Chapter 21-Orange

588 45 8
                                    

~Happy Reading~

Tabung oksigen di back stage belum bisa membangunkan Haruto. Mereka membawa Haruto ke rumah sakit, tidak punya pilihan lain. Perform untuk comeback kali ini terpaksa harus dihentikan dan penonton diminta untuk keluar dari venue secara tertib.

Sedangkan di rumah sakit, Haruto berhasil mendapatkan penanganan  di unit gawat darurat. Sebelum Haruto dipindahkan ke kamar inap, dia menjalani berbagai tes terlebih dahulu.

Dokter dengan menyandang spesialis onkologi ini menatap asistennya tanpa harapan, lalu menggelengkan kepala secara lemah. "Sudah dihubungi walinya?"

"Ya, dia sedang dalam perjalanan kemari."

"Baiklah. Segera siapkan semua alat bantu ke kamar inapnya."

"Baik, Dokter."

Sementara itu di lantai dasar, terdapat Yoshi yang berlarian dari parkiran menuju kamar inap keponakannya secara panik. Yoshi mendapat telepon dari rumah sakit di tengah pertemuan resmi dengan Perdana Menteri, maka dari itu, ia datang ke mari masih dalam keadaan tubuh yang terbalut seragam tentaranya.

Sepatu boot-nya berhenti sekitar tiga langkah dari ranjang yang Haruto tempati. Yoshi menatap pilu terhadap Haruto yang terbaring dengan dibantu selang-selang yang terhubung dengan alat medis.

Sang Dokter menepuk bahu milik Yoshi yang selalu tegap, tapi di saat ini bahu tersebut tak terlihat kokoh lagi. "Kau harus mempersiapkan diri."

Tangan Yoshi meremat pagar ranjang pasien. Kepalanya menunduk, menguatkan dirinya untuk mendengarkan penjelasan dari dokter yang menangani keponakannya selama bertahun-tahun. "Ada apa dengan Haruto?"

"Sel kankernya semakin meluas dalam jangka waktu singkat. Sumsum tulangnya terlalu banyak memproduksi limfosit, sehingga jumlah keping sel darah merah di tubuhnya semakin sedikit." Jelasnya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Pria ini membuka dokumen yang berisi hasil pemeriksaan Haruto pada beberapa menit sebelumnya. "Adanya pembengkakan di limpa dan hati. Fungsi ginjalnya juga semakin turun. Apakah akhir-akhir ini dia mengonsumsi alkohol?"

"Aku tidak tahu dengan kesehariannya." Lirihnya. Yoshi merasa gagal melindungi keponakannya. Sebesar apapun Haruto, di matanya tetap seorang bocah berusia sepuluh tahun yang penuh luka.

"Dia orang yang keras kepala. Baru kemarin aku mewanti-wantinya untuk tidak melakukan aktivitas berat." Dokter Kim sendiri juga sama lelahnya menghadapi keras kepalanya Haruto.

"Apakah kemoterapi bisa membantunya?"

"Sudah terlambat untuk itu." Sejak memasuki masa kronis, ia telah menyarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun, Haruto menolaknya karena tuntutan pekerjaannya sebagai Idol. Mau tidak mau, Haruto harus bergantung pada obat dan transfusi darah.

Yoshi mengacak-acak rambutnya. "Berapa lama lagi dia bisa bertahan, Dokter?"

Dokter Kim sedikit terkejut mendengar pertanyaan penuh putus asa dari Yoshi. Padahal ia sudah menyimpan hal ini dan akan mengatakannya pada saat yang tepat. "Kau sungguh ingin mengetahuinya?" Tanyanya tak yakin.

Yoshi mendongakkan kepalanya, menahan air mata yang hendak meluncur. Dia benci terlihat lemah di hadapan orang lain.

"Dua Minggu, paling lama."

Yoshi tersambar petir di siang bolong. Mengapa perkiraan hidup pemuda itu pendek sekali? Tangisan Yoshi pecah mengisi sunyinya kamar yang hanya diinap oleh satu pasien ini.

"Dokter, apakah tidak ada harapan meski satu persen saja?" Yoshi kehilangan ototnya sampai jatuh berlutut di depan sang Dokter.

Dokter Kim ikut berlutut dan memberikan Yoshi pelukan. "Transplantasi sumsum tulang. Hanya itu satu-satunya yang bisa memperpanjang hidupnya." Yoshi diberi penjelasan bila sumsum tulang milik Haruto sudah tidak layak lagi.

His Obsession {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang