"Uhuk!" Zara tersedak makanannya sendiri. Segera ia kesampingkan soto ayamnya, lalu bergegas menemui orang-orang rumah."Mbak! Mamaa!" teriaknya panik.
"Ck, berisik! Aku sama Bapak lagi main game, tau!" sahut Zarion menggebu-gebu.
"Pak, Mama mana? Mbak juga kok nggak ada?" tanya Zara gelisah.
"Kan mereka lagi belanja bulanan, Nak. Kamu sendiri tadi nggak mau diajak," balas Zafer santai.
Zara menepuk jidatnya keras.
"Emang kenapa, sih? Segitu paniknya," sahut Zarion. Matanya tetap melihat layar televisi, dan tangannya sibuk pada stik permainan.
"Duh, bisa di pending, nggak mainnya?" pinta Zara.
Ia lalu menunjukkan beberapa screenshot headline berita yang diperolehnya dengan terburu-buru. Tak lupa beberapa cuitan akun medsos Valencia, turut ia sertakan.
Keduanya mengalah, kini atensi mata mereka beralih kepada Zara.
"Parah! Cia itu tipe manusia yang halal ditimpuk pake kursi," ucap Zarion berapi-api.
Zafer menepuk pundak putranya. "Heh, omongannya! Jangan menghalalkan sesuatu yang tidak diperbolehkan. Boleh marah, tapi mulut tetap harus di jaga."
"Mbak Zen dan Mama harus tahu, Pak. Duh, kalau belanja gini biasanya pulangnya lama," keluh Zara.
Zafer menggeleng, "Jangan, Zar! Cukup kasih tahu Mama aja, jangan mbakmu. Kasihan dia, apalagi dia baru menerima tawaran dari dosenmu minggu lalu. Kamu tahu kan, cukup alot diskusi dengan mbakmu. Bapak takut dia mundur dan sedih lagi."
Keduanya mengangguk. Keduanya sepakat untuk merahasiakan berita ini dari kakak mereka.
💿💿💿
Zenita keluar dari mobil sambil menenteng dua kotak cupcake. Ini hari pertamanya mengajar sebagai seorang dosen di Bougainvillea University.
Takut? Jelas. Tegang? Pasti. But it's okay. Selalu ada hal pertama yang kita lakukan dalam hidup, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Estetika Rasa
ChickLitSemua manusia pasti menginginkan pernikahan yang berujung happy ending, termasuk Zenita Paeonia Helianthus, manusia pecinta serba aesthetic dan pecinta kucing garis keras. Tapi realita tak seindah ekspektasi. Pernikahan dengan lelaki idamannya harus...