XIV

1.2K 123 0
                                    

Haechan berjalan dengan cepat menuju hutan, ia sadar akan sang kakak yang terus memanggil namanya bahkan tau benar kakaknya akan menangkapnya dengan cepat karena kekuatan mereka yang jauh timpang.

Namun rasa kesalnya benar-benar sudah menggelung  pada hati omega manis ini.

"Haechan tunggu!" panggil kakaknya yang mungkin sudah kesekian kali dan jelas hal itu dihiraukan Haechan yang kini melangkah menuju tebingan yang langsung mengarah pada air terjun.

Haechan terhenti sejenak karena tau ia tidak bisa berenang, namun pikiran gelapnya menguasai hingga ia memutuskan untuk melompat.  Meski jelas sang kakak tak akan membiarkan hal itu terjadi. Johnny dengan cepat meraih tubuh Haechan bahkan hampir memukulnya.

Haechan sudah memejamkan mata takut dalam rengkuhan Johnny, namun kembali membuka mata saat Johnny tak jadi melakukan aksinya.

"pukul! pukul aku hyung! pukul!" Bentak Haechan dengan suaranya yang cukup melengking. Johnny menghela napas lalu melepaskan tangannya yang merangkul erat pinggang adiknya itu. ia pun berbalik dan berjalan perlahan meninggalkan adiknya.

"Hyung jahat! aku benci sama hyung." Jengkel Haechan yang lalu terisak. Ia benar-benar tak mengerti jalan pikir kakaknya itu. kenapa ia begitu membenci Mark yang di takdirkan menjadi mate nya itu. apa salah Mark padanya?

'Haechan ah, kembali lah. Mark membutuhkanmu.'

ia mendengar Ten memberikan Mindlink padanya dan justru semakin membuatnya terisak.

.

.

.

"Sudahlah kalian pulang saja buat apa mengikuti ku." Ucap Mingi dingin. ia cukup risih dengan sosok si kembar yang berjalan tak jauh darinya.

"jangan gila, kami tidak mengikuti mu. kami hanya diperintahkan juga untuk mencari tanaman itu." sengit Jaemin.

Mingi tertawa remeh sedangkan Jeno hanya terus melihat tanaman-tanaman sekitar yang dimaksud.

"kalian pikir kalian bisa menemukannya? apa kalian tau bentuk tanaman itu seperti apa?"

Si kembar terdiam seakan tak menemukan jawaban. Mereka memang sama sekali tak mengetahui tentang tumbuhan-tumbuhan obat yang diminta. Karena memang pack mereka bukan ahlinya tentang itu.

Ilmu-ilmu pengobatan dengan tumbuhan alami hanya dipelajari di pack milik alpha dari ayahnya Seonghwa yang gugur akibat perang dulu. Pack mereka memang yang paling dekat dengan hutan dan bisa di bilang pack terbesar kedua setelah pack milik sang Elder mereka terdahulu.

Mingi yang merasa menang pun kembali berjalan mendahului keduanya. Jaemin berdecih jengkel dan berniat kembali ke markas. Namun Jeno menahannya agar Jaemin tak bertindak sembrono.

"nanti hyung marah, kita ikuti saja dari jauh." Sarannya yang mau tak mau Jaemin ikuti. tak lama mereka melangkah keduanya mendengar suara jeritan dari Mingi keduanya sempat saling menatap sebelum akhirnya berlari menuju tempat suara. Keduanya tercekat melihat ular yang cukup besar mati bersisian dengan Mingi yang tersungkur di tanah memegang kakinya.

"Hei apa yang terjadi?" tanya Jeno cukup panik, Jaemin menyingkirkan ular berwana hitam dengan sedikit corak di tubuhnya itu, sesungguhnya sudah hampir terbelah dua.

"Jeno robek celana ku." perintahnya yang langsung diikuti oleh Jeno. Gigitan dari ular itu nampak jelas bahkan mengeluarkan darah. 

"ini harus di apakan?" tanya Jeno bingung. ini pertama kalinya ia melihat ada yang di gigit ular.

"tolong carikan kayu untuk menyanggah dua sisi kaki ku. aku sempat melihat tanaman yang bisa menawar bisa ular tadi." ucap mingi mencoba menetralkan pernapasannya. ia harus dalam kondisi tenang agar racunnya tak cepat bereaksi dan menjalar ke tubuhnya.

Who Am I? [JaeRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang