Ainun melihat Adi mengejar Aira. Dia lebih memilih menenangkan Iara yang terguncang mentalnya. Dibawanya ke atas tempat tidur sang putri dan diusap bahunya yang bergetar pelan.
"Kamu gak papa?"
Iara menggeleng pelan.
"Ma, kita gak ikut kejar Aira?"
"Kita disini aja. Mama mau sama kamu."
"Mama pergi aja."
"Mama gak mau ninggalin kamu sendiri."
"Aku gak papa, Mama pergi aja."
Mendengar itu Ainun mengangguk, dia berdiri dan segera pergi setelah membangunkan mang Arjo menyuruhnya menyupiri Ainun.
Iara mengambil ponsel buluk yang pecah sana sini dan diikat karet. Ponsel pertama miliknya. Masih hidup walaupun sudah agak ngeleg.
...
"Aira berhenti kamu!" Adi terus mengejar Aira yang berlari di tengah malam begini.
Aira berbalik. "Aku kecewa sama Papa! Papa bentak aku! Dan bukan cuma itu, Pa. Papa ... Nampar aku! Kalian jahat!" Pekiknya.
"Maafin, Papa. Ayo kita pulang, Papa salah."
"Aku kecewa," Aira terkekeh sambil mengusap air matanya, dia terus berjalan mundur, tidak membiarkan Adi menggapainya.
Disaat begini, Adi mengumpat saat tidak menemukan satpam komplek dimanapun. Melihat Aira terus pergi ke jalan raya, Adi berusaha membujuk Aira, takut dia nekat.
"Papa minta maaf sayang. Papa gak akan ulangi lagi, ayo kita pulang. Papa akan dengerin apa yang kamu mau, ayo sayang."
"PAPA JAHAT!" Aira terus berteriak, tidak membiarkan bujukan Adi mempan padanya.
Dia pikir, jika terus merubah semua hal ini dia akan menang. Aira akan menang. Tapi kenapa tidak bisa? Kenapa malah Iara yang sekarang diratukan? Apa salahnya? Dia terus saja mencoba. Usahanya terus gagal. Aira lelah hidup dengan pikiran-pikiran Iara akan merebut segalnya.
Iara menang.
Dan Aira sudah muak.
"Aira," tanpa di duga Ainu datang dari arah lain dan menarik tangannya erat. "Kamu gak seharusnya gini sayang. Mama salah udah ngusir kamu kemarin. Sekarang Mama udah sadar, seharusnya Mama bersikap lebih dewasa lagi. Pulang, ya sayang? Kita bicarakan ini baik-baik. Anak Mama pinter, 'kan?"
Adi bernafas lega kala Ainun datang, dia pun menimpalkan. "Ayo kita pulang sayang."
Aira yang berada di tengah jalan raya yang kosong terlihat ragu. Mereka pasti akan mempermainkannya.
"Oke," gumam Aira. "Tapi lepasin tanganku dulu."
Adi bergegas mendekati Ainun dan menyuruh istrinya melakukan apa yang Aira mau. Mereka pikir Aira akan pulang dan masalah selesai. Tidak disangka, Aira malah kabur lagi.
Di lain tempat, sosok itu mengirim pesan pada seseorang. Aira sudah pergi, kamu harus bersiap.
"Aku gak bakal pulang! Kalian jahat—eh?" Aira tertegun melihat secercah sinar putih menghalangi pandangannya. Telinganya berdengung, tubuhnya berguling-guling setelah dihantam oleh benda bergerak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins Girl (End)
Teen Fiction#School Hanbashri Series 1 Kehidupan Khaira yang tenang dan damai kini berubah 180 derajat karena kehadiran Khiara, kembarannya yang sudah lama hilang. ... Ini karya terburukku:> dibuat sudah lama, dan aku terlalu malas merombak/mengubahnya sehingga...