~Happy Reading~
Beruntung masih ada taxi yang tersisa di tengah malam seperti ini. Haruto mengatakan alamat tujuan kepada si Sopir.
Junkyu menjatuhkan kepalanya di atas paha Haruto, sementara yang ditimpa mendelik kaget. "H-hei! Jangan tidur di sini."
Ia semakin bergerak gelisah di kala lengan Junkyu melingkar di perutnya, lalu mendusalkan wajah. Perut dengan enam kotaknya itu mudah sensitif ketika mendapatkan rangsangan. "Geli, sialan."
•
•
•Pintu memberikan izin akses setelah kode yang dimasukkan itu benar. Di sinilah Haruto sekarang, apartemen Junkyu yang cukup luas untuk dihuni satu orang. Kondisi apartemennya semakin jelas di saat lampu menyala secara otomatis.
Berantakan.
Kotak ada di penjuru unit apartemen ini. Haruto tidak tahu jika Junkyu adalah penghuni baru atau hendak angkat kaki dari sini. Tenang saja, berbagai macam kotak yang menyimpan banyak benda itu, tak sedikitpun menghalangi jalannya. Walau terkesan berantakan, setidaknya Junkyu tidak lupa memberikan space untuk bergerak.
Haruto celingak-celinguk mencari kamar. Sampai satu pintu yang terbuka dengan kepala ranjang yang sudah menjadi ciri khas sebuah kamar tidur.
Semakin lama, Junkyu semakin terasa berat. Haruto bergegas membaringkan tubuh ini. Haruto menghela panjang, bangga akan kerja kerasnya yang membuahkan hasil dengan Junkyu yang tengkurap di atas kasur.
Membenahi sepasang kaki Junkyu yang menggantung. Dari posisi tubuh yang diagonal menjadi vertikal.
Junkyu bergerak kecil. Matanya menyipit memandang Haruto yang belum beranjak darinya. "Mereka sangat jahat."
"Siapa yang jahat?"
Junkyu menunjuk sebuah ponsel yang ada di atas nakas. "Mereka." Netranya yang sayu mulai berkaca-kaca. "Bantu aku melawan mereka." Tangannya menarik-narik ujung kaus putih milik Haruto. "Aku tak punya siapa-siapa. Kumohon bantu aku."
Sebetulnya, niat Haruto kemari murni mengantarkan Junkyu pulang, kemudian menikmati sup yang tadi dibelinya, bukan untuk mengutak-atik ponsel yang tentu bukan miliknya itu.
Katanya seseorang yang berbicara ketika mabuk, ucapannya selalu jujur. Haruto percaya itu. Dilihat dari air muka dan tangisan Junkyu yang teredam bantal, menunjukkan keputusasaan yang mendalam. Haruto yakin jika Junkyu benar-benar membutuhkan bantuannya.
Ponsel tanpa kunci layar itu dapat dimasuki secara mudah. Haruto membaca seluruh deretan notifikasi yang ditabung oleh Junkyu. Haruto langsung tahu apa yang membuat Junkyu putus asa. Hujatan, terutama di salah satu grup chat.
Haruto mengkliknya, tapi face lock menghalanginya. Kondisi wajah Junkyu yang tenggelam pada bantal, membuatnya kesulitan untuk membuka kunci.
Kali ini, Haruto sedikit ragu untuk menyentuh dagu tersebut. "P-permisi, Junkyu."
Junkyu melenguh kecil ketika kepalanya diputar menghadap langit-langit kamar. Dirinya dapat melihat wajah Haruto lewat netranya yang melek segaris saja. Entah bisikan dari mana, tangannya meraih kedua pipi tirus Haruto. Dua bibir saling bertemu akibat ulah Junkyu.
Sementara pria jangkung ini malah membeku di tempatnya. Ia terlalu syok hingga lupa caranya menepis pelecehan ini.
Junkyu melepaskan ciumannya, lalu melemparkan kepala ke bantal. Disusul dengkuran halus.
