Chapter 11-end

537 55 4
                                    

~Happy Reading~

Junkyu mematung, butuh beberapa detik untuk tersadar. Haruto tak memberikan perlawanan meski tubuhnya didorong menjauh.

"Kenapa kau mengabaikan semua pesan dan teleponku?! Asal kau tahu, aku sangat cemas!"

Junkyu mengerutkan keningnya. "Kita hanya berpura-pura pacaran, bukan pacaran sungguhan. Aku juga tidak memintamu untuk mencemaskan ku. Kenapa kau seperti ini?" 

Memalingkan pandangan. Benar juga, ucapan Junkyu sepenuhnya benar, mereka berdua tidak ada hubungan lebih.

"Media sudah tenang, bukan?"

"Ya. Mengapa?" 

"Kau ini berpura-pura bodoh atau memang bodoh?!" Junkyu sedikit menjerit, sehingga tak sengaja memanggil perhatian dari beberapa orang yang tak sengaja lewat. "Aku datang jauh-jauh ke mari untuk mengakhiri semua ini. Sesuai perjanjian di awal."

Haruto menyadari pergerakan Junkyu yang akan pergi dari hadapannya. "Hei, hei!" Ia cekatan menahan pergelangan tangan Junkyu. "Mari kita bicarakan di dalam."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi." Junkyu tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk bertengkar di luar rumah dan mempermalukan diri. Junkyu melepas genggaman Haruto secara perlahan. "Katakan pada media jika kita putus karena terhalang restu, paham?"

"Terima kasih untuk semuanya, Haruto." Junkyu membungkukkan tubuh, jiwa kesopanannya sebagai orang Korea Selatan tidak luntur meski di depannya adalah seseorang yang dirinya benci. "Aku pamit. Jaga dirimu baik-baik."



Seharusnya selepas melakukan rekaman adalah waktunya untuk pulang. Namun, di hari ini juga mereka bertiga setuju untuk melakukan dance pada lagu yang menjadi title track. Padahal dance akan dilakukan besok pagi. Mereka berlatih tanpa Haruto.

Musik berdentum keras dan menggema di seisi ruang tari dengan nuansa classic. Hitungan dari mulut pelatih tari mengiringi setiap gerakan yang bertenaga itu.

"Oke, istirahat lima menit!"

Seruan sang Pelatih membuat ketiganya langsung berhamburan dari posisi blocking menuju dispenser air. Meneguk air mineral seakan tak ada hari esok.

Kedua tangan Jeongwoo melakukan dua tugas dalam waktu yang sama. Tangan kanan untuk minum dan tangan kiri untuk merogoh ponsel di tas selempangnya yang tergeletak di lantai vinyl.

Awalnya ia hanya ingin mengecek jam saja—sudah pukul dua belas malam—tapi ibu jarinya malah menarik bilah notifikasi, sehingga muncul berita terpanas dengan headline yang membuatnya menyemburkan air minum di depan layar ponsel.

"Hei, Park Jeongwoo! Apa yang sudah membuatmu terkejut?" Jihoon berlari menghampiri karena rasa penasarannya.

"Haruto putus dengan pacarnya." Jeongwoo sudah tak heran lagi dengan dua temannya yang tertawa puas dengan berita yang muncul pada satu jam yang lalu.

"Sudah kuduga hubungan mereka tidak akan bertahan lama." Jihoon tertawa terbahak sampai meneteskan air mata kebahagiaannya.

"Bahkan kuota internetku lebih awet daripada hubungan mereka." Jaehyuk dengan senyum khasnya menimpali. "Karma itu nyata."

"Kalian berdua sangat jahat." Jeongwoo meletakkan cup kertasnya dengan kasar. Bersama ponsel digenggamnya, ia pergi dari ruang tari.

"Jeongwoo, jangan munafik! Kau pasti menginginkan hal sama, kan?" Suara Jihoon meninggi seiring memudarnya Jeongwoo.

Jeongwoo pergi ke kamar mandi, masuk ke satu bilik dan menguncinya.  Mendaratkan pantatnya di atas kloset duduk yang tertutup. Ia membaca berita putusnya Haruto dan Junkyu secara seksama. Mereka dikabarkan putus karena terhalang restu orang tua.

His Obsession {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang