Semua manusia pasti menginginkan pernikahan yang berujung happy ending, termasuk Zenita Paeonia Helianthus, manusia pecinta serba aesthetic dan pecinta kucing garis keras.
Tapi realita tak seindah ekspektasi. Pernikahan dengan lelaki idamannya harus...
"Jangan kencang-kencang ngomongnya. Mbak nggak apa-apa, kok. Nggak gitu sakit, cuma kaget aja," ucap Zenita menenangkan adik-adiknya. Ia berbohong, tentu saja, karena tak ingin mengundang keributan.
Zara berdecak. Dia menatap punggung seseorang cukup lama. Sepertinya ia tahu siapa pelakunya.
"Ini gara-gara elo, Zer!" Semprot Zara marah.
Zarion yang sedari tadi memijat kepala Zenita mengernyit heran.
"Lah? Kok gue?" Ujarnya menunjuk dirinya sendiri.
"Gara-gara lo bilang mbak Zeni cewek lo, si cewek freak cemburu buta, tuh! Sengaja tuh cewek! Asli!" Ucap Zara menggebu-gebu.
Kairo dengan pembawaannya yang tenang, datang melerai kedua kakak beradik itu. Dia membawa kotak P3K, lalu mengeluarkan sekantong es yang biasanya digunakan atlet untuk meredakan pundak yang pegal. Ia menyerahkan kantong es itu pada Zarion.
"Kamu bisa kan, urus kakakmu? Kalau sudah, kembalikan ke ruangan di dalam. Saya ada urusan. Kalian berdua nggak usah bertengkar. Kalau terbukti Carla sengaja melakukannya, akan saya tegur atau laporkan ke pelatihnya," Kairo berlalu begitu saja tanpa menoleh ke arah belakang.
Entah mengapa, Zenita merasa kesal setengah mati. "Dingin banget jadi orang. Bilang 'semoga cepat sembuh' kek, apa kek," begitu kira-kira isi kepalanya.
Sedetik kemudian, ia tersadar. Mengapa ia marah? Ia bukan siapa-siapanya Kairo. Teman pun tidak. Zenita akhirnya memilih melupakan isi pikirannya.
❄️❄️❄️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Source: via Google)
Disinilah Zenita sekarang. Terjebak seorang diri di sebuah swalayan. Lebih tepatnya ia dipaksa Zara untuk pergi seorang diri.
Adiknya berdalih tak mengerti apa yang harus dibeli untuk piknik esok hari. Alasan. Tentu saja karena Zara malas, adiknya itu memilih rebahan di hotel saja.
Semua bermula gara-gara Zara tidak sengaja membongkar salah satu koper kakaknya, yang ternyata berisi panci elektrik multifungsi. Zenita sendiri lupa kalau ia membawa dua buah peralatan itu. Akhirnya, ia ber-ide untuk memanfaatkan peralatan masak milik kakaknya untuk keperluan piknik besok.
"Buah-buahan udah, Nutella sama roti juga udah, bahan untuk bikin martabak telur kukus juga lengkap," gumam Zenita.
Pandangan Zenita menyapu berbagai etalase yang berada di depannya. Matanya tak sengaja menatap jajaran atas etalase yang berisi beberapa merek mie dari berbagai negara.
"Wah, ada Indomie! Ambil beberapa, ah!"
Setelah melompat beberapa kali, tangannya tetap tak mampu menggapai rak atas. Mau minta tolong kepada orang yang lewat, ia tak enak. Kenal saja tidak. Sempat ia berpikir, apa ia relakan saja Indomie yang menggiurkan itu?