"mbak yakin mau sama mas Hanan?" tanya Gio. Hari ini Gio memang menjemput ayahnya seperti dirumah Sania, sedangkan Hanan dia disibukkan dengan jam kuliah dan kerja nya.
"kenapa emang?"
"nggak papa, cuman kan mbak sama mas nggak terlalu kenal apa itu keputusan yang tepat"
"aku yakin kok, aku nggak tau apa yang akan terjadi dimasa depan tapi apapun yang terjadi entah itu berakhir baik atau buruk aku tetap akan terima takdir itu, karena itu keputusanku" jelas Sania.
"mas Hanan nggak salah punya calon istri kayak mbak begitu juga sebaliknya"
"kenapa kamu yang jemput ayah?"
"nyariin mas Hanan?" goda Gio
"aku cuman nanya"
"kenapa nanya mbak, setiap harinya juga kan Gio yang jemput ayah" jawab Gio dengan senyum menggoda
"kangen mas Hanan?" sambung Gio to the point
"nggak Gio"
"kalau kangen kan bisa telfon, kemarin juga udah aku kasih nomornya mas Hanan"
"nggak gitu Gio"
"suka malu-malu deh" jawab Gio dengan tertawa meledek
"kok bisa kamu beda banget sama Hanan?" bingung Sania
"kalau aku sama kayak mas Hanan mbak Sania bakalan bingung suka yang mana" Gio
"yang jelas aku nggak akan suka kamu"
"iya lah sukanya sama mas Hanan"
"NGGAK GITU GIO!!" Sania mengamuk karena Gio benar-benar membuatnya emosi hari ini
dengan langkah penuh kesal Sania pergi menuju kamarnya meninggalkan Gio yang masih tertawa karena berhasil membuat Sania marah
"kamu kenapa?" tanya Rena saat melihat Gio tertawa terpingkal-pingkal
"mbak Sania marah"
"jangan ngangguin Sania loh,dia kalau marah bisa tidur seharian"
"dasar putri tidur"
memang begitu sifat Sania ketika dia menunjukkan perilaku, perasaan atau bahkan ekspresi berlebihan dari biasanya dia akan langsung lelah dan mengantuk, Sania benar-benar manusia introvert.
"nggak papa nanti mas Hanan yang suruh bangunin mbak Sania, pasti langsung bangun" Gio
"terus aja terus" Arkana datang dan langsung menjewer telinga anaknya itu.
"kamu jangan gangguin Sania terus, liat dia marah kan sekarang" omel Arkana.
"seru yah gangguin mbak Sania sama kayak gangguin mas Hanan" jawab Gio dengan cengiran.
°•°
Seperti apa yang dikatakan Rena sudah dua hari penuh Sania tidur tanpa bangun sedikitpun, biasa memang bagi orang seisi rumah tapi tetap saja Rena dan Damian cemas.
sejak SMP Sania menderita sleep apnea yang merupakan penyakit membuat seseorang mudah tertidur jika sudah kelelahan ditambah lagi Sania seseorang yang introvert jadi sangat memungkinkan untuk penyakit itu terus bersarang ditubuh Sania.
awalnya Sania hanya kekurangan tidur karena terlalu banyak belajar dan semakin terus-menerus membuat suasana hatinya sering gelisah dan merasakan rasa khawatir hingga saat dia tau bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut dia memforsir diri untuk belajar, bahkan saat lulus SMA papanya membebaskan apapun yang ingin dilakukan anak gadisnya itu seperti bebas dari kuliah atau kerja, Sania benar-benar menderita sleep apnea akut.
jadi jangan heran kenapa aktivitas yang dilakukan Sania hanya tidur, tidur, dan tidur. Dia hanya akan melakukan aktivitas jika itu hanya berdasarkan keinginannya bukan atas dasar suruhan.
"masa kita ikuti saran anak gila itu?" tanya Damian pada istrinya.
"tapi kalau ucapan Gio bener ya nggak papa dong pa"
"iya om nggak ada salahnya" Gio benar-benar membawa petaka untuk Sania.
"bentar,aku telfon Hanan dulu"
selang beberapa jam Damian menelfon Hanan kini Hanan sudah ada dirumah itu
"bantu bangunin Sania ya, Han" pinta Rena
"gimana caranya?" batin Hanan
"lagi mikirin caranya ya?" tebak Gio
Hanan memandang adiknya dengan datar, semua gara-gara adik sialannya itu.
"kalau di kartun putri tidur,putrinya harus dicium dibibir nggak sih biar bisa bangun?" saran Gio
plak
"gila" Hanan menampar kepala belakang adiknya itu, sarannya benar-benar diluar nalar
"padahal bisa dicoba dulu" omel Gio
"semua ini gara-gara kamu ya Gio" Arkana
"maaf om, kan nggak tau kalau bakalan bikin mbak Sania marah"
"Tidur berapa lama?" Hanan mengeluarkan suaranya saat melihat Sania yang tertidur dengan pulas.
"dua hari" Gio
Hanan memandang adiknya tidak percaya.
"mas nggak salah denger kok, mbak Sania udah tidur selama dua hari" Gio
Hanan tidak habis pikir dengan gadis didepannya ini, apa dia tidak merasa lapar atau kebelet mungkin. Sania bahkan tidak terbangun saat Gio dengan sengaja menjepit hidung Sania agar tidak bernafas tapi tetap tidak ada hasil, dia semakin pulas tertidur.
Hanan mencoba memegang pergelangan tangan Sania dan mengecek apa denyut nadinya masih ada.
"mbak Sania nggak meninggal mas"
benar, nadinya masih ada tapi bagaimana bisa Hanan tidak habis pikir, kini tangannya berpindah ke kepala Sania dan mengelus pelan kepala gadis itu.
"malah makin pules nggak sih?" bingung Gio
°•°
27/01/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpikat • Lee Heeseung
FanfictionCompleted✓ Lee Heeseung Lokal [1/7] "aku tertarik padanya, aku menyukainya, aku ingin memilikinya" menurut kalian siapa yang mengucapkan kalimat itu, pria bernama lengkap Hanan Abrisam atau gadis bernama Sania Anurdhati. kita simak kisahnya 17+ .. B...