Part 32 || Monseigneur ||

185 23 14
                                    


Tok! Tok! Tok!

Mika mengetuk pintu kamar Aurum. Rasanya tidak ada yang berubah selama meninggalkan mansion Ky Luc.

Tidak ada jawaban.

Mika pun perlahan memutar kenop pintu, melangkah masuk.

"Aurum?"

Mika mendekati ranjang itu. Ia terkejut sosok yang ia cari sudah raib dari ranjangnya.

Bergegas ia keluar kamar. Mengecek keberadaan gadis itu di ruangan lain.

"Aurum! Kau di rumah?"

Mika naik ke lantai dua dan lantai tiga. Nihil. Tidak ada siapapun di mansion tersebut. Bahkan mayat para pelayan yang tewas sudah bersih tak berjejak. Padahal sebelum pergi, Mika hanya menghilangkan bercak darahnya saja.

"Ah!"

"Astaga! Mika, kau mengejutkanku!"

"Aurum? Darimana kau?"

"Hah? Harusnya aku yang menanyakan itu padamu."

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya. Aku sudah pulih dari racun seutuhnya. Tapi yang tidak baik-baik saja adalah ketiga pelayan itu. Mereka mati terbunuh."

Aurum langsung mendelik curiga kepada Mika. "Apa kau yang melakukannya?"

"Ya. Aku membunuh mereka." Ucap Mika tanpa perasaan bersalah.

"Kenapa? Agar kau mendapat racun tidur untuk diberikan padaku?"

".... bagaimana bisa kau tahu?"

Aurum melengos kesal. Bersedekap sembari membuang muka.

"Pergi setelah aku tertidur oleh racun, pulang berdarah-darah. Lebih baik kau katakan dahulu maksud semua perbuatanmu ini." Ucap Aurum. Nada bicara Aurum yang tetap stabil dan tatapan datarnya malah menguarkan aura murka lebih jelas.

Lelaki bersurai pirang itu terdiam sejenak. Menelan ludah.

"Uhm, bolehkah kujawab setelah aku minum darah? Aku haus."

Aurum mengerjapkan matanya. Lalu melepaskan sedekapan tangannya.

"Ganti bajumu dahulu." Perintah gadis itu tegas.

"Tapi-"

"Aku akan mengambilkan darah untukmu." Ucap Aurum datar, lalu langsung berbalik badan.

"Wajah datar Aurum yang sedang marah ternyata mengerikan juga." Batin Mika. Ia pun lalu menuruti perintah itu dan melangkah menuju kamarnya.

~•~

Aurum melangkah dengan anggun, membawa gelas stoute berisi cairan merah dengan kaki gelas diantara jarinya.

Ia hendak mengetuk pintu kamar, namun ketika jarinya hampir mengetuk, pintu itu bergerak menjauh.

"Eh?"

Aurum mendorong pintu itu sedikit. Terlihat sesosok pria sedang duduk diatas ranjangnya dengan badan membungkuk. Matanya tertuju pada benda yang dipegang tangannya. Dari gerakan punggungnya, ia tampak menghela napas dengan berat.

Aurum berdehem. Memberitahu keberadaannya disitu. Perlahan kepala berambut blonde itu terangkat. Dan iris merah itu beradu pandang dengannya.

Aurum menurunkan tangannya yang mengangkat gelas tersebut. Gadis itu langsung tahu ada beban berat yang disembunyikan Mikaela.

"Aku kira kau akan mengetuk pintunya."

"Persetan." Celetuk Aurum datar. Ia lalu berjalan mendekati Mika yang hanya mengenakan kemeja hitam, tapi tampaknya pakaian dari pinggang ke bawah sudah ia ganti.

Owari no Seraph || Undestined Falls ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang