Chapter 19-Confessing

480 50 6
                                    

~Happy Reading~

Junkyu mengurungkan niatnya untuk mandi. Hari ini ia membolos kelas  untuk duduk di atas sofa bersama Haruto dan mendengarkan lelaki itu bercerita panjang mengenai masa lalunya.

"Jeongwoo menutupi lukanya sampai sekarang. Belum ada pendonor yang cocok." 

Ceritanya tuntas. Haruto tidak berceloteh lagi sebab baru menyadari satu hal. 'Kenapa aku menceritakan semuanya pada Junkyu?' Haruto tak pernah membagikan masa lalunya sedetail ini pada orang lain. Hari itu—sepulang berkencan dengan Junkyu sebagai gimmick—ia juga menunjukkan kerapuhannya tanpa sadar.

"Hei, rem di mulutku sedang blong. Kau takkan menyebarkan semua ini, kan?" Haruto berharap banyak pada Junkyu untuk tutup mulut mengenai masalah. Haruto melihat anggukan Junkyu yang lemah. "Baiklah. Aku percaya padamu. Jangan mengkhianatiku."

"Terima kasih sudah menamparku." Junkyu memberikan Haruto sebuah pelukan. "Maaf telah menjadi salah satu pembencimu, Haru."

Haruto berdegup mendengar panggilan yang sudah lama tidak keluar dari mulut Junkyu. Haruto melonggarkan pelukan ini, kedua tangannya bertengger di bisep Junkyu. "Ulangi lagi panggilan itu. Aku menyukainya."

Hingga saat ini Junkyu belum mengetahui alasan Haruto yang sangat menyukai panggilan tersebut. "Haru."

Junkyu tak punya pikiran bila panggilan itu bisa mendatangkan ciuman yang berakhir di bibir. Kelopak matanya menutup perlahan, seiring dalamnya Haruto menyelam. Karena dorongan dari tangan Haruto yang masih bertengger di bisepnya, membuat posisinya terbaring di bawah pria yang mendominasi ciuman ini.

Ketika tautan terlepas, keduanya dapat melihat betapa merahnya wajah satu sama lain.

"Mengapa...," Junkyu meneguk salivanya dengan kesulitan penuh. Junkyu memalingkan wajahnya ke manapun itu asal tidak bertatapan dengan Haruto yang masih betah berada di atasnya. Posisi ini terlalu ambigu. "...mengapa kau melakukan ini? B-bukankah kau straight?"

"Akhirnya aku menemukan benda yang cocok dengan bibirku selain rokok." Baiklah, jawaban ini dapat Junkyu ambil maknanya bahwa Haruto belok karena ciuman pertama yang terjadi ketika dia mabuk.

"Kim Junkyu, apa kau ingin berkencan denganku?"



Seperti biasa, sepulang sekolah tanpa adanya aktivitas menguntit, Asahi sering mendekam di dalam studio lukisnya. Kuasnya menorehkan warna hitam. Asahi tampak tenang di luar, tetapi sebetulnya ia melukis dengan perasaan gelisah.

Kuasnya berhenti di satu titik. Asahi memejamkan mata, terlalu keras hingga memunculkan kerutan pada keningnya yang berkeringat dingin. Kuas yang ditekan itu mulai mengeluarkan cat hitamnya yang mengental.

Asahi hanya dibuat kesal oleh suatu hal. Dia sudah menuruti kemauan seseorang, tapi belum ada balasan yang setimpal.

Ting!

Dering notifikasi di ponselnya berbunyi singkat. Asahi membuang kuas di tangannya, lalu terburu melihat notifikasi pesan yang sudah ia harapkan sejak kemarin.

|Send a location
|Ayo bertemu. Hapuslah sendiri.

Dua hari yang lalu, Asahi terpergok Jaehyuk karena membuntutinya di tengah malam. Kemudian, akar masalah pun dimulai ketika Jaehyuk menyeret Sasaeng-nya tanpa ragu ke gang kecil yang sunyi.

"Selama ini aku hanya bersikap bodoh. Aku tahu kau Sasaeng, Asahi."

Permintaan maafnya diganti sebuah misi oleh Jaehyuk. "Aku tidak butuh maaf mu. Namun, aku bisa membungkam mulut jika kau mau menghancurkan Park Jeongwoo."

Saat itu, kepalanya sama sekali tidak bisa diajak berpikir. Asahi benar-benar mematung saat Jaehyuk menunjukkan bukti-bukti kuat yang bisa menjebloskannya ke penjara.

"Menghancurkan Jeongwoo atau pergi ke sel. Semua tergantung pada dirimu."