"Wah, bocah ini." Haruto menyibak poninya. Tidak menduga bahwa keperawanan bibirnya hilang. "Kau harus tanggung jawab besok." Haruto kembali fokus membuka face lock di ponsel ini. Ketika kamera menyodorkan wajah merah padam itu, kunci langsung terbuka.
☠️
Xxx
Send a picture.|Junkyu, mengakulah. Itu kau, kan?
|Hahaha, lucu sekali. Di sini, jeongwoo yang terlalu bodoh atau Junkyu yang terlalu pintar?
7Chill🤑
|Hei, kau jangan bercanda. Itu bukan Junkyu!Xxx
|Apa kau yakin jika itu bukan Junkyu? Bukankah wajah sialan itu sudah jelas punya Junkyu?Cookieeee🍪
|Jadi, pacar Jeongwoo selama ini adalah Junkyu? Aku sangat tidak menduganya.Minion
|Dari mana kau dapatkan foto eksklusif itu?Xxx
|Nomor tak dikenal. Sepertinya dia sasaeng Jeongwoo.7Chill🤑
|Junkyu! Keluarlah, jangan menjadi pengecut seperi ini!|Busuk sekali kau itu.
Sahi🙀
|Dari kami bersepuluh, kau yang paling fatal, Kim Junkyu. Kenapa kau bisa seniat itu hingga membodohi biasmu sendiri?|Aku tahu kau memang terobsesi dengannya, tapi haruskah kau berlagak palsu seperti ini?
Bruhhh🌚
|Sudahlah, mengaku saja kau ini.
Send a video.|Jangan mengelak, Junkyu. Aku punya videomu sedang berkencan dengan Jeongwoo.
7Chill🤑
|Aku sangat kecewa denganmu, Kyu.Silahkan kalian membenciku. Aku tidak terlalu memikirkannya, aku tidak peduli. Aku tahu ini keterlaluan dan nekat, tapi aku yakin, kalian semua iri denganku, kan? |
Tidak semua penggemar bisa menjadi kekasih dari orang-orang yang mereka gemari. Itu sulit, Kawan. Pfftt|
7Chill🤑
|Hentikan omong kosongmu. Jangan normalisasikan kenekatakanmu itu!Jangan berikan hal-hal seperti ini kepada Haruto, dia terlalu kurang ajar saat mengatasinya. Hatinya sangat bersemangat tatkala suasana grup obrolan para Sasaeng ini memanas karenanya.
Ibu jarinya menarik balasan dari username @.7Chill🤑.
Terlihat sekali kau mudah iri hati.|
Sahi🙀
|Setelah bertahun-tahun kita berteman, ternyata seperti ini sifat aslimu. Kita jangan pernah bertemu lagi.7Chill🤑
|Aku setuju denganmu.Di dunia ini memiliki milyaran manusia. Menjauhlah.|
Senyuman bangga menjadi pemanis di akhir sebelum meletakkan benda pipih itu kembali ke tempat semula. Setelah ini, ia ingin pulang dan menikmati supnya yang tak lagi hangat.
"Kau melalui hari yang berat." Haruto menarik selimut yang masih terlipat rapi di ujung ranjang. Melindungi tubuh ringkih itu dari dinginnya udara malam.
"Kau harus mengingat apa yang sudah kau lakukan pada bibirku." Haruto menunjuk-nunjuk bibirnya dengan penuh amarah. "Kau harus tanggung jawab besok. Aku pulang."
"Haru."
Haruto seketika merinding mendengar suara yang lirih itu disertai jari kelingking kirinya yang ditahan Junkyu.
"Jangan tinggalkan aku."
To Be Continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Obsession {HaruKyu}✓
Fanfiction[END] Seorang idol yang meminta bantuan Sasaeng, memangnya ada? Tanyakan saja kepada salah satu idol yang penuh haters dalam hidupnya, Watanabe Haruto. Bila saja tak mendesak, Haruto takkan pernah sudi meminta bantuan Sasaeng itu, walau ia akui par...