12°

300 48 4
                                    

sudah sekitar satu bulan Hanan dan Asya di Australia , hari ini Hanan sedang menunggu hasil operasi Sania yang pertama.

"Felix, operasi akan membuahkan hasil kan?"

"berdoa saja Asya, tidak ada yang tau tentang kesehatan seseorang, aku akan membantu semampuku"

Asya tersenyum getir, sedangkan Hanan hanya memandangi Sania yang masih tertidur diatas ranjang rumah sakit.

"tolong lakukan apapun untuk istriku"

"bantu para dokter dengan doamu"

Felix memasuki ruangan operasi dan lampu ruangan menjadi redup tanda operasi akan dilakukan.

"kamu makan dulu ya Han, aku belikan makanan"

Hanan mengangguk dan Asya pergi meninggalkan Hanan untuk mencari makanan.

"jangan tinggalkan aku Nia" lirih Hanan.

sibuk dengan pikirannya tiba-tiba kepalanya terasa pusing, pandangannya seperti berputar-putar.

"kamu kenapa Han?" Asya baru datang dengan beberapa makanan ditangannya.

"nggak tau mbak, kepalaku sakit"

"kamu pulang ke rumah aja ya Han, biar mbak yang jaga Sania"

"nggak mau mbak, aku mau nunggu Nia"

"tapi kondisi kamu sedang lemah Hanan, pulihkan dulu tubuhmu setelah itu datang kesini"

"kalau Nia butuh apa-apa bagaimana?"

"ada mbak, mbak yang akan jaga istrimu, kamu pulang dulu kerumah Felix dan makan ini, istirahat yang cukup minum obat juga"

Hanan mengangguk menuruti ucapan perempuan didepannya, berjalan dengan pelan karena kepalanya masih terasa sakit, dirinya memanggil taxi dan pulang kerumah Felix.

Asya memutuskan untuk dirinya tinggal dirumah milik Felix sesuai penawaran Felix, karena jika menyewa hotel atau penginapan akan menghabiskan banyak biaya mengingat membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk perawatan Sania agar sembuh total.

Asya yang melihat Hanan semakin hampa turun prihatin berharap agar Sania cepat sembuh.

"Felix kamu harus berhasil" harap Asya.

°•°

ditengah keramaian cafe, ada enam remaja yang sedang merenung. Fabian sedang berdoa agar Hanan tidak membunuhnya, ia risau saat melihat perusahaan milik Hanan menjadi berantakan.terhitung sudah 1bulan ini para remaja itu memegang perusahaan Hanan.

para pegawai satu-persatu mulai mengundurkan diri sedangkan tidak ada perekrutan karyawan baru, finansial perusahaan yang krisis, itu tanda-tanda kebangkrutan kan?.

"kita harus apa?" Gladys.

"aku bingung tau" Gio.

semua orang sedang frustasi kecuali Cantika, gadis itu hanya memandangi wajah lesu teman-temannya tanpa mau mengeluarkan satu katapun.

"kamu ada ide?" tanya Aluna pada Cantika

Cantika hanya menggeleng

"aku nggak faham apapun soal perusahaan"

"jangan tanya apapun pada Cantika, percuma" Raja.

"tapi kita jangan terlalu larut dalam kesedihan, kita harus bangkit" Cantika memberikan dukungan pada teman-temannya.

"kita bisa mulai semuanya dari awal, seperti menekan rating dan promosi, mencari tau kelemahan perusahaan pesaing dan terima setiap saran dari pegawai, dan juga perusahaan harus punya visi misi yang jelas" jelas Cantika

"aku kurang tau maksudnya mungkin kalian faham, aku pernah dengar ini dari mbak Sania yang sedang mengobrol dengan mas Hanan"

"keempat point ini yang selalu diingat oleh mas Hanan"

Gio faham dengan yang dimaksud Cantika, ia juga pernah diajari soal ini oleh ayahnya, mungkin ini saatnya dia bersungguh-sungguh, dia harus mengeluarkan semua kemampuannya.

diajari selama dua tahun tidak mungkin tidak ada yang masuk kedalam otaknya.

"terimakasih Cantika, aku menemukan titik terang sekarang"

para remaja itu menatap Gio, mereka benar-benar berharap pada Gio agar mereka berumur panjang.

"waah Cantika kamu pinter banget, kamu bisa mengingat ucapan orang lain dengan baik" puji Aluna.

"setiap orang memang memiliki kekurangan tapi tentu mereka juga memiliki sebuah kelebihan"

"ini kelebihanmu?" Raja.

"aku anggap ini kelebihanku, bisa mengingat ucapan seseorang dengan baik terlepas aku faham atau tidak dengan ucapan yang dilontarkan tapi aku ingat betul setiap ucapan orang-orang di sekitarku"

"bukan hal spesial" Raja.

Cantika hanya diam sudah biasakan Raja seperti itu.

"besok kita mulai semua, yang serius dan Cantika kita butuh kamu" Gio

Cantika menggeleng "maaf, aku tidak bisa membantu aku ada acara besok"

"apa tidak bisa ditunda, satu jam aja kita butuh ingatanmu untuk mendengar keluhan dan saran para pegawai" Gio

"kalian bisa mencatat ucapan mereka, ini bukan hal yang sulit kan"

"kamu yakin nggak mau bantu kita?" Gladys

"aku benar-benar minta maaf"

"nggak papa kalau kamu berhalangan ikut, kita nggak akan ngelarang semoga acaramu lancar" Fabian.

"kalian pasti bisa bahkan tanpa aku" gumam kecil Cantika terdengar oleh Fabian.

°•°

12/02/2023

Terpikat • Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang