Dengan membawa segelas cairan merah di tangannya, Chouchou berjalan cepat dengan semangat. Entah kenapa ia tampak sangat sumringah padahal ia seharusnya panik karena keadaan monseigneur-nya.
Senyum lebar nan puas tersungging di wajahnya.
"Haha, aku tidak sabar. Aku tidak sabar menggunakan cakarku lagi. Sudah lama aku tidak mengeksekusi orang. Haha! Rasanya aku sangat bersemangat!"Ia menaiki tangga dan begitu tiba di koridor tempat kamar monseigneur berada, Chouchou sengaja memelankan langkahnya hingga tak bersuara sama sekali.
Bocah itu meraih kenop pintu, memutarnya dengan sangat pelan, dan...
KRAAK!
Engsel pintu berderit saking cepatnya ia mendorong pintu."HA! KENA KAU SEKARANG!" Pekik Chouchou kencang memergoki dua orang di kamar tersebut. Sang monseigneur dan 'kekasihnya'.
"Heh?!" Kejutan itu berbalik kepada dirinya sendiri. Pemandangan yang ia dapati tak sesuai ekspetasinya. Harusnya lelaki yang tidak ia sukai itu sedang membukakan baju monseigneur.
Sebaliknya, Sang monseigneur masih memakai pakaian yang sama. Utuh tak tersentuh. Karpet di sekitar gadis itu sudah sedari tadi basah menyerap bajunya yang basah yang mendudukinya.
Dan lelaki berambut pirang itu, berdiri tepat di hadapannya. Menatapnya heran.
"Chouchou, apa yang kau lakukan?"
Yang dipanggil malah tersentak mundur dnegan tatapan tak percaya. Napasnya mulai kacau.
"K-kau... kenapa kau tidak melakukannya?" Tanya Chouchou tergagap.
"Maksudmu?"
Tap! Tap! Tap!
Sedetik kemudian, Chere datang menghampiri Chouchou. Ia membawa potongan kayu dengan wajah cerah bahagia.
"Bagaimana, Chouchou? Apa kita berhasil? Apa kita sudah bisa mengusirnya sekarang?"
Chouchou menoleh dengan tatapan pias dan putus asa. Gadis mungil itu pun menoleh dan menyadari Mika tidak melakukan apapun kepada monseigneur-nya. Meskipun mereka sengaja hanya ditinggal berdua olehnya.
BRUGH!
Potongan-potongan kayu itu jatuh dari dekapan tangan Chere yang melemas.Mika langsung berjongkok di hadapan gadis kecil itu. Memegangi bahunya.
"Chere, syukurlah kau cepat datang! Aku butuh bantuanmu menggantikan baju Lia. Kau mau kan? Kumohon mau ya? Monseigneur kalian tidak bisa menahan dingin terlalu lama. Nanti dia malah demam tinggi. Bisa kau tolong aku, kan, Chere?"
Gadis kecil itu menahan napasnya. Menatap Mika dengan amat kecewa. Mika menyadari suasana yang janggal ini.
"Hei? Kenapa kalian menatapku seperti itu?"
Tak lama, napas dua bocah itu sesenggukan.
"Hiks... hiks...""Eh? Ada apa? Kenapa kalian menangis?"
Chere mengempaskan tangan Mika dari bahunya dengan marah.
"Kenapa kau tidak melakukan apapun kepada monseigneur? Kenapa?! Kenapa kau tidak sama dengan semua orang yang kenal dengan monseigneur?""Kau punya kesempatan, tapi kau tidak mengambilnya! Apa kau tak tertarik sama sekali dengan monseigneur kami yang sangat cantik itu?!"
"Kami kecewa kau ternyata pria yang baik! Huaaa! Kau benar-benar kekasih yang akan merebut monseigneur dari kami!"
"Hiks... padahal... kami sangat merindukan monseigneur. Kami ingin sebentar saja punya waktu dengannya. Kenapa untuk hal kecil itu saja sulit? Yang kami inginkan sederhana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Owari no Seraph || Undestined Falls ||
FanfictionDunia ini sangat kacau. Siapapun pasti lebih memilih untuk mati daripada tinggal disini. Dunia tanpa masa depan. Suram dan memuakkan. Tapi aku masih punya alasan untuk tetap hidup disini. Untuk Yu-chan, keluargaku, dan... Untukmu. Hei, Urusan 'kita...