~• Aurum POV •~
"Ugh..."
Mika menggumam pelan. Matanya perlahan terbuka. Ia terbangun karena rasa pegal yang begitu tak nyaman."Uh... dimana ini?"
Lelaki itu hendak bergerak namun tak bisa. Ia merasa tubuhnya begitu berat. Bahu dan lehernya diliputi kram yang amat sangat."Apa..? Kenapa ini? Tubuhku..."
Beberapa detik kemudian, Mika menyadari posisinya. Tangan dan kakinya terkekang dalam tembok. Hanya menyisakan kepala dan dadanya untuk bernafas. Tembok itu seakan menelannya.
Lelaki itu mencoba berontak namun sia-sia. Dinding itu benar-benar penjara yang sempurna. Semakin ia berusaha bebas, semakin sakit lengannya. Hanya kebas luar biasa yang bisa menyamarkan rasa sakit itu.
"Bagaimana bisa aku terbangun disini? Bukankah aku baru saja keluar dari benteng itu?"
Mika tiba-tiba teringat satu nama. Nama yang paling mungkin membuat dirinya berakhir seperti ini.
"Aurum. Gadis itu..."
"Dimana dia sekarang? Aku meninggalkannya tanpa kabar di tempat bersalju itu. Apa dia masih menungguiku disana? Apa dia sudah pergi dengan portalnya dan menemukanku lalu membuatku jadi seperti ini?" Batin pikiran Mika.
"Ugh!"
Mika tersentak saat tubuhnya tiba-tiba merasa haus."Ah tidak. Sepertinya aku sudah lama terperangkap disini."
"..."
"Halo?! Ada seseorang disini? Siapapun itu? Kalian boleh memenjarakanku tapi aku tidak senang jika kalian membiarkanku kelaparan!"
Senyap. Udara lembap yang memualkan memenuhi hidung lelaki itu. Ia menjadi yakin dirinya berada di bawah permukaan tanah.
Mika mengalihkan pikirannya dari penjara yang membekukannya itu. Satu-satunya pelariannya ialah mengingat kembali wajah lembut itu. Gadis yang masih terlelap saat ia pergi dan ia yakin sekarang gadis itu sudah pulih.
"Walaupun berakhir disini, setidaknya... aku berhasil menyelamatkanmu, Lia. Aku tidak menyesal sama sekali melakukannya."
Tap... tap.. tap..
Mika menoleh. Dari koridor, terdengar seseorang datang kemari. Mika menahan napas. Menenangkan diri sebisa mungkin.
Suara besi beradu begitu berisik ketika sosok itu membuka gembok ruangan. Jelas-jelas sosok itu sedang tidak melakukan hal yang mencurigakan.
Sinar dari lampu redup mengenai wajahnya seiring dia berjalan mendekati Mika.
"Aku sudah menduga itu kau,""Aurum."
Gadis bersurai coklat itu mengarahkan matanya tepat kepada iris merah Mika. Wajah mulus nan pucat itu tak tersenyum sama sekali. Kantung mata dan rambutnya yang berantakan mempergelap aura gadis itu.
"Halo lagi, Penjaga Kota. Kau masih mengenalku atau semua wanita di dunia ini sudah kau lihat sebagai Kamelia?"
"Uh oh... emm, baiklah. Aku minta maaf sudah meninggalkanmu di tempat itu-"
"Diam."
Mika sedikit terperangah melihat ketidakbersahabatan Aurum detik ini. Tapi ia menurut saja.
"Aku keluar dari tempat itu, menemukanmu sudah pingsan di atas tumpukan salju. Tepat di depan Chateâu itu. Penuh bercak darah dan hampir tak bernapas, aku membawamu kembali ke mansion Ky Luc-sama."
"Kau tahu siapa yang menyambut kita? Ya. Tuan Saito. Singkatnya, kau dan aku gagal memenuhi keinginannya dan berakhir disini."
"Aku baru saja membereskan sipir dan berniat membebaskanmu. Tapi sipir itu sempat mengirim peringatan ke penjaga diatas sana. Mereka sedang bergerak kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Owari no Seraph || Undestined Falls ||
FanfictionDunia ini sangat kacau. Siapapun pasti lebih memilih untuk mati daripada tinggal disini. Dunia tanpa masa depan. Suram dan memuakkan. Tapi aku masih punya alasan untuk tetap hidup disini. Untuk Yu-chan, keluargaku, dan... Untukmu. Hei, Urusan 'kita...