"Long time no see, loser."
Zenita menghela nafas secara kasar. Ia berharap menjadi manusia tak kasat mata saat ini. Malas meladeni, ia memilih keluar restoran.
"Tunggu, dong! Gue mau nyampein hal yang maha penting."
"Cepet!" Zenita tak tahan untuk membentak.
Tangan perempuan itu menyodorkan sesuatu yang tampak seperti sebuah kotak. Ralat. Bukan kotak, melainkan undangan.
Zenita menerima undangan yang tampak mewah dengan motif jawa klasik berwarna hitam itu tanpa ekspresi. Ia mencermati isinya. Tulisan 'The Wedding of Julian Ganendra Jaya & Valencia Amora Tamawijaya' tercetak tebal di sana.
"Oh, congrats," ucap Zenita singkat.
Valencia tersenyum sinis, "Akhirnya gue menang. Bertahun-tahun gue tunggu momen ini. Setelah Julian lepas dari Seren, gue kira gue bisa rebut dia. Taunya malah nikah lagi sama elo. Yaa, nikahnya masih dua mingguan lagi, sih. Kebetulan gue bawa beberapa undangan tanpa nama, eh, ketemu lo."
Kali ini Zenita tertawa. Ia kembali menatap lawan bicaranya, "Anyway, selamat menikmati bekas kami berdua. Hmm, sabi kali ya kalo gue ajak Serenity ke resepsi kalian. Lumayan bisa temu kangen sama lo dan ibu lo."
Zenita tersenyum puas melihat muka lawan bicaranya merah padam. Tanpa basa-basi lagi, ia meninggalkan tempat.
⚪⚫⚪
Suara adzan menyadarkan lamunan Julian, memanggilnya untuk melaksanakan sholat Jum'at. Biasanya saat ini Zenita sudah menyiapkan pakaian dan keperluan untuk dipakai sholat ke masjid.
Sudah setahun lebih setelah perceraiannya dengan sang mantan istri, tapi ingatannya menolak menghapus setiap kenangan yang ada. Hingga membuat sang empu berkali-kali terserang frustasi.
Brak! Tanpa salam, seseorang masuk ke ruang kantor Julian dengan tangan mengepal. Kakinya yang bertahtakan sepatu merek Dolce & Gabbana menghentak lantai tanpa sopan.
"Aku udah telepon dari jam sepuluh nggak kamu angkat-angkat. Kenapa, boo? Kamu lupa, kita mau fitting baju akad dan resepsi siang ini?"
"Aku mau sholat Jum'at dulu, Cia. Setelah itu baru kita berangkat," ucap Julian tanpa memandang wajah calon istrinya.
Spontan, Valencia melotot. "Apa?! Kita aja udah telat sejam, boo! Yang bener kamu!"
"Kalau kamu nggak mau nunggu, fine! Berangkat aja sendiri," ucapnya final.
"Kamu lupa kalo mamamu juga ada di sana? Kamu mau kena semprot?" Valencia balas menantang.
"Nggak masalah," Julian melengos pergi, meninggalkan calon istrinya tanpa permisi.
"Aaargggghh!" Teriak Cia. Tak peduli ada berapa pasang mata yang menontonnya.
⚪⚫⚪
Zenita memandangi beraneka macam daging di rak display supermarket. Matanya menelusuri dengan cermat, mencari daging kambing. Sabtu esok, ia akan datang ke rumah Kairo untuk memenuhi undangan sang ibu untuk memasak bersama.
Setelah ia temukan barang yang dicari, segera ia masukkan ke troli belanjanya yang sudah penuh. Sebagian berisi bahan-bahan yang akan dimasak besok, sebagian lagi berisi snack-snack yang ia beli untuk stok di kamar. Tak lupa, ia juga membelikan beberapa untuk Zara sesuai pesanan adiknya yang cerewet itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Estetika Rasa
Chick-LitSemua manusia pasti menginginkan pernikahan yang berujung happy ending, termasuk Zenita Paeonia Helianthus, manusia pecinta serba aesthetic dan pecinta kucing garis keras. Tapi realita tak seindah ekspektasi. Pernikahan dengan lelaki idamannya harus...