Flashback awal dari sebuah cerita ( Part 14)

78 8 4
                                    

Hinata sedang memakan sarapannya di meja makan bersama dengan Yuta dan kedua orang tuanya. Ini adalah hari pertama mereka masuk ke SHS, ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Hinata, mulai terbuka, mulai berterus terang, awalnya ketika dia masuk ke dalam keluarga ini dia memang sudah ceria dan selalu nampak bahagia, membuat bahkan sebagian orang berfikir bahwa dia begitu mudah melupakan orang tuanya. Namun saat memasuki kamarnya binar matanya akan berubah menjadi sendu, seberapa besar usahanya untuk menanamkan dalam dirinya bahwa pasangan Nakamoto adalah orang tuanya, tidak pernah bisa benar-benar dia beranggapan seperti itu. Pada kenyataannya gadis itu adalah anak yatim-piatu tanpa orang tua. Hinata sering menangis sendirian di kamar ini, mengingat moment-moment indah bersama dengan orang tuanya.

Kembali ke saat ini.
" Kak nanti Tata mau ke makam mama papa dulu kak kalau udah pulang sekolah" Hinata memecah keheningan di meja makan itu.
" Nanti kak Yuta antar kalau begitu, gak ada yaaa pergi sendirian kayak waktu itu, ntar kamu lupa jalan pulang lagi!" Jawab Yuta. Yuta walaupun dingin diluar tapi kalau dengan Hinata akan jadi soft boys yg act off service. Lihat saja sekarang dia sudah beranjak menuju rak sepatu , mengambilkan sepatu untuk Hinata kenakan.
" Sepatunya udah kakak siapin di teras depan yaaa!" Ucapnya setelah kembali ke meja makan, lalu duduk lagi dan menunggu Hinata menyelesaikan sarapannya.
" Makasih kak!" Ucapnya sambil tersenyum.
" Sayang, inget yaa kalau ada yang jahatin Hinata harus langsung bilang ke Yuta, daddy atau mommy!" Pesan Tuan Shatoshi Nakamoto kepada Hinata.
" Hmmmmm" Hinata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban karena mulutnya masih mengunyah makanan.
" Tata selesai! Terimakasih makanannya!" Ucap Hinata setelah menghabiskan makanannya.
" Pinternya anak gadis mommy!" Puji nyonya Nakamoto.
" Kamu nanti jagain Hinata yang bener yaa Yuta jangan sampai lengah!" Pesan Tuan Nakamoto.
"Ya dad.... Udah ayo buruan Nata ntar telat!"
Keduanya langsung berpamitan dan berangkat sekolah bersama.
Kehidupan semasa SHS nya ternyata berubah, Yuta juga perlahan mulai berubah, Yuta terpilih sebagai wakil OSIS waktu itu, membuatnya jarang ada waktu dengan Hinata, sepertinya Hinata memang harus terbiasa di abaikan. Nyonya dan tuan Nakamoto sekarang sibuk dengan pekerjaan mereka. Kadang pulang malam kadang gak pulang berhari-hari.
Sampai pada suatu hari tepat ketika dia masuk ke umurnya yg ke-17 , mereka berkumpul di ruang keluarga.
" Yuta..... Yuta sayang gak sama Hinata?" Tanya sang mommy.
" Sayanglah mom!! kok tanyanya begitu." Jawab Yuta .
" Hinata sayang gak ke kak Yuta??" Sekarang sang kepala keluarga yang bertanya kepada Hinata.

" Sayang dad!" Jawab Hinata bahkan pipinya bersemu merah.
Melihat reaksi yang Hinata keluarkan membuat kedua orang tua itu tersenyum penuh arti.

" Kalau kalian saling sayang berarti keputusan daddy dan mommy untuk menjodohkan kalian adalah keputusan yang tepat kan??" Ucap mommy.

"HAAAA" Yuta setengah berteriak menanggapi ucapan mommy nya.

Setelah dipikir-pikir Yuta hanya menyayangi Hinata layaknya seorang kakak terhadap adiknya. Yuta tuh punya crush di luar sana, udah setengah tahun ini Yuta deketin , crush nya tak lain adalah ketua OSIS nya.

" Yuta keberatan mom, gak mau Yuta di jodohkan sama Nata!" Tolak Yuta.
" Bodo amat sama Yuta, yg penting Hinata setuju!" Ucap mommy nya
" Hinata setujukan sayang, ???" Tanyanya lembut kepada Hinata.
Sebenarnya Hinata bingung, dia juga sudah menyukai teman satu kelasnya yg bernama Ricky. Mereka juga sudah dekat belakangan ini, bahkan sering jalan berdua sepulang sekolah, tapi melihat tatapan mommy juga daddy nya, Hinata bingung bagaimana cara menolaknya entahlah dia hanya reflek menganggukkan kepalanya.

