Amora sudah sampai di kampusnya, Amora berjalan menuju kelasnya sambil mendengarkan musik menggunakan airpods. Di tengah-tengah perjalanannya menuju kelas, tiba-tiba kalungnya putus dan terjatuh ke selokan yang pakai penutup besi.
"Haduh, kalung gue, " batin Amora sembari mengambil ranting di sebelahnya.
"Semoga bisa pakai ranting ini, " batin Amora lagi sembari berusaha mengambil kalungnya menggunakan ranting.
"Lagi ngapain? " tanya seorang laki-laki dari arah samping Amora.
"Kalung gue ja-, " ucapan Amora terhenti sejenak saat dia mengatahui pemilik suara laki-laki itu adalah milik Zidan.
"Kalung gue jatuh, " ucap Amora memperjelas ucapannya yang sempat terhenti tadi.
"Hmm, kamu kan anak orang kaya, tinggal beli aja lagi! Ngapain repot-repot buat ngambil? " titah Zidan sembari ikut berjongkok di samping Amora.
"Enak banget lu ngomong, ini bukan masalah kalungnya! Tapi ini tentang kenangan yang ada di kalung itu! Itu kalung pemberian terakhir dari sahabat gue yang udah meninggal! " cetus Amora dengan nada tinggi.
"Ohh, siapa suruh ceroboh, semangat ya ngambilnya, " Zidan tersenyum kemudian meninggalkan Amora begitu saja.
"Kalau gamau bantuin itu, ga usah sok sok an! Pake segala nanya lagi, dasar dosen songong!" titah Amora dengan nada kesal.
Zidan yang mendengar ocehan Amora hanya terkekeh kecil. Zidan pergi meninggalkan Amora bukan tidak mau membantunya, melainkan dia pergi ke gudang untuk mengambil linggis agar bisa membuka penutup besi itu.
"Mau saya bantu?" tanya Zidan yang sudah berada di samping Amora.
"Daritadi kek! " cetus Amora dengan kesal.
"Yaudah, minggir dulu kamu! " suruh Zidan sembari memulai membuka penutup besi itu.
Beberapa menit kemudian akhirnya penutup besi bisa terbuka. Amora yang melihat itu pun langsung mengambil kalungnya.
"Huh, selamat kalung gue, " ucap Amora sembari bernafas lega.
"Udah kan? Lain kali jangan ceroboh! " titah Zidan tersenyum ringan kemudian beranjak meninggalkan Amora.
"Thanks, " ucap Amora dengan sedikit berteriak karena Zidan sudah sedikit jauh darinya.
Zidan yang mendengar itu hanya mengacungkan jari jempolnya tanpa melihat kearah Amora.
Amora tengah fokus mendengarkan materi kelas pertama. Di tengah-tengah dia memperhatikan materi, tiba-tiba Varo memanggilnya dengan nada lemes.
"Mora!" panggil Varo dengan nada pelan.
Merasa Varo memanggilnya. Suntak saja Amora langsung menoleh ke arah Varo. Saat melihat Varo, Amora langsung menyadari bahwa Varo lagi sedang tidak baik-baik saja.
"Heh, lu gapapa? lu sakit? " tanya Amora bisik-bisik.
"Bilangin ke pa Angga dong! Gue ga kuat ini, " suruh Varo kepada Amora dengan nada semakin lemas.
"Permisi pa! Sepertinya Varo sedang tidak sehat, katanya dia mau ke UKS!"ucap Amora kepada pa Angga.
"Yaudah, silahkan! Amora kamu bantu dia ya! " suruh pa Angga dengan nada lembut.
Amora langsung mengiyakan. Kemudian langsung membawa Varo ke ruang UKS.
"Berat banget sih lu, " celetuk Amora yang sedang menggotong tubuh Varo.
"Yaudah! Gue bisa sendiri! " titah Varo sembari melepaskan tangannya dari bahu Amora.
"Ambekan banget sih, lagian lu udah tau sakit, kenapa masih di paksain masuk kampus? " sahut Amora sembari menaruh tangan Varo ke bahunya lagi.
"Gue sih udah berniat hari ini ga masuk dulu, tapi orang rumah ga ada yang percaya kalau gue sakit, " jelas Varo dengan nada sedih.
"Apa? Kok keluarga lu begitu? " tanya Amora dengan nada terkejut.
"Gatau! " jawab Varo singkat.
"Yaudah, lu istirahat sini aja dulu! Gue tinggal ya! " titah Amora sembari membantu Varo merebahkan tubuhnya.
"Iya, makasih udah nganterin, " ucap Varo berterimakasih sembari tersenyum ringan kepada Amora.
"Iya! " jawab Amora singkat kemudian keluar dari ruang UKS.
Di tengah-tengah Amora berjalan menuju kelasnya, Amora berpapasan dengan Zidan.
"Hayo, bolos ya kamu? " tanya Zidan kepada Amora.
"Enak aja! Gue habis nganterin Varo ke UKS! " titah Amora tidak terima karena di bilang bolos.
"Ohh! Kirain, kamu kan salah satu murid bandel, " ujar Zidan sambil terkekeh kecil.
"Sembarangan lu ngatain gue anak bandel! " cetus Amora memutar mata malas.
"Yaudah, masuk kelas sana! " suruh Zidan kepada Amora.
Saat Amora ingin masuk ke kelasnya. Tiba-tiba Leo memanggilnya dari arah belakangan.
"Amora, ikut gue sekarang ya! " suruh Leo dengan raut wajah sedih.
"Ada apa?" tanya Amora keheranan.
"Dah, sekarang ikut gue aja ya! Tapi lu harus janji, lu harus kuat dan sabar, oke? " ucap Leo tersenyum tipis.
Perasaan Amora benar-benar tidak enak. Di sepanjang jalan Amora terus menerus bertanya ada apa, namun Leo tak mau menjawab.
Kini Amora dan Leo sudah sampai di rumah Amora. Amora keheranan saat melihat ada bendera kuning di rumahnya.
Saat melihat bendera itu, perasaan Amora semakin ga enak. Itu sebabnya dia langsung masuk ke dalam rumah.
"Apa ini? siapa mereka? " tanya Amora terkejut melihat ada dua mayat di rumahnya.
Belum sempat Leo menjawab. Tiba-tiba kain penutup wajah mayat itu terbuka. Dan saat itu Amora langsung melihat wajah kedua mayat yang ternyata adalah mamahnya dan papahnya.
Dunia Amora seakan-akan langsung runtuh saat melihat mayat kedua orang tuanya itu. Amora menangis sejadi-jadinya sampai dia tersungkur ke lantai.
"Mora, " panggil Arga sesegukan sambil memeluk tubuh Amora.
"Ada apa ini bang? kenapa bisa seperti ini? " tanya Amora sesegukan.
"Mamah dan papah ngalamin kecelakaan tunggal Mora, dan nyawa mereka tidak bisa di selamatkan," jelas Arga yang tangisnya semakin menjadi-jadi.
Amora yang mendengar penjelasan Arga juga tak kalah kencang menangis.
Leo yang berada di samping Arga dan Amora langsung menenangkan Arga dan Amora.
Hati Leo juga benar-benar sakit akan kepergian kedua orang tua Amora dan Arga, namun dia tahan semuanya agar tidak memperkeruh keadaan.
HAPPY READING GUYS
AMORA, YANG SABAR YA! 😭JADI PENGEN PELUK AMORA 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora(revisi)
Teen FictionSebelum membaca follow dulu yok guys>>NO PLAGIAT PLAGIAT CLUB😎