, keluarga Sintia pindah? Pindah kemana? " Tanya Amora penasaran.
"Engga tau, Kemarin waktu gue kerumah mereka, rumahnya kosong, dan kata tetangganya sih udah pindah, tapi gatau pindah kemana," jawab Arga yang masih fokus melihat TV.
"Yah, padahal gue masih mau main ke kamarnya Sintia, " rilih Amora dengan nada sedih.
"Hmm, yaudah deh, gue mau ke makam Sintia aja, " Ucap Amora kemudian langsung beranjak ke kamarnya.
Kini Amora keluar dari kamarnya mengunakan pakaian serba hitam juga kacamata hitam.
Langkah Amora terhenti karena Arga menghalanginya.
"Kenapa? " Tanya Amora sembari mengangkat alisnya.
"Gue yang anterin! " Jawab Arga yang kini sudah berpakaian rapi juga.
Tidak ada jawaban dari Amora, dia hanya mengangguk kemudian berjalan mendahului Arga.
Kini mereka sudah berada dalam mobil sport berwarna hitam milik Arga. Di sepanjang jalan hanya ada keheningan di antara mereka.
Sebenarnya Arga ingin mengajak ngobrol Amora namun saat melihat raut Amora dia lebih memilih untuk diam saja. Karena takut kalau ucapannya makin menambah Amora sedih.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di TPU. Permata Indah, sebelum mereka menuju kubur Sintia mereka berhenti di toko bunga untuk membeli buka mawar putih juga bunga tabur.
Amora tersenyum saat melihat makam sang sahabat masih terawat dan cantik.
"Hai, apa kabar? Maaf ya gue baru datang sekarang, nih gue bawain bunga kesukaan lu, lo pasti senang kan? " ucap Amora sembari duduk di sisi makam Sintia.
Amora terus bercerita tentang hari hari yang dia lewati di makam Sintia, walaupun dia tau Sintia tidak akan pernah merespon, tapi setidaknya itu bisa membuat dia lega.
"Lu ngajarin gue hidup dengan lu, tapi lu lupa ngajarin gue agar bisa hidup tanpa lu Sin, " rilih Amora yang kini tangisnya tidak bisa terbendung lagi.
Mendengar semua ucapan Amora yang penuh dengan sesak, mampu membuat Arga ikut sesak dan terbawa suasana juga.
Arga langsung memeluk tubuh Amora yang kini tangisnya semakin menjadi jadi.
"Lu kuat, lu pasti bisa bangkit dari keterpurukan ini, " ucap Arga menguatkan Amora.
Setelah beberapa menit akhirnya Amora bisa merasa tenang walaupun air matanya terus mengalir.
"Sin, gue pamit ya! " ucap Amora tersenyum kecut kemudian langsung mendoakan Sintia.
Setelah mereka berdoa. Mereka pun berjalan meninggalkan pemakaman Sintia.
Saat Amora sudah masuk mobil, dia langsung mengambil tisu untuk menyapu air matanya.
"Apa an sih, cengeng banget gue, " Celetuk Amora saat dia melihat wajahnya yang merah dan sembab di kaca.
"Baru nyadar? " Tanya Arga sembari terkekeh kecil.
"Dih, lu juga cengeng, buktinya tadi lu juga nangiskan? " Ejek Amora tidak mau kalah.
"Serah lo, " ucap Arga sembari menggas mobilnya mendadak.
"Woy, kalau mau mati jangan ngajak ngajak dong!"Cetus Amora sembari memukul tangan Arga.
Arga hanya terkekeh kecil kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Di sepanjang jalan Amora melihat ke arah jendela.
" woy, berhenti! "Suruh Amora tiba-tiba dan membuat Arga reflek langsung menginjak rem.
Penasaran dengan kelanjutannya?
Nantikan di part berikutnya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora(revisi)
Teen FictionSebelum membaca follow dulu yok guys>>NO PLAGIAT PLAGIAT CLUB😎