X

2.1K 215 14
                                    

Prof. Kim mendapatkan tatapan datar dari AiBe di hadapannya. Usai memberi sebuah map berisi petisi untuk meminta kembali melanjutkan penelitian di markas perbatasan.

"Bukankah ini terlalu memaksakan diri?"

"Mungkin, iya.  Namun aku harus melakukan ini."

"Jujur saya tidak begitu perduli dengan urusan yang anda lakukan."

"Ini akan menjadi kedua kalinya aku memohon padamu, Jisung sshi."

"anda melakukan hal sejauh ini, bukan kah anda tau jelas tujuan kami di ciptakan untuk apa profesor?"

Prof. Kim menghela napas, ia hampir frustasi karena memang meminta izin untuk kembali melanjutkan penelitian itu tidaklah mudah. Ia tidak bisa terkesan memaksakan karena mungkin saja pemerintah akan menaruh curiga lebih padanya.

"Anak itu, masih hilang?"

"tepatnya tidak di cari." Prof. Kim menjawab pertanyaan AiBe itu seadanya.

"apa dia adalah salah satu aset anda?"

"bukan, dia harapan terbesarku..."

Prof. Kim mendadak menekan tombol di belakang leher AiBe itu, dari matanya pun memancarkan hologram beberapa data dan akses untuk AiBe ini.

"saya sedang tidak dalam kendali siapapun Profesor, anda tidak perlu khawatir."

Prof. Kim memperlambat gerak tangannya. Memang benar, dari data yang ia baca belum sama sekali ada yang mengakses secara khusus AiBe ini.

Jadi pertanyaan yang di lontarkan masih murni dari rasa ingin taunya sendiri. 

"Jadi... apa kau bersedia?" tawar Prof. Kim kembali setelah memastikan AiBe yang cukup memegang banyak rahasianya ini aman.

"Sosok saya akan menjadi taruhannya."

"Aku akan melindungi mu."

"Tidak perlu membuat janji yang merepotkan diri anda sendiri. Pikiran manusia lebih mudah berubah dalam sekejap mata."

"Aku bukan seutuhnya manusia."

"Baiklah saya menyerah." Prof. Kim sedikit menguntai senyumnya saat AiBe Jisung menandatangani petisi itu.

"Faktanya anda lah yang lebih mirip manusia, karena bisa berekspresi sama seperti mereka dalam meluapkan perasaan. Tidak seperti kami yang ciptakan menyerupai mereka." tutur AiBe Jisung melihat rona gembira di wajah Prof. Kim.

"Sejatinya memang, meski kami memiliki sisi yang lain."

"Saya tidak mengerti."

"Kau cukup merahasiakannya. aku pergi dulu."

AiBe Jisung menatap nanar kepergian prof. Kim dari hadapannya. Memorinya di kepalanya sedikit terputar bagaimana ia di kamar Renjun saat itu.

Renjun menangis sambil memeluknya dan terus memohon minta tolong pada AiBe Jisung dengan binar mata yang aneh baginya.  ia pernah mempelajari tentang bangsa werewolf, memang ada masa di mana kaum itu mengalami titik birahi tinggi atau masa matang untuk kawin dan ciri yang ia lihat itu sama persis dari yang pernah ia baca terjadi pada Renjun bahkan cairan aneh yang terus saja keluar meski tak bisa ia mencium bagaimana menyengatnya wangi cairan itu bagi sebangsa werewolf.

"Mengapa anak itu terlihat begitu tersiksa, dan kenapa kaum mereka selalu memohon? selemah itukah? namun kenapa mereka juga di anggap berbahaya hingga pemerintah ingin memusnahkannya? apa saya kurang mempelajari tentang mereka?" AiBe itu bergumam, memorinya terasa butuh lebih lagi untuk diisi dengan pengetahuan akan hal itu.

Who Am I? [JaeRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang