"Kita sampai," kata Arjo di kala hening yang menyesakkan itu. Sedari tadi Arjo terus mengintip lewat kaca, bagaimana kah interaksi keduanya? Sayangnya mereka hanya diam dan tidak melihat wajah satu sama lain. Aira terlihat enggan dan menoleh ke jendela, sementara Iara memilih menunduk dengan gugup.
Tanpa menunggu Arjo membukakan pintu seperti biasa untuk Aira, ia memilih keluar lebih dahulu dan membanting pintu dengan keras.
Iara tersentak, ia kebingungan karena ditinggal sendiri. Bagaimana cara membuka pintu ini? Untunglah ternyata lelaki tua itu tak meninggalkannya dan membukakan Iara pintu.
"Makasih, Paman."
Arjo berdehem, rasanya canggung dipanggil paman. "Pangil mang Arjo aja, neng. Kayak gimana Nona Aira manggil saya."
"Aira?" Gumam Iara. "Saudari saya?" Tunjuk Iara ke dirinya sendiri.
Arjo tersenyum dan mengangguk. "Iya. Itu dia," tunjuk Arjo pada arah belakang Iara.
Ketika Iara berbalik, ia menemukan seorang gadis dengan wajah datarnya tengah berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada. Mata Iara melebar terkejut. Wajah mereka mirip. Tidak sepenuhnya. Aira lebih cantik. Wajahnya terawat dan mulus.
Begitu sebaliknya, Aira pun tampak terkejut melihat wajah Iara, mereka mirip. Rasanya seperti Aira tengah bercermin. Dan itu menimbulkan kekesalan padanya.
Keduanya saling berhadapan. Seperti orang yang sama namun berbeda. Rambut keduanya sama-sama sepunggung, tapi rambut Aira bergelombang karena ia bentuk, tentu saja.
Arjo dan dua orang lain yang melihatnya pun nampak tercengang. Melihat betapa mereka mirip tanpa cela. Benar-benar mirip, hanya ekspresi yang berbeda. Iara polos dan gugup sedangkan Aira datar dan malas.
"Iara?!" Ainun yang baru tiba bersama Adi berlari menghampiri gadis itu, membingkai wajah Iara Ainun merasa seperti melihat Aira. Tak kuasa menahan, Ainun menangis sembari memeluk Iara yang terkejut.
"Anak mama," gumam Ainun di sela tangisnya.
Iara tersentuh, sudut hatinya terasa di remas sampai hancur. Ia pun ikut menangis tersedu-sedu. Akhirnya Iara menemukan keluarganya. Iara berhasil.
Adi berdiri di samping ibu dan anak yang saling memeluk itu. Dirangkulnya bahu Aira yang terdiam. Aira mendongak, melihat Adi yang tersenyum ke arahnya. Dibalas Aira senyuman kecil yang ia paksa sebisa mungkin.
"Mama?" Panggil Iara setelah pelukan mereka terlepas. "Mama?" Panggil Iara lagi.
"Iya, sayang ini mama," Ainun membingkai wajah Iara dan mengecup wajahnya berkali-kali menggumamkan betapa dia sayang menyayangi Iara dan merindukan putrinya.
"Ayah?" Iara beralih pada lelaki merangkul Aira. Bingung apa sebutannya sudah benar atau belum.
Adi berjalan mendekat setelah melepas rangkulannya dengan Aira. "Papa," koreksi Adi mengusap puncak kepala Iara, kedua matanya memanas secara tiba-tiba.
"Papa, mama," Iara melihat keduanya bergantian dan memeluk mereka erat. Menumpahkan segala kesedihan yang ia pendam selama ini. Akhirnya Iara bisa memiliki orang tua seperti teman kelasnya. Akhirnya ia tidak perlu merasa dikucilkan karena tidak memiliki orang tua.
Aira yang melihat pelukan keluarga itu sama sekali tidak merasa terharu. Melirik Arjo yang mengusap sudut mata dengan terharu, Aira berdecih pelan.
"Drama yang bagus," gumamnya yang diam-diam merasa sedih.
Harusnya mama dan papa tau kalau ketidakrelaaan gue memiliki saudari kembar bukanlah tak beralasan.
NOTE:
Maaf gusy, harus singkat.
Karena itu pula aku upnya double, hehe.See you next part~♥️
ListaChoco^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins Girl (End)
Teen Fiction#School Hanbashri Series 1 Kehidupan Khaira yang tenang dan damai kini berubah 180 derajat karena kehadiran Khiara, kembarannya yang sudah lama hilang. ... Ini karya terburukku:> dibuat sudah lama, dan aku terlalu malas merombak/mengubahnya sehingga...