Di tengah hiruk pikuknya acara, Zenita berpikir keras. Foto yang Marleen kirimkan, menampilkan ia tengah berpelukan dengan seorang lelaki. Tapi ia tak pernah sekalipun mengkhianati rumah tangganya bersama sang suami. Ia zoom foto itu, lalu alisnya pun mengkerut.
"Kok gue familiar sama baju cowoknya, ya." Batinnya.
Ping!
Mertuanya mengirimkan foto lain. Kali ini ia mengirimkan sebuah capture foto yang ia ambil dari Instagram si lelaki tersebut. Isinya adalah swafoto Zenita yang mencubit pipi seorang lelaki dengan disertai caption "Cantik-cantik galak."
"Hahaha!" Tawa Zenita tersembur begitu keras. Menyadari tingkahnya menjadi pusat perhatian, seketika ia undur diri dan menyerahkan Kei yang sedang asyik ngemil kacang pada Zora.
"Ma, titip Kei bentar," yang dijawab dengan anggukan kepala.
Ia segera menghubungi suaminya agar tak salah paham. Namun, ada satu hal yang mengusik pikirannya. Bagaimana Marleen tahu kemarin ia mengunjungi Zarion, adik kembarnya yang sedang break latihan sedangkan yang tahu hal ini hanya ia, Julian, dan supir mereka. Apa Marleen mengawasinya bahkan di saat mertuanya itu berada di luar negeri?
🐻🐻🐻
"Bi Lilis, tolong ambilkan apple pie yang saya tempatkan di kotak besar," seru Zenita yang masih memakai setelan kantornya. Selesai dari kantor, ia buru-buru pulang untuk mengambil kue buatannya.
Sebelum ia berangkat ke sebuah tempat yang akan dituju, ia meminta izin kepada Julian. Walau ia masih kesal, tapi ia tahu kewajibannya sebagai seorang istri. Setelah suaminya mengijinkan, barulah ia kembali pergi diantar oleh supir.
Zenita tiba di sebuah restoran all you can eat. Matanya memindai seluruh restoran dan menemukan target yang diincar. Ia mengendap-endap lalu menepuk pundak seorang lelaki. Lelaki itu reflek menoleh, dan...
"Zero!" Pekik Zenita. Tentu yang terkejut tidak hanya satu orang. Melainkan teman-teman satu mejanya.
"Ups, maaf sudah mengganggu," tuturnya malu.
Yang bersangkutan segera memeluk Zenita, tapi tak lama kemudian mulutnya mengomel.
"Mbak! Kalo ada banyak orang jangan panggil Zero dong. Aku kan malu," bisiknya.
Zenita tertawa lebar. "Iya, Zarion Starlight Anthurium sayang. I'm sorry, next time I won't call you Zero, tapi nggak janji ya," candanya.
Zenita segera menyadari bahwa ternyata adiknya tidak sendirian. Pantas saja ia merasa menjadi pusat perhatian sedari tadi. Karena malu, ia akhirnya menyeret Zarion ke meja kosong.
"Heh kok nggak ngomong kalo kamu makan bareng teman-temanmu? Aku kira cuma makan sendirian. Kan jadi malu, berasa ngerusak acara orang," rajuknya.
"Nggak cuma makan bareng teman-teman atlet, ada coach juga."
Mendengar penjelasan adiknya, Zenita lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangan lantaran malu.
"Mbak Zen nggak ganggu kok, aku udah ngomong sama mereka dari kemarin. Mereka semua fine-fine aja kok. Eh sebelum kita gabung ke sana, kita selfie dulu. Nanti Zero upload ke Instagram."
Zenita memutar matanya malas. "Apaan sih pake selfie segala."
"Kita jarang ketemu, mbak. Aku kangen, makanya minta foto bareng." Akhirnya Zenita menyanggupi. Saat Zarion memencet tombol, ia dengan sengaja mencubit pipi adiknya yang diakhiri oleh dengkusan kesal sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estetika Rasa
Chick-LitSemua manusia pasti menginginkan pernikahan yang berujung happy ending, termasuk Zenita Paeonia Helianthus, manusia pecinta serba aesthetic dan pecinta kucing garis keras. Tapi realita tak seindah ekspektasi. Pernikahan dengan lelaki idamannya harus...