Semenjak kejadian itu, hubungan Yuta dan Hinata merenggang , Yuta yg tidak setuju dengan perjodohannya memilih untuk keluar dari rumah keluarga Nakamoto dan tinggal sendiri di apartemen. Alasannya tentu saja tidak dia utarakan secara langsung. Dia beralasan bahwa , dia keluar dari rumah itu karena tidak ingin berbuat hal yg bukan-bukan pada Hinata yang statusnya adalah pasangannya. Pasangan hasil perjodohan.

Hari-hari Hinata selanjutnya menjadi semakin berat, makin jauh juga dengan Yuta, saat Hinata mencoba untuk mendekatinya maka Yuta akan menjauh sejauh-jauhnya. Sebenarnya yang kecewa di sini juga bukan hanya Yuta tapi Hinata juga, dia bahkan memutuskan untuk mengakhiri hubungan antara dirinya dengan Ricky. Sedangkan Yuta masih melanjutkan hubungannya dengan ketua OSIS nya.

Hinata di push untuk mendekati Yuta, entah itu membuatkan bekal makanan, entah itu jalan bareng, pokoknya orang tua Yuta selalu mendorongnya untuk dekat dengan Yuta.
Entah kabar dari mana, pacar Yuta mengetahui bahwa Hinata dengan Yuta telah dijodohkan, dengan alasan itu juga dia mengkhianati Yuta. Semakin besar pula rasa bencinya terhadap Hinata setelahnya. Saat ini sedang berlangsung pertandingan basket antar sekolah. Tim Yuta tentu saja dengan Yuta sabagai captain nya. Hinata menunggu di sudut lapangan dengan bekal yang ada ditangannya.
" Kak ini bekalnya nanti jangan lupa dimakan yaaa!" Kata Hinata sambil menyerahkan kotak bekalnya pada Yuta.
Prangggg..........

Hancur..... Kotak bekalnya ditepis secara kasar.... Isinya sudah berserakan di mana-mana.
" Gw udah pernah bilang ke lo buat pergi sejauh mungkin kalau ngeliat gw, gw udah pernah bilang ke Lo kalau Lo gak perlu repot-repot bikinin gw makanan, gw cuma pengen Lo menghilang dari pandangan gw! NGERTI LO" ucap Yuta penuh penekanan sambil mencengkram erat tangan Hinata. Bukannya menangis , Hinata justru tersenyum.
" Okay.... Hari ini belum berhasil ya kak... Besok Tata kesini lagi , bekalnya juga tadi sebenarnya agak keasinan gak layak untuk dimakan!" Hinata masih bisa tersenyum walaupun tangannya terasa sakit karena cengkeraman Yuta.
Yuta menghempaskan tangan Hinata dengan kasar lalu pergi meninggalkan Hinata. Sepeninggalan Yuta banyak yg mencibir Hinata mengatainya tak tau malu, tak tau diri, tak tau diuntung dan banyak lagi kata-kata menyakitkan.
Hinata tetaplah Hinata, selalu tersenyum di depan banyak orang, dan menangis dalam kesendiriannya. Sungguh dirinya rindu disayangi sepenuh hati oleh kedua orang tuanya, bukan yang seperti sekarang ini, kasih sayang yang mampu melukainya. Perjodohan ini diterimanya atas nama balas budi, kalau ditanya bagaimana perasaannya , hambar, entahlah tak ada lagi perasaan seperti awal saat ia dan keluarga Nakamoto bertemu. Hinata melalui hari-harinya dengan segala bentuk penolakan dari Yuta. Sakit.... Tapi air matanya bahkan sudah tidak mampu mengalir. Sakitnya bukan karena penolakan Yuta tapi karena dirinya sendiri yang tak mampu mengambil keputusan, dan memutuskan untuk bertahan dengan perjodohannya.
Hal ini belum seberapa dibandingkan dengan Yuta yang tengah malam meninggalkannya seorang diri di tengah jalanan yang sepi. Untungnya saat itu ada taksi yg lewat. Kejadian Hinata yang ditinggalkannya bukan hanya sekali dua kali, melainkan sering kali, Yuta hanya akan datang lalu berfoto dengan Hinata sebagai bukti untuk dikirimkan ke mommy nya lalu setelahnya pergi meninggalkan Hinata.
Sekali lagi Hinata hanya tersenyum, sebanyak apapun luka yang ditorehkan oleh Yuta, itu sudah tidak melukainya, karena dirinya sendiri sudah terbiasa dengan luka itu. Sampai rasanya mati rasa.

CINTA  ✅✅✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang