II

4.6K 297 7
                                    

.
.
.

"RENJUN SEONBAE!" Renjun tersentak saat mendengar namanya dipanggil, dan tanpa sadar menjatuhkan tabung laboratorium hingga pecah. "Ya! Kau gila? Apa yang kau lakukan? kau kenapa sih?" Renjun kembali mendelik saat Wooyoung, juniornya menggunakan kata non formal padanya, meski faktanya Wooyoung pun tak sadar karena terkejut.

 "Ya! Kau gila? Apa yang kau lakukan? kau kenapa sih?" Renjun kembali mendelik saat Wooyoung, juniornya menggunakan kata non formal padanya, meski faktanya Wooyoung pun tak sadar karena terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ya!?" Renjun hampir mengumpat pada juniornya itu.

"kau mengantuk, seonbae?" tanya Wooyoung kembali seolah tak berdosa. Renjun hanya menyipitkan pandangannya sambil merapihkan pecahan dari tabung tersebut. "wah, gajimu akan di potong lagi. terlebih kalau San Seonbae tau, kau akan kena ceramah."

"berisik, kau pikir aku sengaja?" sentak Renjun kesal, ia memang sempat ketiduran karena lelah. Mimpi sialan itu benar-benar menyita waktu tidurnya.

"ada apa?" Renjun menjengit mendengar suara itu mendekatinya, namun ia dengan segera mungkin merapihkan pecahan dari tabung tersebut. Wooyoung menggeser tubuhnya memilih menghindar dan mengerjakan hal lain.

"Kau memecahkannya lagi? Kau tau harga tabung-tabung itu mahal? Bahkan yang kemarin saja belum lunas!" Makinya, Renjun hanya menunduk dalam rasa bersalah.

"a-aku tidak sengaja seonbae-nim." jawabnya dengan gugup pada sosok yang kini menatapnya garang.

"Kau teledor! kalau bukan karena kepintaran mu, mungkin kau sudah di buang sejak lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau teledor! kalau bukan karena kepintaran mu, mungkin kau sudah di buang sejak lama." Maki San seperti kaset kusut dengan mengungkit hal yang sama. Sial, Renjun hanya bisa mengumpat dalam hatinya.

"Cepat bereskan, kau dipanggil Prof. Kim ke ruangannya."

"iya, Seonbae-nim." Renjun langsung bergegas merapihkan pecahan itu lalu menemui profesor atasan mereka, meski dalam hatinya merasa tak tenang.

Ia berjalan menelusuri koridor yang cukup panjang, bahkan beberapa kali bertemu dengan AiBe sebutan untuk para robot AI yang memiliki rupa layaknya manusia.

Renjun hidup di sebuah tempat, di mana sosok manusia yang hanya bisa dihitung dengan jari. Manusia dan peradaban lamanya punah, hanya tersisa sosok-sosok jenius yang tinggal bersama kumpulan para AiBe.

Who Am I? [JaeRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang