VI

1.9K 212 9
                                    

Renjun kembali terbangun dan mimpi sial yang mengganggunya. Namun kali ini Serigala besar itu seolah bicara padanya meski tak bisa ia artikan maksud dari serigala itu.

Hal lain yang mengganggunya saat ia terbangun adalah rasa panas yang bergejolak pada dirinya. Bahkan rasanya nyeri menyebar ke seluruh tubuh.

Ia sering merasakan ini, dan biasanya meminum obat yang selalu di berikan Mark padanya. Namun ia tidak membawanya sekarang, dan rasa panas itu benar-benar menyiksanya.

Renjun meremat kuat seprei tempat tidurnya, rasa sesak mulai menyelimuti tubuh yang sudah sepenuhnya gemetar. Wajahnya memerah bahkan keringat sudah membasahi sekujur tubuh Renjun.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 pagi dan jelas Renjun sudah sangat terlambat untuk datang ke Lab. Ia benar-benar tak sanggup untuk mengangkat tubuhnya.

Hal itu jelas mengundang pertanyaan untuk yang lainnya.

"Apa anak itu masih sakit? atau ada gejala lain akibat kecelakan kemarin?" Aibe Taeyong pada Prof. Kim, bahkan ia baru sadar akan kehilangan 1 team nya.

"Se-bahaya itukah?" Sambar Wooyoung, ia merasa cukup berlebihan bila Renjun tidak hadir karena penyebabnya kemarin.

"Harusnya tidak begitu. Namun tergantung kondisi tubuh masing-masing." Timpal Aibe Jisung yang tidak menoleh sedikitpun dari tabung-tabungnya.

"Biar saya cek." Prof. Kim langsung beranjak, keluar dari Lab. Ia sedikit berlari, cukup khawatir dengan kondisi asistennya itu. Ya, meski belum mengerjakan banyak hal bersamanya.

' akh, panas....'

'aku tak tahan...'

'ini lebih sakit...'

"RENJUN! Kau tak apa? Apa yang sakit?" Prof Kim berusaha berbicara dengan Renjun di depan pintu kamarnya. Bahkan melupakan fakta bahwa Renjun tak akan mendengar apapun karena tebalnya dinding dan sistem keamanan untuk kamar para peneliti.

'Renjun! kau bisa dengar? apa kau baik-baik saja?'

Renjun terdiam sejenak saat mendengar suara yang tak asing di telinganya. Suara itu terdengar cukup dekat.

'Prof. Kim... apa dia diluar?  tolong aku, aku tidak bisa bangun untuk membuka pintunya.'

Gumam Renjun yang sudah tak bisa berkata-kata lagi. Ia tak lagi mendengar suara Prof. Kim, melainkan suara pintunya yang kini terbuka dan menampilkan sosok Mark bersama Prof. Kim, jelas keduanya terlihat panik. Namun pergerakan keduanya berbeda.

"Astaga!" Hanya itu yang bisa di katakan Mark, lalu perlahan langkahnya bergerak mundur. Kilatan di matanya pun berubah mencium aroma manis dan segar dari buah pir bercampur citrus, tercium samar bunga Freesia dan bunga Peony yang begitu menggelitik di indra penciumannya. Hal itu jelas memacu detak jantungnya jauh lebih cepat seakan ingin menghirup lebih dalam lagi wangi itu. ya, memang itu naluri alpha Mark masih belum memiliki ikatan dengan omeganya. Mark ingin sekali menerjang Renjun bila saja ia di kalahkan oleh insting alphanya. 

Berbeda dengan Prof. Kim yang sigap memeriksa Renjun yang sudah tak berdaya di tempat tidur, cairan itu terus keluar membuat Mark benar-benar tak sanggup. Ia terus melangkah mundur untuk menahan dirinya dan  cukup mendelik terkejut saat melihat sosok Aibe Jisung yang ikut masuk ke kamar Renjun dan memeriksanya.

Ia ingin menghalangi, namun tidak sanggup untuk mendekat. Hingga pintu kamar itu kembali tertutup dengan otomatis. Perlahan aroma itu menghilang, hanya rasa sesak yang tertinggal di dada Mark saat ini.

Ia tertatih menuju tempatnya berjaga. Dan memukul apapun yang ada di hadapannya dengan geram. Fakta bahwa ia pun menjadi sosok yang membahayakan bagi Renjun membuat dadanya sesak. di saat ia belum bisa ambil keputusan menandai Haechan sebagai Mate sejatinya.

Who Am I? [JaeRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang