Aira melirik jam tangannya berkali-kali dan menghela nafas gusar saat sadar sudah satu jam ia menunggu Arjo menjemputnya. Namun lelaki paruh bayah itu masih belum datang. Tidak seperti biasanya, Arjo kali ini telat sangat telat.
Acha sudah langsung pulang begitu bel sekolah berbunyi. Di parkiran sekolah pun tinggal beberapa motor dan mobil milik guru. Kebanyakan motor yang tersisa milik anak-anak ekskul.
Aira mendengus bosan, ia memandang ke atas melihat langit yang cerah, terlalu cerah. Aira yang tadinya duduk di dekat pagar sekolah, langsung berdiri dan masuk ke gedung sekolah. Jika terlalu lama di luar, bisa-bisa nanti ia menjadi hitam dan semua skincare yang ia pakai tidak ada gunanya. Sia-sia Aira menangis kencang kepada ayahnya.
"Wah...," Gumam Aira takjub melihat ekskul Pramuka. Mereka tengah melakukan gerakan yang serentak, apa yah namanya? Aira lupa.
Aira lanjut berjalan, hingga tak terasa ia sudah berada di dekat ruangan OSIS. Aira mendengar suara dari dalamnya, yang artinya anggota OSIS masih belum pulang. Tidak heran sih, bahkan beberapakali mereka juga pulang malam saking sibuknya mengurus OSIS.
Pintu tiba-tiba terbuka, Aira berjengit mundur karena kaget. Anak-anak OSIS berkeluaran, sempat menatap Aira bingung tapi bungkam semua. Beberapa ada yang Aira kenal, seperti Tasya, Leinka, Rakha, Neo, Necha, Chia dan yang terakhir yang paling Aira kenal, Dirga.
Dirga yang tadinya menahan pintu sambil seluruh anggota OSIS keluar semua, telah menutup pintu sampai rapat.
Aira dan Dirga bertatapan lama.
Mama.
Sayang, sorry yah.
Tapi mang Arjo gak bisa jemput kamu.
Mama udah minta Dirga antar kamu pulang.
(16:36)Aira menunduk melihat layar ponselnya yang menyala karena pesan dari Ainun. Lalu, ia kembali menatap Dirga yang juga masih menatapnya.
"Kak...," Ada ketakutan dalam suara Aira yang coba ia samarkan. "Mama minta aku pulang bareng kak Dirga," cicitnya.
Dirga mengernyitkan dahinya, dia merunduk untuk melihat ponselnya dan ternyata tante Ainun mengiriminya pesan saat dia sedang rapat tadi.
Tante Ainun.
Dir...
Tante minta tolong yahantar Aira pulang.
(15:11)
Dirga Arkayansa.
Iya, Tante.Tenang aja, Dirga antar kok
.
(16:38)Dirga menghela nafas ringan dan menatap Aira lagi. Gadis itu menunduk melihat sepatunya.
"Ayo, gue antar pulang."
"Gak ngerepotin?" Gumam Aira, masih menunduk karena tidak berani melihat wajah Dirga.
Dirga berjalan lebih dulu, ada nada malas saat ia membalas. "Lebih ngerepotin kalo Lo banyak tanya gini. Ayo."
Aira mengikuti, ada jarak yang panjang di antara mereka. Dalam hati, ia mengucap syukur. Walaupun Dirga membencinya lelaki itu masih mau menuruti permintaan Ainun untuk mengantar Aira pulang.
"Gue gak bawa helm dua," kata Dirga seraya memakai helmnya. "Lo gapapa 'kan gak pake?" Tanya dia melirik Aira sekilas. "Tenang aja gue gak bakal buat Lo kecelakaan kok. Gue gak sejahat Lo," kalimat terakhir di pelankan Dirga tapi entah kenapa masih bisa Aira dengar, mungkin karena suasana parkiran yang sepi?
Aira naik ke atas motor Dirga, untungnya motor sepupunya ini bukan motor lelaki kebanyakan.
Di perjalanan mereka hanya ada kebisuan, suara dari kendaraan lain dan jalanan yang mengisi.
Aira membiarkan rambutnya berterbangan. Entah kenapa jika berada di dekat Dirga, Aira selalu merasa murung. Merasa tidak bergairah dan tidak bahagia. Apa mungkin karena ia sadar kalau Dirga membencinya?
Macet, yah tidak heran lagi. Jakarta dan segala kemacetannya. Aira menoleh ke kanan, dan seperkian detik ia menyesal telah melakukannya.
Ada Ainun dan Iara yang tengah tertawa di dalam mobil, mang Arjo juga terlihat tertawa di sana. Seharusnya yang berada di samping Ainun itu Aira, bukan Iara.
Aira meremas roknya erat, dia semakin membenci Iara.
Demi Tuhan, Aira janji alur ini tidak akan sama seperti di mimpinya. Aira akan melawan.
Macet telah terlewat, motor Dirga berbelok ke arah kiri sedangkan mobil yang di supiri oleh mang Arjo berbelok ke arah berlawanan.
Aira menoleh ke belakang dan bergumam pelan. "Mungkin sekarang Lo lagi tertawa bahagia tapi nanti gue bakal buat Lo menangis hancur."
Dirga memasuki komplek perumahan Aira.
"Blok berapa?" Tanya Dirga mengeraskan suaranya.
"18 C," jawab Aira sedikit mencondongkan badannya ke depan.
Dirga berhenti di depan rumah Aira, ia langsung pergi begitu Aira sudah turun.
"Nona?" Pelayan yang hendak membuang sampah itu terkejut melihat Aira yang hanya menatap kosong.
Aira menoleh. "Kenapa?"
"Em... Nona udah lapar? Mau saya buatkan makanan?"
"Gak usah," Aira berjalan masuk, sementara pelayan itu mengekori dari belakang.
"Nyonya sedang pergi," beritahunya. "Bersama nona Iara. Mungkin akan pulang sore."
"Oh."
See you next part~♥️
ListaChoco^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins Girl (End)
Teen Fiction#School Hanbashri Series 1 Kehidupan Khaira yang tenang dan damai kini berubah 180 derajat karena kehadiran Khiara, kembarannya yang sudah lama hilang. ... Ini karya terburukku:> dibuat sudah lama, dan aku terlalu malas merombak/mengubahnya sehingga...