Terhitung sudah sekitar 6 menit bel istirahat SMA Hanbashri berdenting dan sudah selama 4 menit Aira dan Acha memalak adik kelas mereka dengan tak tahu malunya dikoridor.
"Heh! Lo cewek berambut kuda," tunjuk Aira pada gadis yang menunduk saat melewati mereka.
Gadis itu menatapnya. "S-saya kak?"
"Y," balas Aira sok singkat. "Ada berapa uang di kantong seragam lo?!"
"D-dua puluh kak."
"Dua puluh juta?!"
"Dua puluh ribu."
"Dih, miskin amat lo. Nih, gue kasih seratus rebu buat lo. Dah sana pergi!" Aira menaruh uang berwarna merah—hasil dari memalak adik kelas tajir—ke tangan gadis tersebut dan mengusirnya.
Gadis itu berjalan pergi, dia menatap uang ini dengan senang tapi bingung karena sikap Aira.
Acha disampingnya meledakkan tawa yang dia tahan mati-matian. "Njir..., Lo niat malak gak sih sebenarnya?"
"Tadinya sih. Tapi masa gue mau malak yang lebih miskin dari gue?"
"Mana tau kan otak lo bermasalah," ucap Acha dengan santainya.
Aira memukul bokong Acha. "Otak lo yang bermasalah kali!"
"Anjir lo!" Acha meringis sambil mengusap bokongnya dengan wajah melas. "Bokong unlimited gue!"
"Lebay lo! Semokkan juga bokong gue."
"Tepos-tepos gini banyak yang antri mau megang ya," balas Acha sewot, tapi kesewotannya berakhir ketika pandangan dia menangkap sesuatu. "Eh, eh. Ada cowok lo sama temen-temennya."
"Mana?!"
"Itu disitu."
Aira tersenyum lebar. "GEN—"
"Njir! Jangan teriak! Lo gak liat ada kak Dirga disitu." Aira memberontak, dia melotot pada Acha yang menutup mulutnya dengan tangan gadis itu. "Gue lepas tapi lo jangan teriak. Ngerti?" Tukas Acha yang diangguki Aira.
"Gila! Tangan lo bau," Aira meraup udara sebanyak-banyaknya.
"Alah. Sebau-baunya tangan gue masih baukan lagi tai lo."
Kampret!
Setelah pertengkaran unfaedah mereka. Akhirnya keduanya memutuskan ke kantin. Ngapain? Berak. Udah jelas orang ke kantin karena mau gosip.
"Kantin udah berubah jadi pasar apa gimana sih? Rame amat," cetus Acha.
"Kayak gak biasa aja lo. Udah pastilah yang membuat kantin jadi meriah, ramai dan ribut adalah pacar tersayang gue!"
"Pacar doang, diajak makan bareng dikantin gak pernah."
"Males." Aira mendengkus kecil, matanya membulat seakan teringat sesuatu dia berbalik menatap Acha. Mereka kini tengah mengantri stand bakso.
"Lo janji mau bikin gue sama sepupu lo itu makan bareng dikantin kan?" Mata Aira menyipit. "Mana janji lo?"
"Udah angus kali, Ra! Pak Andey aja gak masuk, jadi gue gak nyontek pr lo."
"Ish. Kan lo dah janji."
"Yaudah, samperin aja dia sono. Tuh, kebetulan dia lagi sendiri," dagu Acha mengendik pada seseorang yang berada disudut kantin seorang diri.
"Calon masa depan!"
"Genta mau lo kemanain sih, Ai?"
"Ai, Ai, Ai, Ai! Suka-suka gue lah. Lagian cowok gue gak peka, mending gue sama sepupu lo yang ganteng bin baik itu aja. Bye!"
"Bakso lo gimana anjir?!"
"Lupakan lah itu," Aira tertawa melihat wajah merengut Acha.
"Hai ganteng!"
Orang yang disapa Aira tersedak bakso begitu mendengar suara gadis itu. Wajah ceria Aira bergantikan panik, dengan tergesa dia mendorong minuman lelaki itu yang langsung diminumnya hingga tandas.
"Lo gapapa?" Aira bertanya setelah wajah lelaki itu jauh lebih baik.
"Gapapa," balasnya pelan. Masih terkejut dengan kejadian tadi.
"Gue minta maaf ya? Gue bener-bener gak maksud ngagetin lo."
