“Cih! Si pengganggu itu!”
Heh?
Aku segera membuka mataku setelah mendengar geraman dari seseorang yang kuyakin itu dia.
Mika?
“A-apa yang terjadi?” Tanyaku spontan begitu menyadari aku sudah kembali berada di gendongannya.
GRSSHHH!
Suara berdebam yang cukup mengerikan itu membjuatku menoleh. Mataku membulat kaget melihat sebuah bangunan bertingkat yang tak jauh dariku runtuh. Hancur menerbangkan kepulan debu tebal.
Dengan gerakan gesit, Mika mencari tempat berlindung dari serbuan debu reruntuhan, dan memilih berlindung dibalik sebuah pilar.
Serangan debu mengembus kuat bak badai pasir, namun aku dan Mika sudah aman untuk sementara waktu.
“Huff, hampir saja.”Hela Mika sambil menatap kearah badai debu itu.
“Hei, Mika..”
Sorot mata laki-laki itu berputar kearahku.
“Apa?” Responnya.
“Bukankah kau tadi sengaja ingin membunuhku? Dengan menjatuhkanku dari ketinggian?” Tuduhku sembari menautkan alis.
"Hah? Kau bicara apa?"
"Jangan pura-pura tidak tahu!" Seruku kesal sembari memukul bahunya.
"Aw! hentikan itu, Lia."
"Cepat mengaku!"
“Ugh, tenanglah. Sebenarnya aku tadi hanya bermain-main saja.”
“Apa? Bermain-main? Kau sebut itu main-main, heh?!” gertakku melotot kesal padanya. Memberontak ingin turun.
“Kau tidak boleh kemana-mana dulu, Lia! Aurum hampir saja menebas kita tadi.” Cegah Mika mendiamkanku.
“Aurum?” Ulangku tak percaya.
Mika mengangguk.
“Dia belum mau berhenti mengejar kita. Dan ternyata si bangsawan itu punya kekuatan yang membahayakan juga. Sampai-sampai, dengan mudahnya meruntuhkan bangunan tadi dengan sekali sabetan.”
“...”
Aku memeluk diriku sendiri. Menunduk dalam-dalam. Menggumam lirih.
"Oh tidak.”
Mika menoleh padaku. Melihatku yang tiba-tiba saja gemetar, kehilangan keberanian.
“Mika,” panggilku dengan suara bergetar.
“Hm?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Owari no Seraph || Undestined Falls ||
أدب الهواةDunia ini sangat kacau. Siapapun pasti lebih memilih untuk mati daripada tinggal disini. Dunia tanpa masa depan. Suram dan memuakkan. Tapi aku masih punya alasan untuk tetap hidup disini. Untuk Yu-chan, keluargaku, dan... Untukmu. Hei, Urusan 'kita...