Nasib Aira sial banget sekarang, udah bolos jam pertama pelajaran eh ketahuan gurunya. Terus Aira sama Acha dihukum nyapu koridor sampai bersih, pas udah selesai mereka ke kantin dulu karena haus. Niatnya cuma mau sebentar tapi ngeliat ada beberapa murid di kantin, Aira iseng malak mereka beruntungnya dia bisa dapet tiga ratus sama lima murid. Lima murid itu pergi dengan wajah murung, merasa menyesal telah membolos di kantin.
Aira dan Acha tertawa mengingat wajah ngenes mereka.
"Emang gak ada ahlak Lo, Ai. Kasian kali," kata Acha tapi masih terus tertawa sambil memukul Aira.
"Sans, kita bagi dua," Aira membalas pukulan Acha dengan memukul bokong Acha.
Disaat Aira dan Acha tertawa sambil saling pukulan, guru bimbingan konseling berkeliling dan melotot melihat kedua gadis itu. Guru itu melangkah lebar dengan rotan kayu di tangannya.
Aira yang masih tidak sadar malah duduk di salah satu kursi kosong sambil mengipasi wajahnya dengan uang tersebut. Acha hendak ikut duduk, tapi gerakannya menjadi kaku melihat guru bimbingan konseling berjalan mendekat ke mereka.
Acha menelan ludahnya. "Ai, lari! Lari, Ai!" Pekiknya sebelum kabur.
"Cha, tunggu!" Aira berlari di belakang Acha.
"Hei, kalian jangan lari!"
Terjadilah aksi kejar-kejaran yang mengundang beberapa murid mengintip dan menonton mereka. Aira dan Acha berlari ke lepangan. Terakhir, Aira tersandung batu dan terjatuhnya. Ajaibnya Acha ikut tersandung dan terjatuh juga. Guru bimbingan konseling berdiri di depan mereka dengan nafas berseru, dan wajah yang sudah banjir keringat. Aira dan Acha dihukum lagi, disuruh nyapu halaman sekolah sepulang sekolah.
Aira menghentak kakinya. "Dikiranya halaman sekolah kita ini cuma semeter apa?"
"Entah, tuh. Udahlah luasnya mengalahkan rumah gue," rutuk Acha sebal.
Mereka mengikuti jam pelajaran ketiga. Hebat sekali Aira hari ini, telah membolos dua pelajaran. Ainun pasti kaget saat tau putrinya membolos lagi. Emang membolos itu udah sebagai keseharian Aira, Adi aja udah gak kaget dan jenuh menasehati Aira, cuma Ainun yang tampaknya masih semangat untuk menceramahi putrinya ini.
"Duh," di tengah belajar, Aira meremas perutnya yang sakit. Mungkin kebanyakan makan cabe dan saos tadi membuat perutnya bergejolak. "Buk!" Aira mengangkat tangan. "Saya permisi ke kamar mandi."
Guru itu hampir memutar bola matanya. Menurutnya, Aira terlalu banyak alasan di sekolah. Yang bolos lah, yang mau kamar mandi lah. Untunglah Aira ini anak pemilik sekolah, kalau gak dia bisa yakin kalo Aira udah di tendang dari lama.
Aira berlari kencang, dia sempat menabrak bahu orang yang wajahnya tidak sempat dilihat Aira sebab terlalu kebelet. Masuk ke kamar mandi dan menuntaskan buang air besarnya.
"Ugh!" Aira berdesis, perutnya masih sakit bahkan setelah selesai membuang air besar. Dia berjongkok sambil meremasi perutnya. "Kayaknya gue harus ke UKS aja ini. Gak tahan, njing," gumamnya menutup mata menahan perih.
Dengan langkah tertatih Aira berjalan ke UKS. Dia melihat perempuan yang berjaga di UKS.
"Ada obat sakit perut gak?" Tanya Aira sambil duduk di ranjang UKS, masih dengan kedua tangannya meremas perut.
"Ada kak," gadis itu mengambil obat dan air hangat untuk Aira.