"Bagaimana caranya?" Tidak ada jalan lain yang bisa Asahi ambil.

Malam itu, Jaehyuk tertawa kecil yang membuat Asahi merinding sebadan. "Itu tergantung caramu sendiri." Asahi masih ingat raut wajah Jaehyuk yang merendahkannya. "Aku beri satu petunjuk. Jeongwoo punya pacar."

"Aku mempercayaimu." Bisikan sang Bias pun masih terngiang hingga saat ini. "Kau Sasaeng terbaik yang pernah Kutemui."

"Jika aku berhasil, kau bersungguh akan menghapusnya?"

"Tentu. Kau mencintaiku, kan? Seharusnya kau percaya."

Jujur Asahi kecewa dengan Jaehyuk.  Dia tidak sebaik yang ia lihat. Ia baru mengetahui jika Jaehyuk itu iblis berwajah malaikat.

Keesokan hari, ia menjalankan misinya secara terpaksa. Membuntuti Jeongwoo sampai ke lokasi syuting dan menemukan seorang gadis yang terus digandeng oleh vokalis bersuara emas itu. Asahi hampir tak percaya dengan kawannya yang bertransformasi menjadi perempuan dan berkencan dengan Jeongwoo.

Kembali ke masa kini. Asahi sudah menemui Jaehyuk di salah satu coffee shop.

Kekesalannya tak terbendung lagi. Asahi menarik satu kursi kosong dan duduk tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. "Hapus buktinya."

"Tidak usah terburu-buru." Jaehyuk menyodorkan ponsel, meminta Asahi untuk menghapusnya sendiri. "Puas?"

Jaehyuk tak menghabiskan waktu yang lama di sini. Dia harus pergi ke agensi untuk menghadiri kelas bahasa Jepang dan Inggris.

Ketika pintu ruang bahasa terbuka, terdapat Jeongwoo yang duduk menyendiri. "Oh, kau datang?"

"Ya, Jae." Balasnya lemas.

Jaehyuk duduk di sebelahnya. "Kenapa kau lemas sekali?" Jaehyuk mendapati adanya lingkaran hitam di bawah mata Jeongwoo. "Semalam kau tidak tidur?"

Jeongwoo menggeleng. "Aku tidak bisa tidur." Menghela napas berat. "Aku bahkan tidak berani membuka ponsel. Ketikan mereka sangat menyeramkan." Jeongwoo menjatuhkan kepala ke meja dengan bertumpu kedua lengannya.

Jaehyuk mengusap lembut di punggung teman seperjuangannya. "Jatuh cinta bukan dosa. Seharusnya di klarifikasi itu kau tak perlu meminta maaf."

Hah, meminta maaf saja ia masih mendapat hate comment, apalagi tidak meminta maaf saat klarifikasi. "Kau benar, Jae."

"Abaikan saja komentar mereka, itu tak berguna. Sesekali kau harus hidup seperti Haruto yang masa bodoh dengan kebencian."

Jeongwoo merasa aman di samping Jaehyuk yang tidak ada hentinya memberikan kalimat penyemangat sambil menunggu guru bahasa datang. "Aku beruntung memiliki teman sepertimu."

"Aku merasa terhormat." Jaehyuk tersenyum manis. Di balik manisnya senyuman itu, ada tawa iblis yang terbahak.

'Aku sangat membencimu, Park Jeongwoo.'

Alasan mengapa Jaehyuk membenci Jeongwoo secara diam-diam. Itu simpel, Jeongwoo di anak emaskan oleh agensi.



Haruto terpaksa pulang karena diusir oleh Junkyu pada lima menit setelah confess. Kata Junkyu, 'beri aku ruang. Aku perlu memikirkannya.' lalu disusul dengan pintu yang tertutup.

Ia tak kesah akan hal itu, dengan senang hati ia memberi waktu agar Junkyu dapat memikirkannya secara matang.

Membanting diri ke lantai. Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya yang merah dengan sendirinya. "Apa yang sudah Kulakukan?!" Sepasang kakinya menendang-nendang angin.

Haruto merogoh ponselnya. Bergegas pergi ke mesin pencarian, mencari rekomendasi tempat untuk berkencan. Ketika ia sibuk membandingkan tempat, muncul pop-up pesan dari Junkyu yang muncul.

Tubuhnya reflek berubah posisi menjadi duduk tegap. "Blokirannya sudah dibuka?" Haruto betah bersumpah ia tidak main curang saat mengutak-atik ponsel Junkyu. Dia hanya fokus membalas pesan para Sasaeng, bukan membuka kontaknya yang diblokir.

|Baiklah.
|Aku menerimamu.

To Be Continue.

His Obsession {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang