"Makanya, kalau lagi di kampus itu gausah aneh-aneh, jadi ke kunci kan? " cetus Zidan dengan raut datar.
"Apaan sih? orang cuman ke atap di bilang aneh, " ucap Amora memutar matanya malas.
"Minggir! " cetus Amora kemudian langsung meninggalkan Zidan tanpa mengucapkan terimakasih.
"Apa? Dia ga ngucapin terimakasih gitu sama gue? Bener-bener anak mines akhlak!" batin Zidan sembari menggelengkan kepalanya.
Amora sudah masuk ke dalam kelasnya. Dia langsung menaruh kepalanya di atas meja saat dia sampai di kursinya.
"Mora, ini kamu mau belajar apa tidur? " tanya Zidan dengan nada datar saat dia masuk ke dalam kelas.
Tidak ada jawaban dari Amora, dia tetap merebahkan kepalanya di meja, bukan tanpa sebab, melainkan karena panic attacknya kambuh.
"Mora,are you oke? " tanya Zidan lagi karena sedari tadi Amora tidak menjawabnya.
"Varo, coba kamu tanyakan kepada dia! Apakah dia baik-baik aja? " suruh Zidan kepada Varo yang duduk di sebelah Amora.
"Heh, Mora! Lu tidur?" tanya Varo sembari menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Amora.
Varo seketika terkejut saat dia melihat Amora berkeringat berlebihan dan nafasnya tidak stabil.
"Bang, kayaknya Mora terkena serangan panik! " titah Varo yang tahu kalau yang sedang Amora alami adalah ciri-ciri orang kena serangan panik.
"Hah? Yaudah kamu bawa dia ke UKS sekarang! " suruh Zidan kepada Varo dengan sedikit khawatir.
Meski Amora adalah anak yang mines akhlak bagi Zidan, itu tidak memungkiri kalau Amora adalah muridnya sendiri, itu sebabnya Zidan merasa khawatir.
"Baik bang, " jawab Varo singkat kemudian langsung menggendong Amora ke UKS.
Setelah Varo merebahkan Amora di kasur UKS dia langsung keluar untuk memberitahu Bryan.
"Permisi pa! Saya hanya ingin memberitahu Amora sedang mengalami serangan panik dan sekarang dia berada di UKS, " ucap Varo the do point.
Mendengar itu suntak saja Bryan langsung menuju UKS dan di iringi oleh Varo.
Sesampai di UKS Bryan langsung menelfon Leo untuk segera ke kampus karena Leo adalah dokter Psikologi yang sudah berpengalaman dalam menangani kasus seperti ini.
Leo yang mendengar kabar bahwa Amora sedang terkena serangan panik langsung bergegas menuju kampus karena bagaimana pun Amora adalah sepupu tersayang dia.
"Mora!" panggil Leo saat dia sudah sampai di UKS.
"Mora, tenangin diri dulu! Oke? Nih minum dulu! " suruh Leo yang berusaha menenangkan Amora.
Setelah beberapa menit di tangani oleh Leo akhirnya Amora bisa merasa tenang kembali.
"Mau pulang! " titah Amora dengan nada lemas.
"Yaudah, kalau lu mau pulang, tapi sama gue ya! " ucap Leo dengan nada lembut.
Amora masih begitu lemas. Itu sebabnya sepanjang jalan menuju parkir dia di gendong Leo.
"Lu kenapa? Kok bisa kambuh? " tanya Leo saat mereka sudah di dalam mobil.
"Sebelum panik gue kambuh, gue kekunci di atap tadi, mungkin karena itu, " jawab Amora dengan nada pelan.
"Hah? ya ampun Mora! Makanya hati-hati dong!" Titah Leo sembari menatap wajah Amora.
"Iya, " jawab Amora singkat kemudian dia memutuskan untuk tidur.
Amora dan Leo sudah sampai di rumah Amora. Leo tidak membangunkan Amora, dia langsung menggendong Amora masuk ke dalam.
"Ya ampun, non Mora kenapa tuan? " tanya bi Inah khawatir.
Bi Inah memang sudah lama menjadi ART di rumah keluarga Atjana, itu sebabnya dia sudah menganggap Amora dan Arga seperti anaknya sendiri dan khawatir jika ada sesuatu yang terjadi kepada keduanya.
"Gapapa bi, Mora hanya terkena serangan panik tadi, tapi sekarang udah gapapa kok, " jawab Leo tersenyum ramah.
"Oh, syukur deh, " titah bi Inah sembari menghembuskan nafas lega.
Kini Loe sudah merebahkan Amora ke atas kasur, dia memandang wajah Amora yang sendu sembari tersenyum.
"Tuhan, kenapa gadis secantik dan sebaik ini harus kau berikan ujian seperti ini? " batin Leo sembari menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Amora.
"Bi, Amora udah pulang kan? " tanya Arga saat dia sudah masuk ke dalam rumah.
"Iya tuan, tapi tadi kata tuan Leo, non Amora terkena serangan panik, sekarang non Amora lagi sama tuan Leo," ucap bi Inah memberitahu.
"Oh gitu, yaudah aku ke kamar Amora dulu ya," pamit Arga kepada bi Inah.
"Am-" belum sempat Arga memanggil nama Amora. Mulutnya sudah lebih dulu di tutup pakai tangan Leo.
"Syutt! dia udah tidur, jangan berisik! " perintah Leo kepada Arga sembari menarik Arga keluar dari kamar Amora.
"Apaan sih lu, main nyomot aja tuh tangan ke mulut gue, " cetus Arga sembari memutar mata malas.
"Lu sih, asal nyelonong aja! " jawab Leo datar.
"Serangan panik dia masih ada? gue kira serangan paniknya itu udah sembuh," ucap Arga berbicara serius.
"Masih ada! Tapi tenang aja, ini tidak terjadi sesering dulu, " titah Leo menjelaskan.
"Terus harus gimana? Apa serangan panik dia bisa sembuh? " tanya Arga kepada Leo dengan tatapan penuh khawatir.
"Bisa, tapi perlu waktu, " jawab Leo singkat.
"Gue masih ada pasien nih di rumah sakit, jadi lu aja yang jaga dia ya, awas lu! Kalau setelah ini pergi ke kantor lagi, jagain Mora dulu! " perintah Leo kepada Arga. Dan langsung mendapat anggukan dari Arga.
Leo sudah kembali ke rumah sakit. Dan Arga pun sudah masuk ke dalam kamar Amora untuk menjaga Amora.
See you neks time man teman
Jangan lupa vote dan komen jika
Kalian suka>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora(revisi)
Teen FictionSebelum membaca follow dulu yok guys>>NO PLAGIAT PLAGIAT CLUB😎