"Ya. Asal gak diulang lagi."
"Janji!" Aira mengulurkan jari kelingkingnya.
Tapi lelaki itu memundurkan jari kelingking Aira. "Gak perlu."
"Biar lebih romantis."
"Jangan asal berjanji kalo gak bisa ditepati," lelaki itu tersenyum tipis sebelum beranjak pergi.
Tawa Acha terdengar usai kepergian lelaki tersebut. "Ditinggal lagi?"
"Menurut lo sendiri gimana?" Ujar Aira sinis.
Acha kembali tertawa. "Udah, Ai. Nyerah aja. Sampai kapan pun Ares gak bakal mau sama lo. Dia memang baik, pengertian dan lembut. Tapi lo ingatkan? Dia selalu buat benteng besar asal ada yang deketin dia. Jadi singkirkan pikiran lo yang ingin meluluhkan sepupu gue."
Aira mendengkus keras. Merasa marah karena apa yang dikatakan Acha adalah sebuah kebenaran. Tapi Aira merasa tertantang untuk menaklukan Ares, lelaki itu punya cara tersendiri yang membuat dia tertarik.
Acha menepuk bahu Aira. "Gue ngomong gini gak maksud ngeremehin lo ya. Cuma Ares terlalu mustahil buat lo."
"Lo juga ngomong gitu pas gue bilang mau naklukin Genta. Tapi ujungnya apa? Kami pacaran kan?"
"Itu dia!" Acha menjentikkan jarinya. "Lo pacarnya kak Genta. Ngapain lo kejar Ares? Kalau sampai teman kak Genta sadar sama sifat lo yang ganjen ini apa mereka gak bakal ngasut kak Genta buat putus sama lo? Apalagi lo tau kan gimana sifat kak Dirga?"
Aira berdecak, dia menduduki kursi yang tadi Ares duduki. Terlalu malas mendengarkan Acha. "Cha, kadang lo emang punya segudang nasehat yang benar. Tapi ada baiknya kalo nasehat lo, lo kasih ke orang yang mau dengerin. Karena percuma aja lo ngomong panjang lebar tapi gue gak mau denger. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ngerti?"
"Gak," Acha menjawab malas. "Capek gue ngomong sama lo. Kalo lo masih gak dengerin kata-kata gue, liat aja lo bakal nyesal."
"Nyesal karena apa?" Tanya Aira cepat, dia kemudian menambahkan sebelum Acha menjawab. "Nyesel karena Genta putusin gue? Gak. Mau Genta putusin gue karena gue ganjen gue gak masalah. Karena ya lo tau sendiri kan, gue pacaran sama dia sekedar mau pamer sama cewek-cewek lain disekolah ini."
Acha tertawa keras sampai dia memegang perutnya. "Kalau fans kak Genta denger lo bakal kena masalah, Ai."
"Gue gak takut," balas Aira dengan berani. "Terserah orang mau bilang apa tentang gue. Gue gak peduli, Cha. Yang menjalani hidup itu gue bukan mereka. Lagipula gue bahagia dengan sifat gue ini, emang gue menimbulkan masalah buat orang? Gak kan? Gue gak meledakkan rumah mereka."
"Bukan 'gak' tapi 'belum'," cetus Acha yang dibalas seringai Aira.
"Itu kalo mereka ganggu gue."
"Bisa-bisanya gue temenan sama manusia seajaib lo, Ai."
"Harusnya lo bersyukur. Kalau gak ada gue lo nanti jadi normal temenan sama yang lain."
"Lo ngaku kalo lo gak normal?"
"Kalo gue normal gue mana mau temenan sama lo."
"Sialan," dengus Acha tapi detik kemudian dia melongo karena Aira dengan santai meminum minuman bekas Ares.
"Ai, lo bener-bener gak normal!"
NOTE:
Buat yang penasaran dengan kisah cinta Dirga boleh banget mampir ke karyaku yang berjudul MESYA. Gak kalah seru kok.See you next part~♥️
ListaChoco^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins Girl (End)
Novela Juvenil#School Hanbashri Series 1 Kehidupan Khaira yang tenang dan damai kini berubah 180 derajat karena kehadiran Khiara, kembarannya yang sudah lama hilang. ... Ini karya terburukku:> dibuat sudah lama, dan aku terlalu malas merombak/mengubahnya sehingga...