"Bang, gue mau jalan jalan bentar ya," Izin Amora saat dia sudah masuk ke dalam ruangan Arga.
"Mau kemana? Emang lu masih ingat jalan yang ada di sekitar sini? " tanya Arga kurang yakin.
"Ingat kok, lagian gue perginya gajauh jauh banget, gue cuman ketempat yang sering gue datengin dengan Sintia, " ucap Amora meyakinkan Arga.
"Yaudah, hati hati, " Arga memberikan izin sembari tersenyum kepada Amora.
Setelah mendapat izin Amora langsung ke kamarnya untuk mengganti bajunya.
Amora sudah keluar dari kamarnya dengan menggunakan baju kaos berwarna putih yang dilapisi jaket hitam, juga memakai celana jeans hitam.
Sesampainya di garasi Amora langsung memakai helm ke atas kepalanya, kemudian menghidupkan motor sport nya yang berwarna hitam.
Di sepanjang jalan Amora sangat menikmati pemandangan jalan yang dia lalui. Semua jalan yang dia lewati seakan-akan membawanya flashback kemasa dimana dia masih bersama Sintia. Dan hal itu mampu membuat Amora tersenyum di balik helmnya.
Amora sangat ingat betul semua yang menyangkut kebersamaan dirinya dan Sintia. Termasuk sebuah danau yang ada di hadapannya sekarang.
"Ternyata danau ini masih sama, bedanya sekarang gue cuman bisa datang sendirian, " ucap Amora sembari tersenyum hampa.
Amora mendudukkan dirinya di tepi danau. Dia sangat menikmati suasana tenang danau itu, dan sesekali dia melempar batu kecil ke danau itu.
"Apaan si lu Sin, tega banget ninggalin gue sendiri, " oceh Amora seorang diri.
Saat Amora asyik mengoceh sendiri. Tiba-tiba ada kupu-kupu yang hinggap di lututnya. Kupu-kupu itu seakan-akan tahu bahwa sekarang Amora sangat kesepian maka dari itu kupu-kupu itu enggan pergi dari lutut Amora.
Amora sangat terpukau akan kecantikan kupu-kupu itu, dan mengingat dirinya yang dulu sangat suka mengejar kupu-kupu bersama Sintia.
"Hay, kamu cantik sekali, "Tutur Amora yang senyumnya tidak pudar sama sekali sejak kupu-kupu itu hinggap.
Saat Amora ingin memegang sayap kupu-kupu itu. Tiba-tiba kupu-kupu nya langsung terbang begitu saja dan menghilang dari pandangan Amora.
Tidak ada yang bisa Amora lakukan saat kupu-kupu itu terbang. Amora hanya tersenyum kemudian beranjak dari danau itu.
Kini Amora mendatangi tempat favorit selanjutnya, yaitu sebuah bukit yang masih begitu hijau.
Amora dan Sintia memang bisa dikatakan anak alam. Itu sebabnya mereka lebih sering ke alam terbuka daripada moll.
Di bukit itu masih banyak orang yang datang untuk mengunjungi dan bertamasya dengan keluarga ataupun sahabat.
Amora hanya tersenyum saat dia melihat ada 2 orang bersahabat sedang bercanda riang di hadapannya.
" BUKHH"
"Eh, sorry," ucap seorang laki-laki berbadan tinggi dengan rambut berwarna coklat.
Tidak ada kata kata yang Amora lontarkan kepada laki-laki itu meskipun sebenarnya dia sangat kesal. Amora lebih memilih pergi meninggalkan laki-laki itu tanpa sepatah kata.
Jika dulu Amora sangat mudah berbaur dengan orang baru, kini malah menjadi kebalikannya. Tidak ada hal apapun yang membuat dia tidak mau berbaur, melaikan hanya karena malas.
Kini Amora kembali menikmati pemandangan di sana. Amora terus memperhatikan orang yang bermain riang dengan sahabatnya.
"Andai aja lu masih di sini, pasti gue gabakal merasa iri dengan mereka, " Amora tersenyum kecut dan tanpa aba aba air matanya mengalir begitu saja.
"KRINGGG"
Hp Amora berdering, tanpa basa basi Amora langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfon.
*******
"Halo, ""Woy, pulang! "
Amora terbelalak kaget saat mengatahui ternyata yang menelfon si Arga, suntak Amora langsung mematikan telfonnya sepihak.
"Mati gue," Batin Amora kemudian langsung beranjak untuk pulang.
"Gue ngizinin, bukan berarti lu pulang semau lu! Ini udah jam berapa?" tegas Arga saat membuka pintu.
"Maaf, " jawab Amora dengan nada datar kemudian langsung menuju kamarnya tanpa memerdulikan Arga yang terlihat sedang marah.
"Gue belum selesai ngomong! " ucap Arga dengan nada sedikit tinggi.
Amora yang mendengar itu seketika kembali berjalan menuju Arga.
"Silahkan, lanjut, " ucap Amora sembari menatap Arga datar.
Arga yang tadinya marah suntak langsung terdiam. Bagaimana tidak terdiam Arga sangat tahu bahwa Amora tidak bisa mendengar suara dengan nada tinggi. Jika dia mendengar itu akan membuat Amora langsung menangis.
"Kenapa? Lu kaget? Gue bukan gue yang dulu! Gue bukan lagi orang yang selalu menangis saat mendengar suara dengan nada tinggi, " ucap Amora masih dengan nada datarnya.
"Sejauh ini? " batin Arga. Arga tidak menyangka luka di masa lampau mampu membuat Amora yang dulu dia kenal sudah hilang sejauh ini.
"Kenapa diam? Katanya belum selesai ngomong? " Amora mengangkat alisnya sembari melipat tangannya di dada.
"Tau ah, udah ke kamar aja lu! " suruh Arga kepada Amora.
Amora hanya tersenyum kemudian langsung pergi meninggalkan Arga yang masih tertegun di ruang tamu.
"Apa ini? Akhh kemana Amora gue yang dulu? " ucap Arga sembari memusut wajahnya gusar.
Sekarang Amora dan keluarganya sedang makan malam. Setelahnya mereka berkumpul di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama sebelum mereka tidur.
"Ciee, yang besok udah masuk kampus, " celetuk Bara sembari memusut rambut Amora.
" hmm, tapi gimana ya? Bisa ga ya nanti berbaur di lingkungan baru? " sahut Amora sembari menatap wajah sang ayah.
" Bisa, orang lu anaknya gampang berbaur, " celetuk Arga tiba-tiba.
" nyahut aja lu," ucap Amora sembari menuyur kepala Arga.
"Nah, udah larut malam nih, sekarang kalian tidurnya!" suruh Nada dengan nada lembutnya dan mendapatkan anggukan dari Arga dan Amora.
Lanjut? Lanjut dong wkwk
Sampai bertemu di part berikutnya
HAPPY READING GUYS
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora(revisi)
Teen FictionSebelum membaca follow dulu yok guys>>NO PLAGIAT PLAGIAT CLUB😎