Selesai meminum obatnya, Aira merebahkan tubuhnya. Gadis yang bertugas tadi pergi keluar. Aira mengubah posisinya menjadi meringkuk, seperti janin. Dahinya mengernyit, ketika sakit di perutnya tidak hilang.
"Shit! Kiri Lo bego!"
Mata Aira terbuka, dia menyibak tirai berwarna biru, penghalang antara ranjang satu ke ranjang satunya lagi.
Gerald yang tadinya menunduk kini mendongak ke Aira, ada ponsel yang layarnya menunjukkan sebuah game di tangan Gerald.
"Lo disini, Ge?"
"Iya," Gerald menunduk lagi. "Sakit, ya?"
"Gitu deh," Aira duduk di ranjangnya, membiarkan tirai itu terbuka begitu saja. "Bolos, ya?"
Gerald cengengesan. "Gitu deh."
Aira merebahkan tubuhnya kembali, dengan posisi telungkup. Pipinya bersentuhan dengan sprei biru ranjang, dia memandangi Gerald.
"Genta kelas?"
"Iya. Mana mau dia bolos di jam-jam gini," Gerald sedikit tertawa di ujung kalimatnya.
"Memang ... Genta suka bolos di jam keberapa?"
"Jam-jam terakhir, pas mau pulang gitu deh."
"Padahal ya, kalian tuh temennya kak Dirga. Tapi demen banget bolos. Emang kak Dirga gak marah."
Aira memang gitu, cuma Dirga, Selatan, Ezra yang dia sebut kakak karena emang gak terlalu dekat. Tapi Bima yang ngeselin dia panggil tanpa embel-embel kakak, terus kalau Gerald sih emang udah terbiasa aja tuh.
"Marah sih...," Gerald meringis. "Cuma ya gimana. Kami 'kan orangnya memang ngeyel kalo dibilangi. Apalagi alasan gue kemari tuh karena kurang enak badan. Eh, tapi Lo jangan Cepu ya?" Gerald sedikit menyipit ke Aira, mungkin bermaksud mengintimidasinya.
Aira tertawa. "Enggaklah. Mau nanya lagi dong. Genta ada ngomongin tentang gue gak kalo ngumpul bareng kalian?"
Tangan Gerald terangkat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ada sedikit ragu kala dia menjawab. "Emm... Enggak...."
"Oh."
"Mungkin Genta gak pernah cerita karena cukup dia aja yang tau, 'kan? Soalnya Genta bukan orang yang terbuka juga. Boro-boro mau cerita, kalo udah ngomong sepata dua para tanpa kami tanyai juga udah sukur."
"Iya," Aira tersenyum kecut, tau betul Gerald hanya menghiburnya.
Gerald melirik Aira. "Lo jangan sedih gitu."
"Enggak kok."
"Tapi muka Lo berubah murung, tuh."
"Kentara banget, ya?"
"Ya enggak sih. Cuma bibir Lo yang tadinya senyum jadi cuma segaris datar," Gerald membuat gerakkan senyum di bibir dan setelahnya menjadi garis datar.
Aira tertawa, tangannya bergerak mengambil ponsel dari kantong dan mengulurkan pada Gerald. "Ge, gue minta nomor Lo dong."
"Oh, bentar yah. Gue selesaikan ini dulu," beberapa detik setelahnya Gerald selesai dan menaruh ponselnya di ranjang, lalu dia mengambil ponsel Aira dan mengetikkan nomornya disana. "Dalam rangka apa Lo minta nomor gue?"
"Mana tau ada hal penting 'kan? Urusan Genta?" Aira mencoba menaikkan satu alisnya, walaupun gagal.
Genta tertawa. "Dasar bucinnya Genta."
See you next part~♥️
ListaChoco^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins Girl (End)
Teen Fiction#School Hanbashri Series 1 Kehidupan Khaira yang tenang dan damai kini berubah 180 derajat karena kehadiran Khiara, kembarannya yang sudah lama hilang. ... Ini karya terburukku:> dibuat sudah lama, dan aku terlalu malas merombak/mengubahnya sehingga...