Part 40 || Fragile ||

453 29 14
                                    

Tap! Tap! Tap!

Lelaki tinggi besar berjubah hitam itu berdecak kesal sambil berjalan kesana kemari disekitar mobilnya. Ia mencemaskan gadis vampir yang dibawanya dari Sanguinem itu. Entah apa maksudnya ia tiba-tiba lompat dari kursi penumpang. Melesat tak tahu kemana dan belum juga tampak wujudnya sekarang.

"Kamelia-sama! Anda dimana?"

"Yang Mulia, kembalilah!"

"Ya ampun, kemana perginya dia?"

BRUGHH!

Lelaki itu terlonjak kaget mendengar sesuatu menabrak mobil di belakangnya. Ia segera berbalik dan mengecek apa gerangan itu.

"Manusia?!"

"Ughh.." Sosok lelaki berseragam hitam-hitam dengan rambut acak-acakan itu mengerang. Tampaknya ia mendarat tidak sempurna tepat diatas mobil.

Melihat seseorang yang diyakininya dari ras vampir, iris merah Guren menyala. Sedetik kemudian, ia bangkit duduk dan menerjang lelaki vampir naas itu.

"AGHH-!"

"Serap kekuatannya, Mahiru."

"K-KAU! BAJINGAN!"

SHRRTTT!

Lelaki itu tidak sempat mengelak. Tanpa mampu melawan, pedang hitam yang menembusnya mulai menyebarkan racun sekaligus menyerap kekuatan vampirnya.

"AARRRGGHHHH!"

Erangan itu menjadi suara terakhir yang keluar darinya. Setelah itu, yang tersisa hanyalah jubah hitamnya. Tubuh sang vampir pengawal itu terkena kutukan dan lebur menjadi abu.

Tubuh itu menghilang seolah ia tidak pernah terlahir di muka bumi.

Bibir pucat Guren membentuk seringai. Tak lama, ia tertawa kosong. Lebih tepatnya, itu adalah tawa iblis Mahiru yang mengendalikan jiwanya.

"Saa, ayo pergi Guren sayang. Tubuhmu hampir mencapai batasnya. Aku tidak ingin kau menyusulku sekarang, ahahaha." Bisik suara seorang gadis tak berwujud di dalam kepala Guren.

"Tenang saja. Aku tidak akan menyusulmu. Aku yang akan membangkitkan untuk hidup kembali, Mahiru." Desis Guren menjawab bisikan iblis itu.

Iblis Mahiru tersenyum lebar. "Benarkah? Kau akan mengkhianati semua orang demiku?"

"Tuhan pun akan kulawan demimu, Mahiru-ku."

~•~
Kamelia POV

"Sista, kau harus segera menemui laki-laki itu. Namanya..."

"Hah? Bagaimana bisa kau mengenalnya?"

"Karena sebelumnya kita pernah bertemu, Sista. Kita bertiga. Kau, aku, dan dia. Tidak ada yang menyadari itu nyata selain aku."

Aku menggeleng tegas.
"Aku tidak lupa ingatan, Stella. Detik inilah pertama kalinya kita bertemu kembali di dunia nyata. Tidak lagi lewat bayangan mimpiku."

"Mimpi itu nyata, Sista. Kau tidak ingat?"

"Aku tidak mengerti yang kau katakan. Bisakahh kau ceritakan lebih jelas?"

Adikku mengangguk. Lalu memulai narasinya.

"Hari itu aku bekerja seperti biasa di ruang data Sanguinem. Sendirian. Tiba-tiba saja semua monitor dihadapanku berkedip-kedip seperti sedang ada gangguan."

"Tiba-tiba di sekelilingku muncul kabut biru gelap. Aku langsung bangkit berdiri dan mencoba tenang. Kabut itu sangat janggal. Aku tahu itu bukan dari mesin data."

Owari no Seraph || Undestined Falls ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang