XVII

1.4K 137 12
                                    

Pasukan yang dipimpin langsung oleh Jendral mereka terus melancarkan aksi lempar bom secara membabi buta. Pasukan militer berserta robot-robot canggih dikerahkan untuk menyerang para werewolf. Kepulan asap serta api yang membakar pohon-pohon di hutan tersebut, menghancurkan pemukiman para werewolf tanpa tersisa. 

Para tentara itu di kejutkan dengan serangan mendadak sosok serigala besar yang ikut menyerang mereka. Menghadang untuk para manusia laktat itu menyerbu pemukiman karena jarak para omega dan anak-anak mereka masih belum terlalu jauh berjalan. 

Beberapa werewolf itu berhasil mengoyak tubuh puluhan tentara garis depan. Meski tubuh mereka terus di tembaki oleh para tentara lain yang ikut maju saat melihat ada penyerangan. Saat mengetahui adanya penyerangan itu Sang pemimpin memerintahkan untuk kembali melepas bom, tanpa memikirkan tentara lain yang ada di sana. Ledakan dari bom itu menewaskan beberapa werewolf dan tentara yang berada di garis depan. 

*

*

*

Renjun duduk termenung dalam sebuah gua yang berjarak cukup jauh dari pemukiman. Mereka belum lama sampai, beberapa yang sakit langsung baringkan pada bebatuan. Para anak kecil masih terus berusaha didiamkan oleh Omega ibunya karena tak tela berpisah dengan sang ayah alpha. 

Ada rasa sakit yang sulit di jelaskan oleh Renjun setelah mendengar penjelasan dari Haechan dan AiBe Jisung saat di jalan. Ia pun meraih tangan Mark yang kini masih tak sadarkan diri setelah semua alat kendali yang di lepas oleh AiBe Jisung. 

“Mereka terus melancarkan serangan," gumam AiBe Jisung dari pantauannya. Ia masih meretas sistem pada militer untuk mengetahui aktifitas mereka. 

“Jisung sshi, apa mereka akan baik-baik saja?” tanya Renjun cemas. AiBe Jisung hanya menggeleng tak yakin. Pandangan AiBe itu teralih sosok mungil Chenle yang masih saja menangis di pelukan sang mama pun mendekatinya. Ten hanya melempar senyum seakan hampir menyerah mendiamkan Chenle. AiBe itu mensejajarkan tinggi dengan Chenle, menatap sosok anak yang kini menangis dengan tersedu memanggil sang Papa tanpa henti. 

“Keadaan memang sedang tidak baik, namun menangis tidak akan membantu apapun,” ucapnya membuat pandangan Chenle teralih. 

“Aku mau sama Papa, Papa kenapa gak ikut Mama sama Lele ke sini?” protesnya. 

“Papa mu sedang berjuang untukmu juga bukan? yang saya tahu bangsa kalian memiliki ikatan yang kuat, bila kau menangis hanya akan membuat kebimbangan untuknya melangkah. Papamu sosok yang kuat, bukan?” kata-kata dari AiBe itu membuat tangisan Chenle mereda. Chenle pun mengangguk untuk menyetujui pertanyaan itu. 

“Iya, Papa hebat. Papa Lele kuat, Papa sayang Lele sama Mama," tuturnya, AiBe Jisung mengangkat tubuh  Chenle. Menggendongnya dengan menaruh kepala anak itu di bahu bidang miliknya seperti yang dilakukan para omega lain di sana. Mengusap-usap kepala anak itu hingga tertidur, hal yang tak luput dari pandangan Ten yang kini tersenyum lega meski hatinya pun tak kalah kalut. Renjun pun menyaksikan hal itu, ia ikut tersenyum tak menyangka. Sosok AiBe yang ia angkuh dan tengil itu sikapnya jauh lebih baik dari manusia yang membuatnya. 

“Akh.” 

Semua menoleh ke arah suara yang merintih. 

“Hyung!” Mingi yang duduk di dekatnya tampak ikut panik saat sang kakak memegangi perutnya. Jaemin yang menjaga di luar gua pun ikut masuk memeriksa

“Ada apa?” 

Ten mengecek kondisi Songhwa sebisanya, dan sedikit gemetar saat memegang kandungan omega milik Hongjoong itu.  

“Ia akan… melahirkan bayinya.” Semua yang ada disana terbelalak bahkan menjadi sibuk menenangkan Songhwa. 

“Jaemin bantu aku cari tanaman obat pereda sakit," pinta Mingi yang diberi anggukan ragu oleh Jaemin. 

“Tak apa Jaemin, cepat kembali untuk mengurangi rasa sakit songhwa sshi.” Jaemin pun melakukan shifter dan Mingi langsung naik ke punggungnya untuk mencari tanaman obat itu. 

*

*

*

Setelah ledakan pertama yang di luncurkan pada garis depan, werewolf lain kembali menyerang termasuk Hongjoong yang ada di sana. Kepulan asap tak menghalangi jarak pandang mereka yang memiliki ketajaman dalam melihat. Puluhan tentara pun kembali ditumbangkan dengan tubuh merek yang dibuat hancur tak tersisa. Namun Hongjoong dikejutkan serangan dari robot-robot dengan senjata canggih, menembak menggunakan laser yang keluar dari tangannya. Beberapa werewolf tubuhnya terbelah saat terkena tembakan itu. Dan tembakan laser itu hampir mengenai Hongjoong bila saja ia tak segera didorong oleh Johnny, meski Johnny harus merelakan satu kakinya yang terkena laser tersebut. 

Johnny dan Hongjoong terguling di tanah cukup jauh dari posisi mereka karena dorongan dari Johnny yang cukup kuat dan bidang tanah yang sedikit miring. Keduanya pun tersangkut pada pohon yang menjulang di tebingan tak terjal itu.  

Melihat kawanannya banyak yang tumbang, Jaehyun pun terlihat geram. Ia meraung dengan garang, tubuhnya membesar  berkali-kali lipat dari tubuh aslinya, keluar cahaya semerah darah yang berkobar layaknya api mengelilingi tubuh serigala itu. Ia pun menghancurkan dengan sekali tebas mengunakan kuku cakarnya para robot itu lalu kembali meraung memecah suara di hutan. 

Prof. Kim yang sejak tadi berada di jeruji besi, terbelalak melihat sosok yang baru saja berubah itu. “Elder?" gumamnya tak percaya. Sosok Elder yang ia tau selama ini ada padanya, bahkan tak mengira akan ada sosok Elder lain. 

Jaehyun dengan tubuh itu menebas tanpa ampun para pasukan dan robot-robot militer di hadapannya. Jeruji besi yang mengurung Prof. Kim pun terpental jauh. Tubuhnya terbanting cukup kuat namun sayang, jeruji besi ini memiliki kunci yang harus di buka dengan akses. 

Prof. Kim bisa saja membukanya, karena ia pun termasuk orang penting. namun sejak kejadian itu izinnya di cabut, ia pun hanya bisa mengerang kesal menendangi pintu itu. tanpa di duganya justru kunci tersebut terbuka dengan sendirinya setelah ada suara seakan membuka segel tersebut. melihat peluang itu Prof. Kim pun keluar untuk mencari pertolongan. Ia yakin masih banyak werewolf diluar sana, ia harus segera mencari dan bertemu dengan mereka. 

Dibalik segel kunci yang terbuka, AiBe Jisung terlihat sangat berkonsentrasi meretas keamanan mereka. Layar hologram pun keluar dari matanya menunjukan kode-kode yang sedang ia gunakan untuk meretas, menghiraukan ributnya suara Songhwa yang ingin melahirkan anak pertamanya. Chenle yang masih dalam gendongannya pun itu terdiam memandangi pahatan wajah AiBe itu yang terlihat begitu tegas meski ekspresi wajahnya selalu dingin. Anak itu terbangun saat mendengar suara pekikan Songhwa, namun enggan turun dari gendongan AiBe itu. Mama nya pun terlihat masih sibuk membantu Songhwa melahirkan anak pertamanya. 

Chenle sempat kagum melihat hologram yang hampir ingin di sentuhnya karena penasaran. Namun Aibe Jisung dengan cepat mendekap tubuh mungil itu agar tak banyak bergerak. 

“Mereka masih memiliki senjata yang lebih besar," gumam AiBe itu, Chenle yang merasa di ajak bicara hanya mengernyitkan alis. 

“ung?” 

AiBe itu tak melanjutkan ucapannya, kegiatannya teralih oleh suara Haechan. 

“Mark hyung!” panggil Haechan, dan Renjun pun yang sedari tadi fokus dengan Songhwa langsung menghampiri Mark. 

“Haechan ah!” ujarnya yang lantas memeluk erat sang omega. “apa yang terjadi?” tanyanya kembali namun langsung mengalihkan pandangan saat Songhwa berusaha mengeluarkan bayinya. 

Suara tangis bayi itu memekik di dalam goa, disertai getaran hebat dari suara ledakan bom lain yang membuat goa itu menjatuhkan reruntuhan yang menutup akses masuk. 

Tubuh AiBe Jisung sedikit terpental saat koneksinya terputus tiba-tiba, namun masih sebisa mungkin melindungi Chenle di pelukannya. 

“Oh tidak!” panik Renjun. Goa menjadi gelap gulita dengan suara tangis yang bersahutan dari setiap anak yang ada di sana. 

To be continue… 

Who Am I? [JaeRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang