21°

254 39 0
                                    

Tujuh bulan sudah berlalu Hanan dan Sania semakin lengket dan semakin romantis. keduanya tidak ragu untuk menunjukkan perhatian kepada satu sama lain.

seperti sekarang Sania dengan ada di perusahaan milik suaminya, berdiam diri di sofa ruangan itu sembari menatap suaminya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"kenapa?"

"tidak papa" jawab Sania dengan tersenyum manis.

"kalau kamu bosan, kamu bisa ke cafetaria"

"ayo temani aku"

"aku tidak mau"

"kenapa?" Sania memasang wajah kecewa.

Hanan harus menjawab apa dirinya bingung.

"minta temani mbak Asya ya"

wajah Sania terlihat memerah seperti sebentar lagi Hanan akan mendapat masalah.

"mas nggak mau nemenin?" Sania

"bukan begitu, ketempat lain aja ya"

"kenapa mas nggak mau ke cafetaria sama aku? ada yang disembunyikan?"

Hanan menggeleng.

"yaudah ayo mas juga belum makan siang" Sania menarik tangan Hanan dengan sekuat tenaga tapi tetap tidak bisa membuat Hanan bergerak.

Hanan menghela nafas pasrah jika tidak dituruti Sania akan berubah menjadi banteng dan terus meneriakinya, Hanan tidak mau itu terjadi.

"oke" Hanan berdiri dari tempat duduknya dan mengikuti langkah istrinya.

saat menuju cafetaria Hanan melihat ada Asya yang sepertinya baru meninggalkan cafetaria.

"mbak tolong handle pekerjaanku sebentar, aku ingin ke cafetaria"

Asya bingung tumben sekali Hanan mau ke cafetaria biasanya tidak akan mau kesana mau dibujuk seperti apapun sepertinya itu tidak akan berhasil.

"baik"

Hanan meninggalkan Asya dengan tangan yang masih digandeng Sania. aaahh sepertinya Asya tau kenapa Hanan mau ketempat terkutuk itu, Sial. Asya ingin tertawa melihat wajah tertekan dari bos kecilnya itu.

"semoga kewarasanmu tetap berjalan" Asya melenggang pergi menuju ruangan Hanan.

sesampainya Hanan dan Sania di cafetaria beberapa orang menatap heran kenapa Hanan bisa ada ditempat itu, sepertinya cafetaria perusahaan memang tempat yang paling dibenci oleh Hanan.

"kenapa mereka ngeliatin kita?"

Hanan hanya menggeleng dengan kaku.

"kamu kenapa sih?" Sania

"kita cari tempat makan lain ya?" bujuk Hanan selembut mungkin.

"kita udah ada disini ngapain nyari tempat lain"

belum sempat Hanan menjawab terdengar suara yang tiba-tiba menggelegar disana.

"KAK HANAN MY DARLING!!"

terlihat diujung dapur cafetaria seorang pria bertubuh gempal dan agak gemulai meneriaki nama Hanan yang cukup membuat Hanan merinding.

sedangkan Sania gadis itu mematung dengan apa yang baru saja terjadi.

"hai baby akhirnya kamu kesini kamu kangen aku ya" ucap pria itu dengan merangkul tangan kiri Hanan sedangkan tangan kanan Hanan masih menggenggam tangan Sania.

"kak Hanan jangan diam saja, kamu pasti rindu aku kan, okey hari ini kak Hanan mau pesan apa?" ucap pria itu dengan manja.

"kamu siapa?" tanya Sania bingung.

"kamu yang siapa gandeng-gandeng tangan kak Hanan"

"aku istrinya"

"kamu istrinya? waah kok tidak mengundangku?"

"Ben kembali bekerja!!" teriakan terdengar lagi dari belakang lelaki yang dipanggil Ben tadi.

"iya nyonya bos" Lelaki gemulai itu melenggang pergi digantikan dengan wanita tua yang berteriak tadi.

"maaf ya nak Hanan kelakuan Ben memang semakin menjadi-jadi setiap harinya"

"tidak papa" jawab Hanan singkat.

"silahkan duduk dan mau pesan apa?"

"kita tetap makan disini?" tanya Sania sembari melihat Hanan yang masih sedikit kaku.

Hanan mengangguk "terlanjur, Bu saya pesan seperti biasa ya dua porsi minumnya juga"

"baik, tunggu sebentar ya" wanita yang dipanggil nyonya bos tadi pergi meninggalkan Hanan dan Sania.

kini Hanan dan Sania duduk dikursi paling pojok dengan Hanan yang terus menempel pada Sania.

"kenapa mas nggak bilang?"

Hanan hanya diam dan menarik tangan Sania lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan Sania.

Sania merasakan basah ditangannya, apa Hanan menangis? karena tidak tega Sania mengelus kepala Hanan bagaimanapun juga dia yang memaksa Hanan.

Sania tidak mengira jika Hanan akan menangis seperti ini benar-benar tidak terlintas di otaknya tentang Hanan yang akan menangis.

"aku minta maaf" gumam Sania pelan.

Hanan menggeleng disela tangisnya, sepertinya Sania harus tau tentang ini.

"ceritakan ya nanti"

Hanan mengangguk

°•°

01/03/2023

(visualisasi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(visualisasi)

Terpikat • Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang