"Hanan, tolong jemput ayahmu dirumah om Damian" teriak seorang wanita Luna berusia 51tahun pada anak pertamanya.
"adik?"
"adikmu ada perlu jadi nggak bisa jemput ayah, gantian kamu sana."
pria bernama Hanan itu langsung menancap gas menuju rumah yang disebutkan bundanya tadi. Sesampainya disana ia disambut ramah oleh istri Damian dengan tersenyum simpul dia masuk kedalam rumah minimalis tersebut. Saat matanya menelisik mencari seseorang yang dicari, tak sengaja Hanan beradu tatap dengan seorang gadis yang sedang duduk diatas sofa sembari memeluk setoples gemrose ditangannya.
cukup lama mereka saling tatap dan diputus oleh gadis itu karena hendak mengambil camilan dipelukannya. Dan saat itu juga seseorang yang dicari Hanan keluar dari kamar mandi
"mas yang jemput?" tanya ayah Hanan, Arkana Abrisam. Hanan hanya mengangguk sebagai jawaban.
"duduk dulu Hanan, om masih ada urusan sebentar dengan ayahmu" ujar om Damian dari dalam rumah, mendengar suara bariton dari Damian Hanan hanya tersenyum simpul dan mengangguk.
"Sania temenin Hanan dulu ya, Hanan kamu duduk aja ngapain berdiri terus" pinta Damian.
sembari menunggu ayahnya, keduanya remaja tersebut masih beradu pandang dan hanya berkedip sebentar seakan-akan mereka berkompetisi jika salah satu memutuskan tatapannya mereka akan kalah.
"namamu Hanan?" tanya gadis dihadapannya lalu diangguki oleh Hanan.
"namaku Sania dan kita seumuran" lanjutnya, sedangkan Hanan hanya mengangguk lagi sebagai jawaban.
"mau?" Sania menawarkan kue kering dipelukannya pada Hanan.
Hanan hanya menggeleng membuat gadis itu jera "segitunya nggak mau ngomong" akhirnya Sania lebih memilih memakan cemilannya dan mengabaikan pria didepannya.
cukup lama waktu berlalu para orang tua itu keluar dari sebuah ruangan.
"ayo mas, urusan ayah sudah selesai" ujar Arkana."Dam kita pulang dulu ya, terimakasih untuk waktunya dan maaf kalau menggangu"
"nggak papa Ar, kamu kayak orang baru kenal aja, oh ya Hanan sering-sering ya main kesini masa adikmu terus yang kesini"
"iya om." jawab Hanan untuk pertama kalinya mengeluarkan suara dirumah itu.
setelah berpamitan Arkana dan Hanan langsung pulang sedangkan Sania hanya termenung hingga membuat Damian dan Rena sang mama menjadi kebingungan, tidak biasanya Sania setegang ini.
Sania memang orang yang tenang tapi bukan seseorang yang memiliki aura dingin dan menakutkan, dia hanya malas jika harus banyak bertingkah jadi dia lebih memilih untuk tidak melakukan apapun.
"kenapa Sania?" tanya Rena.
"ngantuk" Sania meletakkan toples cemilannya yang tersisa setengah diatas meja dan berjalan lunglai menaiki tangga dan masuk ke kamarnya untuk tidur.
jadi kurang lebih seperti itu lah tingkah seorang Sania.
°•°
"kenapa ngelamun mas?" tanya Arkana.
"nggak" jawab Hanan.
"jangan terlalu mikirin hal yang nggak mungkin terjadi, pikirin aja apa yang kamu inginkan dimasa depan" nasehat ayahnya diterima baik oleh Hanan.
"ayah, gadis tadi anaknya om Dami?"
"iya, kenapa?"
"nggak."
"selalu begitu, ungkapin aja mas apa yang ada di otakmu itu"
Hanan tidak menjawab ayahnya, ia lebih memilih bergelut dengan pikirannya sendiri, ada banyak hal yang tersimpan di otak pria ini hanya saja dia lebih memilih pusing sendirian ketimbang harus pusing bersama orang disekitarnya.
°•°
23/01/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpikat • Lee Heeseung
FanfictionCompleted✓ Lee Heeseung Lokal [1/7] "aku tertarik padanya, aku menyukainya, aku ingin memilikinya" menurut kalian siapa yang mengucapkan kalimat itu, pria bernama lengkap Hanan Abrisam atau gadis bernama Sania Anurdhati. kita simak kisahnya 17+ .. B...