XVI

1.8K 168 9
                                        

“Kenapa jalannya jauh sekali, kita tidak sampai-sampai." AiBe Jisung menghiraukan ocehan Chenle yang entah sudah berapa kali ia bersuara. Matanya masih mencoba untuk men-scan jalanan di depannya. mencari-cari jalanan yang mungkin dilewati pada makhluk buas itu meski ia pun tak yakin. Namun langkahnya justru menuntun ia kembali ke markas perbatasan. 

AiBe Jisung lantas bersembunyi saat melihat beberapa pasukan berjalan serempak membawa perlengkapan senjata canggih berserta tentaranya. Matanya pun terbelalak melihat sosok yang terkurung dalam jeruji besi dengan tangannya terikat bahkan banyak luka di tubuhnya. 

“Prof.” Gumamnya. 

“Mereka siap-” AiBe Jisung membekap mulut Chenle dan mengisyaratkan agar tak bersuara. Ia kembali memindhik-mindhik  berjalan menuju posisi lain, dimana ada kendaraan besar dengan monitor dan radar di atasnya. AiBe itu mencoba meretas secara diam-diam bahkan menyadap suara yang ada di mobil itu. 

“ikuti titik sinyalnya, otak orang itu sudah mulai terkontaminasi dan akan memberikan titik akurat di mana posisinya.” 

Sekilas itu yang AiBe itu dengar, ia masih mencoba untuk meretas data yang ada di sana dan terbelalak saat mengetahui mereka memasukan sistem pelacak dan alat pengendali pada Mark. 

“Ayo kita kembali sebelum mereka.” ucap AiBe Jisung, cukup membuat Chenle mengernyit keningnya. bukan kah memang sejak tadi kita ingin pulang? pikir anak itu. namun karena perintah AiBe Jisung ia pun tak bersuara. 

AiBe itu mengambil kesempatan mencuri GPS pelacak pada Mark agar lebih cepat sampai sebelum mereka. Dalam teknologi dan kepintaran, AiBe Jisung memang di kategorikan hampir sempurna dalam penciptaannya. Ia berlari dengan begitu cepat agar sampai ke pemukiman milik pada Werewolf yang tersisa. 

*

*

*

Ten menatap lurus kearah hutan dengan perasaan cemas yang menyelimutinya. Anaknya belum kembali, Johnny sudah terlihat murka sejak tau anaknya kini bersama sosok yang di bencinya. 

Jeno dan Jaemin kembali dengan terengah, keduanya sudah mencari keliling hutan namun tak ditemukan di mana Chenle dan AiBe itu berada. Johnny yang geram pun hampir beranjak untuk mencari juga namun semua yang ada di sana di kejutkan dengan sosok yang tiba dengan berlari. 

“Papa!” Teriak Chenle setelah di turunkan. AiBe Jisung yang tidak terlihat lelah sedikit pun di terjang oleh Johnny dan dipukulnya berkali-kali. 

“Makhluk sialan, kau bawa kemana anak ku!” bentaknya geram pada sosok AiBe yang sesungguhnya sudah membawa Chenle dengan selamat. AiBe Jisung menatap nanar sosok Johnny yang mengungkungnya, seolah tak lelah memukulinya tanpa henti sedangkan yang dipukul tak bergeming sedikit pun. 

“Papa jangan di pukul, papa dia baik papa.” pinta Chenle yang berusaha menghentikan aksi sang papa namun tak di gubris sedikit pun, yang ada di sana hanya bisa menonton tanpa melakukan apapun. Johnny, memang sosok terkuat selain Jaehyun di pack ini dan jelas tak ada yang berani mengusiknya bila tak ingin menjadi sasaran pukul juga. 

“Johnny, hentikan!” panggil Jaehyun yang keluar dari kediamannya mendengar keributan yang terjadi diluar. Namun tiba-tiba saja kilatan mata AiBe itu berubah dengan berpendar warna merah. Dengan sekali gerakan AiBe itu mendorong tubuh besar Johnny hingga tersungkur ke lantai. 

“Mereka sudah dekat,” ucapnya, lalu pandangannya teralih pada pondokan milik Haechan. Ia pun dengan sigap mendekat pada pondok itu, jelas hal itu di halangi sang kakak dari Haechan yang merasa belum puas melampiaskan amarahnya. 

Who Am I? [JaeRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang