Selama dua bulan ini Hanan dan Sania melakukan aktivitas dengan selayaknya suami istri. Sania benar-benar menepati janjinya untuk merubah pola hidupnya agar sumah tangganya menjadi harmonis tidak mau jika terjadi sesuatu dalam rumah tangganya hanya karena kemalasannya.
Hari ini sudah menunjukkan jam 5sore menunjukkan Hanan pulang bekerja, saat ia masuk dalam apartemennya, Hanan memperhatikan seluruh ruangan yang tertata lebih rapi ketimbang sebelumnya.
dengan langkah cepat Hanan memasuki kamarnya dan tepat perkiraannya bahwa Sania sedang tertidur, Hanan mendekati Sania dan membenarkan selimut gadis itu.
setelah itu Hanan memutuskan untuk mandi dan mengganti pakaian, sebelum ia menyusul Sania kedalam dunia mimpi dia menyempatkan diri untuk memakan masakan Sania.
"Nia kamu nggak makan? kita makan sama-sama" Hanan membangunkan Sania.
Hanan kira membangunkan Sania akan sulit mengingat berapa besar tenaga yang dikeluarkan gadis itu untuk seisi rumah, tapi ternyata Sania langsung terbangun.
"mas udah pulang?" tanya Sania.
"udah, kamu belum makan kan? kita makan ya"
Sania mengangguk dan mengikuti langkah Hanan menuju meja makan dan menyantap makanan dihadapannya, tidak sulit Sania hanya menanak nasi serta telur dan ayam bacem untuk lauk. menu yang paling sering Sania hidangkan.
Sania dan Hanan fokus menghabiskan makanannya.
setelah selesai Hanan mencuci piring dan gelas yang kotor sedangkan Sania membersihkan makanan yang ada diatas meja.
"masih jam setengah tujuh"
"kenapa?"
"nonton film yuk"
"kamu nggak mau tidur?"
"nanti kalau ngantuk kan langsung tidur"
"yaudah kamu tunggu sebentar"
Hanan menarik ujung sofa yang ada diruang tengah, Sania baru tau jika sofa itu bisa ditarik menjadi sebuah tempat tidur kecil.
"kamu nggak ngasih tau sofanya bisa ditarik?"
"kamu nggak nanya"
Sania menggerutu dan menjatuhkan tubuhnya diatas sofa tersebut enggan membantu Hanan yang sedang sibuk menyiapkan acara menonton mereka.
saat semuanya sudah siap Hanan mengambil posisi duduk disebelah Sania.
"mas juga nggak mindahin aku ke kamar semalam"
"jangan berisik Nia, film nya udah mulai"
lagi-lagi Sania hanya mendecih. Kini keduanya fokus pada film didepan mereka menonton stand by me doraemon, belum setengah menayangkan film tersebut Sania sudah menguap.
"aku ngantuk" tubuh Sania merosot menjadi rebahan di sofa dan tertidur.
°•°
seperti janji Sania pada dirinya sendiri dia bangun pagi sekali tapi tetap saja Hanan lebih dulu bangun ketimbang dirinya.
terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi menandakan ada seseorang didalam sana. Sania berjalan ke dapur sambil menguncir rambutnya berniat untuk minum dan segera memasak.
"kamu udah bangun?"
Sania mengangguk
"aku mau masak buat kamu sarapan"
"bikinin bekal juga ya, aku nggak mau ke cafetaria kantor"
Sania mengangguk dan langsung memasak, kali ini hanya nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan, dan ada ayam goreng bawang putih serta nasi untuk bekal.
"nanti agak siang bocah kematian akan kesini"
"ada apa?"
"mereka memang sering kesini, kamu nggak keberatan kan?"
"nggak kok, sama para gadis?"
"kurang tau"
"yaudah nanti aku bikin cemilan untuk mereka"
"jangan terlalu lelah Nia"
"iya mas Hanan"
"aku berangkat dulu, kamu hati-hati dirumah"
"kamu juga hati-hati"
Sania mencium tangan Hanan dan ikut mengantar Hanan keluar rumah setelah itu Sania langsung mengunci pintu rumahnya.
drtt.. drrtt..
"halo Gio"
"mbak aku mau kesana sama Raja dan Bian"
"iya, mbak udah tau"
"jangan nyiapin apapun mbak, kita udah beli banyak makanan"
"yaudah iya"
"udah dulu ya mbak, Gio matiin dadah mbak"
"dadah"
benar saja tidak menunggu waktu lama tiga bocah kematian itu datang dengan menenteng kresek berisi makanan, bahkan ada cemilan kesukaan Sania juga, gemrose.
"kalian beli makanan banyak banget"
"nggak papa mbak, nggak repot kok"
"para gadis nggak ada yang ikut?"
"nggak mbak" jawab Bian singkat, tumben sekali Fabian sangat tenang hari ini.
"lagi galau" bisik Gio pada Sania.
Sania cukup mengerti apa yang dirasakan para remaja lelaki ini.
"yaudah kalian duduk aja mbak mau bikin minum untuk kalian"
"mbak duduk aja biar Raja yang bikin, kita nggak mau mbak kelelahan"
"hanya bikin minum tidak bikin lelah Raja"
"mbak percaya aja sama Raja, Raja bisa diandalkan kok kalau urusan dapur"
"yaudah terserah kamu"
Sania duduk sofa ruang tamu. Tidak ada yang berbeda diantara mereka bertiga kecuali Fabian. lelaki itu terlihat seperti orang yang menahan emosi dan hanya menunjukkan wajah datar.
"Bian kenapa?"
"ada masalah sedikit, tapi bukan masalah serius" jawab Bian dengan tersenyum simpul.
"kamu bisa cerita sama mbak, kalian juga kalau ada masalah bisa cerita ke mbak"
Gio dan Raja hanya mengangguk sedangkan Fabian semakin menundukkan kepalanya menutupi wajahnya dengan lipatan tangan, terlihat bahu Fabian bergetar dan terdengar isakan kecil, Fabian tengah menahan tangisannya.
"Fabian terlalu lemah jika soal cinta mbak" bisik Raja pada Sania.
Fabian remaja yang terlihat sembrono dan berisik tapi bisa selemah ini jika berhubungan dengan perasaannya.
°•°
06/02/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpikat • Lee Heeseung
FanficCompleted✓ Lee Heeseung Lokal [1/7] "aku tertarik padanya, aku menyukainya, aku ingin memilikinya" menurut kalian siapa yang mengucapkan kalimat itu, pria bernama lengkap Hanan Abrisam atau gadis bernama Sania Anurdhati. kita simak kisahnya 17+ .. B...