Malamnya, Aira keluar dari kamar dengan piyama biru yang membaluti tubuhnya. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai begitu saja.
Aira bersenandung bahagia. Apalagi mengingat kesedihan Iara kala ia memotong rambutnya pendek. Aira puas. Memang begitu seharusnya. Bukan Aira yang harus mengorbankan rambutnya agar mereka berbeda tapi Iara. Karena semua dari awal adalah milik Aira, milik Khaira Adeswa. Putri dari Adinanda Adeswa dan Ainun Adeswa.
Melewati pintu kamar orang tuanya yang terbuka. Aira memutuskan untuk masuk, ia mengintip lewat celah pintu. Melihat Ainun tengah sibuk memolas skincare ke wajahnya.
Ainun melihat wujud putrinya dari kaca. Ia pun tersenyum lebar. "Masuklah, Iara."
Aira berkedip lambat, berdehem pelan dan ia melangkah masuk. Kedua tangannya terlipat memperhatikan wajah Ainun dari cermin.
"Aku Aira, Ma. Bukan Iara."
"Mama tau. Mama hanya bercanda," Ainun menampilkan senyum lebar. "Dimana Iara?"
Mengangkat kedua bahu acuh, lantas Aira duduk di pinggir tempat tidur. "Dimana papa?"
"Mandi," tunjuk Ainun ke pintu kamar mandi.
"Ma," panggil Aira membuat Ainun menoleh menatapnya.
"Ada apa sayang?"
"Mama bakal terus kayak gini, 'kan?" Tanya Aira penuh harap. "Bakal terus sayang ke aku?"
"Kamu ngomong apa sih," meninggalkan segala kerumitan skicarenya yang belum ia pakai semuanya, Ainun berpindah duduk di sebelah putrinya. "Dari awal mama udah bilang kalau kamu sama Iara sama. Mama bakal sayang kalian sama rata, hm?"
"Janji?" Aira mengulurkan jari kelingkingnya.
"Janji!" Ainun tersenyum lebar. "Sekarang kamu turun ke bawah, ya. Mama sama Papa bakal nyusul."
Aira mengangguk, ia bergerak pergi.
Seusai kepergian Aira. Ainun menghela nafas pelan, Adi keluar dari kamar mandi tak lama kemudian.
"Aira tadi datang?"
"Iya, mas," angguk Ainun sedih. "Mas, tau gak? Tadi aku kira Aira itu Iara."
Adi nampak terkejut. Tadi adalah kesalahan yang tak seharusnya terjadi. "Gimana bisa?"
"Mereka kembar, mas," Ainun mengerang sedih, dia merasakan tamparan transparan ketika tidak bisa membedakan kedua anak kembarnya. "Mirip sekali. Aku hampir gagal membedakan mereka."
"Sudahlah," Adi bergerak memeluk Ainun sangat erat. "Aku bahagia karena kita bisa menemukan Iara. Impian kita, Ai," bisik Adi.
Ainun mengangguk, ia memejamkan matanya. Sangat nyaman berada di pelukan suaminya.
"Aku harap keluarga kita selalu bahagia." Itu harapan mereka.
Aira menemukan Iara berada di meje makan. Dia mendengus, Iara terlihat akrab dengan pelayan di rumahnya. Pelayan di rumahnya yang biasanya cosplay jadi patung kini mirip sekali ibu-ibu komplek yang suka gosip.
"Iya, nona. Saya juga biasanya selalu diem, eh tapi sekarang ada nona Iara yang bakal jadi teman ngobrol saya."
"Hehehe, iya."
Aira mendengus pelan, dia menarik kursi dan mendudukinya dengan santai. Tindakan itu membuat si pelayan tadi terkejut oleh kedatangan Aira.
"Mau disiapin sekarang makanannya, nona?"
"Gue nunggu mama sama papa dulu," Aira tersenyum melihat kehadiran orang tuanya.
"Ayo kita mulai makan malamnya," Ainun tersenyum sampai mata, lalu dia menatap Iara dan terkejut. "Eh, Iara motong rambut?" Ainun agak bernafas lega setelahnya.
Adi menoleh dan ikut terkejut. "Papa kira bakal susah nanti bedain kalian, ternyata Iara motong rambut yah."
