BRUGH!
"Awhh!"
Aurum memekik tertahan saat sesuatu menghantam wajahnya dengan keras hingga ia terjungkal dan jatuh menyusur lantai.Mika ternganga tak percaya. Sosok yang memberi kejutan itu berdiri tepat di depannya. Pandangannya masih tersorot kepada Aurum disana. Entah bagaimana kabar gadis pendata itu sekarang.
"RASAKAN ITU, GADIS SIALAN!" Seru sosok itu dengan sorot mata berapi-api. Melampiaskan kemarahannya.
"Lia?"
Zshht!
Tatapan kedua manik ungu itu seketika berubah. Ia langsung menoleh kearah Mika dengan tatapan cemas."Mika!" Seru gadis berjubah putih itu langsung menurunkan posisinya. Berlutut di depan Mika dan membantu laki-laki itu bangkit.
"Mika, kau tidak kenapa-kenapa kan? Apa kau dilukai olehnya?" Tanya Lia dengan nada sangat khawatir. Sorot mata penuh kemarahannya tiba-tiba lenyap tanpa jejak.
Bukannya menjawab, Mika malah tertegun melihat perubahan itu.
"Bagaimana bisa... Lia bisa berubah secepat itu?"
"Detik lalu, aku melihat dengan jelas dia berteriak penuh kemarahan. Sekarang dia menanyaiku dengan wajah secemas itu." Gumam Mika tanpa suara. Menatap lurus iris ungu menawan sekaligus misterius milik Lia.
•- Kamelia POV -•
"Mikaa!" Panggilku lebih kuat.
"Ah, apa?" Tanya Mika spontan. Tersadar dari lamunannya.
"Kenapa kau malah melamun? Katakan padaku kalau kau baik-baik saja!" Pekikku gemas sambil mengguncang bahunya kuat.
"Ssht, Lia. Tenanglah. Aku tidak apa-apa kok." Ucap Mika balas memegang lenganku.
"Sungguh?"
"I-iya. Kau tidak perlu secemas itu." Ujar Mika seakan berusaha menenangkan.
"Tapi terimakasih banyak sudah mencemaskanku, Lia . Aku sangat senang kau kembali." Sambung Mika lagi.
Mendengarnya, iris unguku terbuka sedikit lebih lebar dan mendadak bergetar.
"Lia?"
Bugh!
Mika tersentak pelan kebelakang saat tubuhku menabraknya pelan.
"Aku hanya tidak mau melihatmu terluka." Kataku menggumam pelan. Kata yang sangat singkat, namun sangat berarti untuk Mika. Pelan-pelan, hatinya berdesir haru.
"Hei," Panggil Mika tanpa menyebut namaku.
"Hm?"
"Bolehkah aku memelukmu?" Tanya laki-laki itu dengan nada ragu.
"Tidak." Jawabku sekenanya.
"Heh? Ba-baiklah." Balas Mika tidak bisa menyembunyikan kekikukannya.
Mendengar respon Mika itu, aku malah tertawa geli lalu melingkarkan tangannya di punggung Mika.
"Tidak mau. Aku saja yang memelukmu." Ucapku dengan suara rendah. Tanpa kuketahui, pipi Mika bersemu merah karenanya.
"Kau ini... sempat-sempatnya kau mengerjaiku ya." Celetuk Mika sembari mengelus kepalaku lembut. Aku tersenyum dan membiarkan perlakuan itu.
"Tidak kusangka, aku bisa melihat sisi baikmu lagi." Kata laki-laki berambut pirang itu tanpa suara.
"Aku merindukan kau dan sikap manismu ini, Lia."
"Hm? Apa kau bilang? Kau merindukanku?" Tanyaku sambil menarik mundur kepalaku darinya. Gumaman yang sepertinya sengaja dipelankan Mika, tak sengaja masih bisa terdengar olehku.
![](https://img.wattpad.com/cover/231571806-288-k631218.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Owari no Seraph || Undestined Falls ||
FanficDunia ini sangat kacau. Siapapun pasti lebih memilih untuk mati daripada tinggal disini. Dunia tanpa masa depan. Suram dan memuakkan. Tapi aku masih punya alasan untuk tetap hidup disini. Untuk Yu-chan, keluargaku, dan... Untukmu. Hei, Urusan 'kita...