Iara tersenyum paksa. "Cocok gak?"
"Cocok banget," Ainun terkekeh. "Kamu jadi semakin cantik."
"Iyalah, cantik. Anak siapa dulu?" Adi menaikkan satu alisnya bangga.
Aira mengaduk minumannya dengan ekspresi bosan. "Ini kapan makannya? Udah lapar, nih."
"Sekaranglah. Ayo makan," ujar Adi agak tertawa.
Akhirnya mereka mulai makan dengan tenang, Iara makan dengan lahap. Ainun pun nampak menambahkan lauk dan nasi sampai piring Iara penuh lagi. Adi juga tersenyum bahagia melihat keluarga kecilnya. Sepertinya disini hanya Aira yang tidak bahagia. Dia makan dengan tidak berselera, padahal perut Aira kosong tapi mulutnya sangat hambar.
"Aku kenyang," Aira mendorong piringnya yang masih tersisa banyak nasi dan lauk. "Aku tidur dulu yah. Selamat malam," dia pergi begitu saja.
Adi dan Ainun saling pandang sejenak. "Mungkin Aira ngantuk," kata Ainun saat Adi menatapnya penuh tanya.
Iara meminum airnya hingga tandas, pipinya bersemu merah ketika dia bersendawa. Belum pernah Iara makan-makanan enak sampai sekenyang ini. "Terimakasih atas makanan enaknya," kata Iara.
Sementara di kamar, Aira menatap ponselnya sambil berbaring. Dia bergumam. "Kangen Genta. Udah lama gak nelpon dia," keluh Aira. "Kenapa sih Genta cuek banget ke pacarnya sendiri?"
Aira menatap langit-langit kamarnya. Emang kalo dipikir lagi dalam hubungan mereka Genta itu gak serius sama dia. Aira aja suka heran kenapa Genta gak pernah romantisin dia. Harus Aira yang gerak dulu baru Genta.
Arghh!! Aira rasanya mau stres aja. Gak pacarnya, gak keluarganya. Semuanya bikin Aira gak mood.
Aira menaruh ponselnya di atas meja. Dia mematikan lampu dan memejamkan mata hendak tidur, namun notif dari ponselnya membuat Aira penasaran dan membuka matanya kembali.
Acha Mulyani
Ai...
Lo dah tidur?
(20:57)Khaira Adeswa
Belum
Nande?Acha Mulyani
Sok bisa bhs Jepang Lo maemunah_-
Eh gue ada info.Khaira Adeswa
Afaa??
Acha Mulyani
Sepupu gue itu...Khaira Adeswa
Lo ngetik jangan
setengah-setengah ya babi!Acha Mulyani
... Lagi nginep dirumah gue, hahaha!Khaira Adeswa
Etdah tu doang?
Trus gunanya ma gue apa ngab?Acha Mulyani
Gak ada sih.
Cuma mau pamer aja.Khaira Adeswa
Dih
Lo pamer tapi gak kirim
fotonya percuma lahAcha Mulyani
Nih ada fotonya.
Pas lagi makan.
Ternyata diliat-liat lagi
ganteng juga sepupu gue.Khaira Adeswa
Eh... Awas jatuh cinta!Acha Mulyani
Gak lah.
Yakali, cuy!Khaira Adeswa
YodahMana papnya?
Acha Mulyani
Gak jadi deng.
Privasi, hehehe.Khaira Adeswa
Anjing Lo, Cha!
Mati Lo sana!Acha Mulyani
Bsok aj gue tunjukan.
Oke?
Woi!
Elah, ngambek.Ai!
Aira!
Khaira!Aira mendengus keras, dia mematikan ponselnya lagi. Tapi notifikasi kembali masuk, Aira mengabaikan. Pasti itu Acha yang sibuk nyepam ke dia. Aira memilih tidur, aih hari esok akan sangat melelahkan. Semuanya tentang Iara lagi. Aira tau.
See you next part~♥️
ListaChoco^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins Girl (End)
Fiksi Remaja#School Hanbashri Series 1 Kehidupan Khaira yang tenang dan damai kini berubah 180 derajat karena kehadiran Khiara, kembarannya yang sudah lama hilang. ... Ini karya terburukku:> dibuat sudah lama, dan aku terlalu malas merombak/mengubahnya sehingga...